[Review] The Edge of Seventeen

Nadine memacu mobil ibunya. Setiba di sekolah, setengah berlari ia menuju ruang kelasnya.

“Aku mau bunuh diri,” katanya pada Mr . Bruner yang sedang menikmati jam istirahatnya.

Sang guru tertegun. Salah satu anak muridnya ini memang sedikit berbeda. Ia kadang tanpa ragu mengkritik gaya mengajar Mr. Bruner. Bahkan pernah juga gadis itu melampiaskan kemarahannya hanya karena Mr. Bruner berusaha memberitahu kalau mungkin Nadine lah yang bermasalah. Dan sekarang ia berkata ingin bunuh diri. Oh, well..

Semua ini gara-gara Krista. Sejak Nadine memergokinya bersama Darian, hidupnya mulai berantakan. Krista, gadis manis yang menyapanya saat sedang di kelas dua dan menjadi sahabatnya sejak saat itu. Sahabat satu-satunya. Dan kenapa harus Darian? saudara laki-lakinya yang menyebalkan itu. Sejak kecil Nadine tidak pernah suka pada Darian. Darian sejak kecil sudah populer dan memiliki banyak teman. Sedang dirinya kerap kena bully dan tak memiliki teman. Dan sekarang ia malah mengambil sahabat satu-satunya. Huh!

Baca lebih lanjut

[Review] Tentang Kamu

Saya baru saja menamatkan novel terbaru Tere Liye yang berjudul Tentang Kamu. Saat pertama kali Tere Liye menyebutkan proyek terbarunya ini dalam acara di Duta Mal beberapa waktu yang lalu, saya sempat berpikir kalau novel ini bergenre romance. Tebakan ini kemudian semakin menguat saat saya melihat covernya yang berwarna jingga dengan ilustrasi sepasang sepatu. Bukankah jingga yang diidentikkan dengan senja itu termasuk warna romantis? Belum lagi sepasang sepatu yang akhir-akhir ini dikaitkan dengan jodoh.

Kenyataannya, Tentang Kamu tidak bercerita tentang kisah cinta. Ada sih, tapi hanya satu bab kalau tidak salah. Novel ini lebih bercerita tentang kisah perjuangan hidup dan nilai-nilai yang bisa diambil dari perjalanan hidup salah satu tokoh daam novel ini. Diceritakan seorang pengacara muda bernama Zaman Zulkarnaen yang bekerja di firma hukum di Inggris bernama Thompson & Co. Meski bukan termasuk dalam jajaran firma hukum ternama, dari dosennya, Zaman tahu kalau firma hukum ini memiliki integritas yang sangat tinggi. Dalam menjalankan usahanya, Thompson & Co lebih mengkhususkan diri pada urusan waris para kliennya.

Satu hari, Zaman diminta menyelesaikan urusan waris salah satu klien Thompson & Co yang baru saja meninggal. Klien ini meninggalkan harta bernilai triliunan rupiah, namun menghabiskan masa tuanya di sebuah panti jompo di Paris. Tugas Zaman adalah menemukan ahli waris dari almarhum klien. Yang membuat Zaman terkejut, sosok yang akan ditelusurinya ini ternyata berasal dari negara yang sama dengannya, yakni Indonesia, dan bernama Sri Ningsih.

Baca lebih lanjut

Amitabh Bachchan dan Peran-peran yang Dimainkannya

Sebelum era Shahrukh Khan, Amitabh Bachchan merupakan rajanya perfilman Bollywood di tahun 70 hingga 80-an. Di tahun 90-an Amitabh Bachchan sempat vakum selama beberapa tahun untuk membesarkan rumah produksinya sendiri yang sayangnya bangkrut. Kerennya, hingga usianya yang sudah melampaui 70 tahun seperti sekarang, Amitabh Bachchan tetap eksis di perfilman Bollwood.

Di tahun 2000, Amitabh Bachchan kembali ke dunia film Bollywood lewat film Mohabbatein. Meski hanya berperan sebagai pemeran pendukung, film ini menjadi titik balik dari kembalinya sang superstar 70-an. Dan kini, berkat semakin kreatifnya sutradara Bollywood, sosoknya yang sudah sepuh ini tetap dipercaya memerankan tokoh utama dalam beberapa filmnya. Yah, kualitas akting memang tidak bisa bohong kan, ya? Kali ini saya akan mereview beberapa sosok yang dimainkan Amitabh Bachchan selama beberapa tahun terakhir.

