Beberapa waktu lalu, dalam sebuah episode Master Chef Indonesia para kontestan diminta membuat martabak manis. Seperti yang kita tahu, martabak manis merupakan salah satu jajanan yang sangat sering kita jumpai di pinggir jalan. Jenisnya pun bermacam-macam mulai dari yang hanya dikasih gula dan susu hingga isian coklat mahal yang tentunya membuat harga si martabak manis semakin mahal.
Lucunya, dari seluruh kontestan yang memasak kue ini, tak satupun berhasil membuat martabak dengan memuaskan. Ada yang hangus, bantet, hingga mentah. Padahal, di awal-awal proses pembuatan mereka semua tampak optimis dengan martabak manis buatan mereka.
Saya sendiri setelah menonton episode tersebut langsung dibuat penasaran. Masa iya sih membuat martabak sebegitu susahnya? Tanya saya dalam hati. Maka berbekal bantuan mbah Google, saya pun mencoba membuat martabak manis sendiri yang resepnya didapat dari web kokiku.tv. Alhamdulillah, resep yang saya ikuti ini berhasil dan suami juga menyukainya.
Berikut resep yang saya pakai:
- 500 gr Tepung terigu
- 650 ml Air hangat
- 2 Telur
- 120 gr Gula
- 1 sdt Ragi
- 1 sdt Baking powder
- 1 sdt Baking soda
- 1/2 sdt Garam
- 20 gr Mentega cair
- 20 gr Susu bubuk
Campurkan bahan martabak ke dalam suatu wadah. Aduk rata.Β
Tutup wadah dengan lap basah dan diamkan selama 1 jam. Ragi di dalam adonan akan mengembang dan akan membuat tekstur martabak yang berongga.
Setelah adonan mengembang, masukkan adonan ke dalam wajan berapi sedang. Jika mau membuat martabak tipis, maka tuangkan adonan tipis-tipis. Jika mau membuat yang tebal, maka tuangkan lebih adonannya. Untuk membuat pinggiran yang garing, tekan adonan pada pinggir wajan.
Masak hingga permukaannya meletup-letup dan lalu taburkan gula. Agar seluruh permukaan matang, gunakan tutup pada wajan sampai pinggirnya kecoklatan. Angkat.
Bicara tentang Master Chef Indonesia sendiri, kalau boleh jujur saya merasa kontestan di musim ke 4 ini tak seasyik musim-musim sebelumnya. Kemampuan memasak mereka juga sepertinya tak sebagus kontestan terdahulu. Yang paling aneh mungkin pemilihan Mateo Guerinoni untuk menggantikan chef Marinka dan chef Degan. Jujur saya tidak menyangka kalau sosok yang kerap mengomentari balapan motoGP ternyata juga menyukai dunia kuliner.
Terlepas dari beberapa kekurangannya (dan kelebayannnya), Master Chef Indonesia ini masih menjadi salah satu acara televisi favorit saya. Namun tentunya saya lebih menyukai Master Chef versi USA yang kebetulan bisa saya tonton di tv kabel. So, who will be the next Masterchef?
Martabak manis itu kesukaan anak-anak gadis di rumah, dan mereka sudah biasa buat sendiri, kadang ngga pakai resep juga, tp jadi ngembang dan berongga π
Tp kapan2 mau coba resepnya juga, nuhun yaaa…
Kalau yang saya ikuti ini nggak terlalu berongga, teh. Tapi teksturnya halus gitu
Kayanya kalau pengen berongga kaya yg dijual gitu, harus pakai teflon yg tebal ya… Kakak ipar teman itu sampe beli itu wajan buat martabak yg tebal dan beratnya minta ampun ke Jerman, saking pengen sama kaya mamang di pinggir jalan, dan memang hasilnya cantiiiik π
bisa juga begitu, mbak. kalau saya yang penting rasanya enak dan jadinya nggak perlu beli lagi deh. heuheu
Betuul…itu yg paling penting… π
wuidih udah jago aja masak martabak sendiriiiii
hihi.tuntutan “profesi”, mbak π
Aku lebih suka master chef Australia *ada neng Billie geulis hwhwhwhw*
dan, baru di MC Indonesia musim ini yang gak aku tonton. Udah males aja dengan konsepnya. Penuh drama kayak sinetron. Kangen nonton MC zaman Lucky-Desi.
kalau yang luar negeri kayaknya lebih profesional dan less drama ya, yan acaranya
ternyata para calon mastercehf itu kalah jauh sama abang-abang martabak yah π
pernah ngelihat sekali dan pas lihat salah satu dewan jurinya… saya mikir kayanya pernah lihat dia di acara motogp π
hihi.. mungkin mereka kebiasaan masak makanan luar, mas, jadi yang jajanan tradisional kurang bisa
kak jago buat martabak kmren d chef itu kagak jago2 masak martabaknya
mungkin waktu itu masaknya nggak dikasih bocoran resep. he
Wah sukses juga buat martabak manis walau baru belajar.
Martabak manis ini ada di seluruh kota di Indonesia. Berarti disukai banyak orang.
Soal MCI, saya lebih suka yang musim awal. Kalo yang sekarang2 ini udah gak “menggigit” lagi. Malah ada dewan juri yang bukan chef. Ibarat lomba nyanyi tapi jurinya mantan petinju, hahaha…
Iya, mas. Yang musim 1 dan 2 masih seru. Musim berikutnya penuh drama dan kualitasnya menurun
Yang pernah membuat saya terkesan, salah satu kontestan MC USA, adalah perempuan berjilbab. Salut! Sedangkan menurut anak2 yang lebih rajin menonton MC, juri MC Australia paling ramah terhadap para kontestan. Sedangkan juri Indonesia justru yang paling “galak”. Saya kasih tanda kutip karena galaknya tidak natural. Terkesan dibuat-buat. #efekMOSmungkin
Iya, dok. Senang rasanya melihat ada muslim di master chef. Walau nggak bisa sampai 10 besar.
Kalau yang saya lihat kayaknya juri MC indonesia paling galak dibanding yang lain
Waaah, udah gak ada Chef Marinka lagi ya, padahal saya suka sama pembawaan dan suaranya yg empuk *udah lama ga nonton tv. Kapan-kapan mau coba buat martabak juga aaah….