“Tahu, nggak? Katanya ada orang gila di jalan samping lapangan softball,” kata salah seorang teman kuliah pada saya dan teman-teman lain yang sedang berkumpul di depan kelas.
“Oh ya? Orang gilanya yang gimana?” salah seorang teman bertanya.
“Itu, dia bisa ngeluarin anunya,” jawab teman saya tadi dengan wajah
Kami yang mendengar jawabannya itu langsung berjengit.
“Hah! Ngeluarin anunya? Hii ngerii!”
“Iya. Makanya nanti kalian kalau lewat jalan itu hati-hati aja. Kalau ada orang aneh mending balik arah,” saran teman saya itu kemudian.
Tak lama setelah percakapan tersebut terjadi sebuah undangan mampir ke telinga kami.
“Nanti siang ada syukuran kecil-kecilan di kos. Datang ya?” kata seorang teman. Teman saya ini tinggal di indekos yang terletak di dekat kampus. Namanya mahasiswa, tentu saja langsung bersemangat begitu mendengar ada makan-makan gratis.
“Kita lewat jalan tembus aja ya biar nggak jauh,” kata salah satu teman kuliah saya saat kami akan berangkat menuju lokasi undangan. Karena perut sudah lapar, kami langsung setuju saja dengan usulnya.
Jalan tembus yang dimaksud ternyata adalah jalan kecil di samping lapangan softball. Jalan tersebut dipenuhi rumput-rumput tinggi. Saya pun berjalan bersama beberapa orang teman. Baru setengah perjalanan, kami bertemu dengan seorang pria. Pakaiannya terlihat kumal dengan senyum aneh terpampang di wajahnya.
Saat melihat gelagatnya yang mencurigakan ini, saya pun teringat akan kabar yang saya dengar beberapa hari sebelumnya. “Jangan-jangan ini orang gila yang diceritain kemarin,” kata saya pada teman-teman.
“Oh iya. Orang gila yang suka ngeluarin anunya itu!” teman saya menambahkan.
“Duh kita balik aja yuk. Daripada kenapa-kenapa,” teman saya yang lain menyahuti.
Akhirnya tanpa pikir panjang kami pun langsung balik arah dan memilih jalan memutar, meninggalkan si pria aneh yang belum sempat melakukan aksinya.
Beberapa tahun kemudian, saya pun mengetahui kalau orang-orang yang gemar memperlihatkan alat vitalnya itu disebut eksibisionis. Menurut web ini, saya mendapatkan sedikit informasi tentang apa itu eksibisionis.
Eksibisionis berasal dari kata exhibition yang artinya pameran, memamerkan atau mempertontonkan alat kelamin. Eksibisionis dijelaskan sebagai orongan fantasi sexual yang mendesak dan terus-menerus dengan memamerkan bagian genitalnya kepada orang lain. Dorongan tersebut bertujuan untuk menakuti, mengejutkan atau untuk dikagumi.
Eksibisionisme adalah prefensi tinggi dan berulang untuk mendapatkan kepuasan seksual kepada orang yang tidak dikenal yang tidak menginginkannya kadang kepada seorang anak. Gangguan ini umumnya berawal di masa remaja dan berlanjut hingga dewasa. Eksibisionis dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria, penderita menemukan kepuasaan saat melihat perempuan terkejut melihat genitalnya. Sedangkan pada wanita, penderita menemukan kepuasan melihat pria terangsang saat melihat alat kelamin, payudara atau pantatnya.
Pada beberapa sumber lain juga disebutkan kalau eksibisionis akan senang jika melihat korbannya ketakutan saat melihat alat vitalnya. Jadi disarankan jika bertemu dengan pelaku eksibisionis kita harus bisa bersikap tenang dan menunjukkan sikap tidak terkesan atas kelakuannya. Sikap ini bisa ditunjukkan dengan menertawakan atau malah meledek “barang” yang ditunjukkannya tersebut.
Sayangnya, meski sudah tahu teorinya, saya tak bisa serta-merta mempraktikkannya. Ini terbukti saat saya kembali dipertemukan dengan pelaku eksibisionis. Saat itu saya dan adik perempuan diajak umroh oleh orang tua. Saya ingat saat itu kami sedang menunggu waktu salat Isya sambil duduk-duduk di teras Masjidil Haram. Beberapa orang berjalan melewati tempat yang kami duduki.
Saat seorang pria dengan gamis panjang lewat, saya tiba-tiba spontan berkata, “Wah, bapak itu bajunya menerawang. Kalau nggak pakai celana lagi bisa kelihatan itunya.” Mendengar perkataan saya tersebut, ibu yang berada di samping langsung memperingatkan saya akan bahayanya berbicara yang tidak baik di Masjidil Haram.
