mitos tentang rezeki anak

“Kalo anak-laki mirip ibunya, atau anak perempuan mirip bapaknya, maka anaknya bakal perezekian.”

Begitulah sedikit dari sekian banyak bahan pembicaraan yang muncul di kantor kemarin. Tentang mitos rezeki dari seorang anak. Mitos atau anggapan ini bukanlah hal yang baru bagi saya. Entah siapa yang memulainya. Bahkan ibu saya sendiri juga mengatakannya pada saya.

Saya sendiri tak terlalu memusingkan masalah rezeki yang bergantung pada kemiripan pada orang tua ini. Toh saya masih berkeyakinan kalau setiap anak manusia itu terlahir dengan rezekinya masing-masing. Namun ketika masing-masing teman perempuan di kantor membanggakan kemiripan mereka dengan ayah mereka, dan membenarkan kalau mereka termasuk orang yang dimudahkan rezekinya, saya kok jadi ngenes sendiri ya? Mengingat wajah saya tak mirip dengan ayah maupun ibu saya. Meskipun saya tetap yakin akan rezeki saya yang sudah diatur Allah, toh tetap saja kata-kata teman-teman saya itu membuat sya terprovokasi.

Setelah dari pembicaraan tersebut di atas, saya jadi berpikir. Bagaimana bisa orang dahulu mengambil kesimpulan mengenai rezeki ini? Bukankah, sekali lagi, rezeki itu sudah diatur oleh Allah? Dan kalau anak laki-laki mirip ibunya punya rezeki yang bagus, lalu bagaimana dengan anak laki-laki yang mirip bapaknya? Apakah dengan begitu rezekinya susah? Dan mereka yang membanggakan mitos ini, apakah pernah memikirkan perasaan anak perempuan yang wajahnya mirip ibunya, jika mereka mendengar mitos ini?

Gambar dipinjam dari sini.

Iklan