Amitabh Sinha – Shamitabh

Shamitabh bercerita tentang seorang pemuda bernama Daanish yang bercita-cita menjadi seorang aktor. Meski memiliki kemampuan akting yang mumpuni, kondisi Daanish yang tuna wicara membuatnya nyaris tak bisa mewujudkan mimpinya. Hingga kemudian ia bertemu dengan seorang pria tua bernama Amitabh Sinha yang diperankan oleh Amitabh Bachchan. Amitabh ini juga sebenarnya bermimpi untuk bisa menjadi aktor terkenal. Sayangnya, karena suaranya yang dinilai terlalu berat ia tak pernah bisa mewujudkan mimpinya.

Baca lebih lanjut

Membuat Blog Impian dengan DomaiNesia

membuat-blog-impian-dengan-domainesia

Saya mengenal dunia blog sejak tahun 2007. Saat itu, saya hanya tahu kalau blog itu adalah semacam diary online, tempat kita menuliskan curhat ataupun pemikiran kita namun bisa dibaca oleh orang banyak. Setelah sekian tahun ngeblog, mulai dari curhat nggak jelas hingga belajar untuk lebih informatif, tentunya muncul keinginan dalam hati saya untuk bisa menjadikan blog saya lebih profesional alias menjadi dotcom. Apalagi sekarang profesi blogger juga sedang hit-hitnya. Blogger tak lagi dipandang sebelah mata, namun sudah dianggap sebagai partner bisnis yang menguntungkan.

Nah, berhubung punya niat untuk menjadikan blog lebih profesional, tentunya saya harus menyiapkan langkah-langkah yang harus ditempuh. Ada beberapa langkah yang harus saya ambil, diantaranya:

Pertama, menentukan niche blog. Rencananya, nantinya akan akan tetap berisi tentang keseharian, atau yang lebih dikenal dengan lifestyle blog. Pilihan saya untuk lifestyle blog ini lebih karena lebih mudah dalam mencari bahan postingannya sehingga saya tidak terlalu terbebani dalam ngeblog nantinya.

Kedua, karena niche-nya yang lifestyle alias gado-gado, tentunya saya harus membuat membuat postingan dengan tema-tema tertentu. Entah itu tentang kehidupan rumah tangga, review, fiksi atau tema lain yang saya kuasai. Pemberian tema ini tentunya akan membuat pembaca merasa lebih nyaman dalam memilih bacaan pada blog saya nanti. Rencananya postingan bertema ini juga akan ditayangkan dengan jadwal-jadwal khusus.

Baca lebih lanjut

[Review] Inez Glow Matte Lipstick No 11 : Salmon Pink

Hari itu, saya mengunjungi sebuah toko kosmetik di salah satu pasar di kota saya. Niat aslinya sih untuk membelikan sabun suami. Sayangnya ternyata sabun yang saya cari itu sedang kosong barangnya. Akhirnya dari pada nggak beli apa-apa, saya pun mencoba beberapa tester lipstik Inez yang ada di toko tersebut.

Beberapa waktu terakhir, saya memang lumayan tertarik dengan produk-produknya Inez. Semua berawal dari kesukaan saya menonton videonya Suhay Salim. Aslinya sih saya ingin memiliki seri eye shadow color contour-nya Inez yang terkenal itu. Tapi entah kenapa ujung-ujungnya saya malah nyobain lipstik. Heuheu. Mungkin karena faktor lipstik lebih sering dipakai ketimbang eye shadow kali ya.

“Kalau mau coba lipstik Inez yang matte aja, Mbak. Dia hasilnya kering dan lebih bagus,” kata BA tersebut pada saya saat dilihatnya saya ingin mencoba seri lipstik color contour. Mbak BA kemudian mengeluarkan beberapa tester lipstik dengan packaging warna emas. Tertarik, saya pun mencoba mengecek warna-warna yang ada di tester tersebut. “Warnanya lumayan,” begitu kata saya dalam hati setelah mencoba salah satu warna.

“Ini ada dua warna baru. Warnanya cantik banget,” Mbak BA kembali mengeluarkan dua buah lipstik dengan packaging berwarna emas.

Lagi-lagi saya tergoda untuk mencoba. Benar kata mbak BA, warna baru yang dikeluarkannya ini benar-benar cantik. Saya cek di labelnya namanya seri yang saya coba adalah nomor 11 dengan nama Salmon Pink. Akhirnya, setelah beberapa kali coba, saya putuskan untuk membeli seri terbaru dari Inez Perfect Glow Matte Lipstick tersebut.

Baca lebih lanjut