Selepas salat Isya, saya dan seluruh keluarga langsung bergegas kembali ke hotel yang terletak tak jauh dari Masjidil Haram. Saya dan adik berjalan di depan, sementara ayah dan ibu saya mengikuti di belakang. Saat asyik berjalan, tiba-tiba saja kami berpapasan dengan seorang pria. Ia mengenakan pakaian biasa dan tampak tersenyum pada kami berdua.
Mulanya saya tak merasa aneh dengan pria yang berjalan sambil tersenyum sendiri tersebut. Hingga kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam celananya, saya pun sadar siapa yang saya hadapi. Dalam keadaaan panik saya dan adik saya berlari ke arah ayah dan ibu yang berjalan di belakang. Bisa saya rasakan seringai puas si pria saat melihat kami yang ketakutan. Saat saya tanyakan pada ayah dan ibu apakah sempat melihat aksi pria eksibisionis, mereka kompak menggelengkan kepalanya. Ah, sepertinya saya sudah kena balasan dari omongan saya beberapa menit sebelumnya.
“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diselenggarakan oleh Liza Fathia dan Si Tunis”
klo gk salah orang makin dilihat makin senang dia kan kak kayak senang dgn ketakutan org
Iya..dia bakal senang kalau orang yang lihat anunya ketakutan
yaampuun… ini pernah kejadian di rumahku mbaaa.. bukannya di pinggir jalan, orgnya malah ngetok rumah, trus begitu aku buka pintu, eh, dianya udah begituan cobaaa.. untung bukan anakku yg bukain pintu. ngeri banget!
Huwaa horor banget itu, mbak
Haahh? Segitunya pengen diliatkan? Gila bener
Eit,salam kenal yah. Asal komen aja
Memang sulit utk bersikap tenang saat ada di tempat orang sakit jiwa tsb. Klo korban ketakutan malah si pelaku senang. Saya pernah baca tips kalau kita ketemu orgil begitu bilang aja “.. wah cuma segitu, kecil amattt!” nah tuh pelaku pastinya malah jadi kesel 😀 .
iya, mbak. saya juga pernah baca tips yang kayak gitu. tapi ya kadang kenyataan bisa berbeda dengan teori ya. he
oooo…. itu istilah khusus yah. kirain eksibisionis itu berlaku untuk umum…. orang yang memamerkan apa pun yang dia punya
nggak, mas. itu khusu buat yang suka memamerkan alat vitalnya 🙂
ooo….
begitu
Eksibisionisme adalah gangguan, berarti nggak serta merta dikaitkan odgj ya mbak?
waktu sekolah pernah ada odgj yang eksibisionis pas jalan di belakang saya. Sepanjang (kami) berjalan banyak yang teriakin, karena nggak tau ya cuek aja. Giliran ada yang nunjuk2, baru saya nengok..ow..ternyata cowok cakep, masih muda. Lalu saya menurunkan kepala, dan baru sadar: dia sedang berbugil ria.
mungkin belum sampai tahap kayak orang gila yang hilang akal itu, tapi tetap termasuk gangguan jiwa.
hiyaaa.. cakep-cakep ternyata begitu. langsung nggak jadi naksir deh ya. hehe
Ih beneran pengalaman pribadi yah? Idem nih aku pernah pas masih sma. Duh lgs kaget keringatan campur takuuud.
iya, mbak. yang pertama masih bisa kabur sebelum jadi korban. yang kedua jadi korban
Duuuh, kalau dihadapkan dengan orang eksibisionis boro2 mau tertawa atau meledek, pasti takut duluan 😦
iya, mbak. kayaknya susah berpikir jernih kalau dikasih “kejutan” kayak gitu
Kalau denger kabar sebaiknya dibuktikan dulu mba, termasuk orang gila kaya gitu, bener suka aneh2 atau tidak agar nggak jadi isu
jadi harus nunggu dia ngeluarin “barangnya” dulu ya, mas. he
Ha ha ha… aku nggak ngomong gitu lho… tapi kalau iya ddan saya yang mengalami aku akan siapkan seplastik kresek semut rangrang buat dilempar ke dia
Pasti shock dulu kan
yup, mbak Noni 🙂
ngeri ketemu orang kayak gitu 🙂
iya, yan
Orang yang sakit jiwanya ya, Mbak. Biasanya ditunjukkan kepada lawan jenis ya. Berarti apabila ada laki-laki lalu suka menunjukkan kepada sesama lelaki, tentunya lebih sakit jiwa lagi ya.
iya. he
aduuuuuh kebayang histerisnya saya klo ketemu yang seperti itu
benar-benar sakit jiwa
iya, mbak arni. reaksi pertama pasti kaget karena dari luar orangnya kelihatan biasa aja
Saya mantan eksibisionis sampai SMP (20th lalu), alhamdulillah setelah memiliki pemikiran yang matang saya tidak pernah melakukannya lagi.
Sekedar cerita, istri saya tadi bertemu dengan eksibisionis, parah sekali pamer penis dilakukan di tempat ramai,di dlm trans jkt, tangan istri saya di samping saku takut hp kecopetan,ternyata ada yang menyentuh tangannya (itu penis bapak itu). Istri saya sampai syok, takut mau teriak takut ditusuk senjata tajam.
Saya penasaran mencari cerita pengalaman di internet, 100% semua membenci eksibisionis, saya setuju. tapi ada beberapa kasus yang eksibisionis bisa sampai di pukuli sampai sekarat, ada yang dipenjara. Menurut saya pribadi harus di selidiki terlebih dahulu asal mula dari pelaku eksibisionis itu dengan bantuan psikolog. Hukuman berat tidak akan merubah orang itu ke jalan yang benar, tapi terapi kejiwaanlah yang sebaiknya diambil.
Lalu saya jadi ingat masa kecil saya dulu, awalnya sekitar SD kelas 2, saya menjadi korban pelecehan seksual oleh tetangga tetangga saya (saya hidup di kampung yang latar pendidikannya kurang, jadi obrolan baik ibu2 dan bapak2 tidak jauh dari yg jorok2). Dulu saya sering dibercandakan dipaksa menunjukan penis saya, awalnya takut sampai nangis histeris dan mengadu pada orangtua dan kakek nenek, tapi mereka malah memarahi saya, sebenarnya mereka itu takut dengan tetangga2 kami, soalnya mereka orang2 “kasar” yang tidak segan untuk melakukan tindakan kriminal, beberapa adalah preman kampung.
Setiap siang hari pulang sekolah saya dicegat oleh tetangga saya, jalan menuju rumah saya cuma satu, itupun melewati gang gang sempit. Awal saya berontak dan lari, tapi lama kelamaan mereka menjadi semakin kasar, mendekap saya dan pakaian saya dibuka sampai telanjang bulat, penis saya dipegang2. Melihat saya setiap hari menangis orang tua saya akhirnya marah dan melabrak mereka (ngomong secara sopan dan baik2), ternyata bapak2 itu malah marah dan setiap harii melempari rumah kami dengan batu, dan mengancam akan membunuh kami kalau kami banyak ngomong lagi.
Pelecehan tidak berhenti, mereka setiap hari menelanjangi saya sambil berbicara jorok gitu, meledek saya karena penis saya tidak disunat (Iyalah wajar orang saya masih kecil saat itu). Dan beberapa bapak2 suka menunjukan penisnya kepada saya dan mengejek2 “Yang kamu kecil, ini lihat yang bapak besar”. Bukan cuma bapak2, istri mereka juga tertawa2 dengan bercandaan mereka dan melihat saya telanjang. Saya sampai depresi, dan dari ranking 5 besar merosot sampai ranking 20an dari 40orang. Kalau saya pikir sekarang, orang2 itu seperti punya gangguan jiwa, atau latar pendidikan kurang jadi otak agak kosong.
Bertahun tahun mendapat perlakuan seperti itu, lama kelamaan saya jadi merasa menunjukan penis itu hal yang wajar. Sebenarnya memang di perkampungan padat dan kumuh itu wajar bagi penduduk telanjang bulat didepan orang2, karena kamar mandi umum hanya ada 1 dan biliknya hanya setinggi 1 meter, orang harus jongkok kalau mandi, dan kebanyakan mandi bareng di kali, karena WC selalu ada orang.
Saya menunjukan penis hanya ke orang kampung saya, mandi bareng di kali, tidak ke orang asing di pinggir jalan.
Sampai kelas 3 SMP di sekolah ada seks edukasi, disana mata saya terbuka kalau perilaku pamer ini dinamakan eksibisionis,dan tidak normal. Mulai dari sana saya tidak pernah mau apapun alasannya untuk menunjukan penis saya ke orang lain.
Saya sedih sekali mengingat kejadian itu. Dari sana saya berjuang mati matian untuk bekerja, dari asalnya miskin, sekarang alhamdulillah anak saya bisa tinggal di lingkungan kompleks orang2 beradab dan sekolah di sekolah terbaik di kota saya. Saya tidak mau anak saya berada di lingkungan yang buruk!
Lindungilah anak kalian semua dari lingkungan iblis.
Makasih sharingnya, mas. Ngeri juga ya lingkungan tempat tinggalnya. Memang sih katanya pemilihan lingkungan akan mempengaruhi karakter anak-anak kita nantinya