Satu hari di bulan Ramadhan, saya membeli bensin di eceran. Saat itu, sebelum mengambilkan botol berisi bensin, ibu penjual bensin bertanya pada saya, “Uangnya pas kan, dik? Kalau pakai uang besar mending nggak usah beli di sini. Saya nggak ada kembaliannya soalnya.”
Mendengar pernyataan ibu tersebut, saya sedikit terperangah. Buset si ibu sampai berani nolak pembeli, begitu kata saya dalam hati. Saya pun segera mengecek ke dompet. Alhamdulillah masih ada uang lima ribuan dan beberapa lembar uang dua ribuan di dompet tersebut.
“Nah, alhamdulillah uangnya, Bu,” kata saya sembari menyerahkan uang pas dan memberi isyarat membeli bensin satu liter saja.
“Sekarang ini uang kecil cepat sekali habisnya. Ini aja dari tadi yang beli bensin ngasihnya uang besar semua,” kata ibu itu lagi sambil menuangkan bensin ke tangki motor.
Saya pun dengan semangat menanggapi ucapan si ibu. “Benar banget, Bu. Kadang kalau mau nyari uang dua ribuan aja sampai bongkar-bongkar isi tas. Trus kalau uang besarnya dipecah nggak sampai dua hari sudah habis uang recehannya,” kata saya kemudian.
Si ibu hanya tersenyum mendengar perkataan saya. Tak lama, saya pun meninggalkan ibu penjual bensin menuju lokasi buka puasa bersama yang harus saya ikuti hari itu.
***
Entah sejak kapan mulanya saya tersadar betapa sekarang uang bernilai seribu dan dua ribu itu begitu langka. Setiap kali akan membayar parkir atau belanjaan dengan jumlah kecil, saya harus mencari-cari si uang receh ke sana ke mari. Bahkan jika saya berbelanja dengan uang seratus ribuan dan mendapat kembalian pun, uang kecil yang ada di kembalian tersebut langsung hilang tak berbekas.
Tersangka utama dari cepat habisnya uang receh ini jelas ongkos parkir yang harus dibayarkan setiap kali mampir entah itu ke minimarket atau sekadar nongkrong di pasar. Bayangkan kalau misalnya dalam sehari saya harus pergi ke tiga toko berbeda. Lalu setiap toko tersebut ada petugas parkir yang siap menerima ongkos parkir saya. Jelas sekali dalam sehari saja saya sudah mengeluarkan tiga lembar uang dua ribuan dari kembalian yang saya dapatkan.
Kalau kata teman saya sih, ongkos parkir ini bisa dikatakan pemerasan terselubung. Saya sendiri sedikit setuju dengan perumpamaan ini. Bayangkan saya pernah pergi ke empat tempat berbeda dan harus membayar parkir di semua tempat tersebut. Lalu kadang juga di akhir Ramadhan tiba-tiba saja ongkos parkir naik dari dua ribu menjadi tiga ribu. Tambahan lagi, kadang kita sulit berdebat dengan para paman parkir yang suka seenaknya menaikkan harga itu. Masa mau berantem hanya karena seribu dua ribu? begitu mungkin yang ada di pikiran kita.
Saya sendiri pernah mengalami kejadian tak mengenakkan dengan seorang juru parkir. Jadi saat itu saya sedang mengantarkan ibu saya berbelanja di pasar. Karena malas parkir, saya pun meletakkan motor di depan toko-toko yang ada di pasar itu. Tak lama seorang pria memberi isyarat kalau tidak boleh parkir di depan toko dan menyuruh saya membawa motor sedikit menjauh. Saya pun mengikuti keinginannya.
Beberapa menit setelah saya menjauh, tiba-tiba orang tersebut mendatangi saya lagi. “Mbak, kalau mau parkir gratis di ujung sana, ya. Kalau di sini tetap bayar,” katanya dengan nada mengancam sambil menunjuk ke arah jalan yang katanya bebas parkir.
Meski terkejut, saya berusaha memprotes perkataan mas juru parkir, “Lah, tadi katanya di sini nggak bayar parkir. Kok Mas-nya tiba-tiba nagih ke saya,” saya berusaha membela diri. Memang setahu saya di pasar itu kalau kita parkir di luar area parkir dan masih ada yang nungguin motornya, maka si pemilik tak perlu bayar parkir.
Melihat saya yang enggan membayar parkir, juru parkir tersebut tampak berang. “Gaji berjuta-juta tapi bayar parkir dua ribu aja nggak mau,” begitu katanya kemudian.
Merasa tersinggung, saya pun langsung meraih dompet di dalam tas. “Ya sudah! Ini saya bayar parkirnya. Lain kali jangan bohong, Mas. Jelas-jelas ini bukan area parkir malah ditagih parkir,” kata saya setengah emosi. Untungnya tak lama kemudian ibu saya datang dan pertengkaran antara saya dan si juru parkir bisa dihindari. Belakangan, dari salah satu pemilik toko langganan saya tahu kalau orang tersebut memang seorang preman parkir.
Kembali lagi ke soal sulitnya mencari uang kecil tadi, seiring dengan perkembangan jaman mungkin kelak kita akan mendapati uang dua ribuan yang tak berarti lagi. Seperti layaknya uang seribuan dan lima ratusan yang kini sudah berbentuk logam dan kerap kita lupakan keberadaannya.
Bener banget kak… Pengalaman sama tukang parkir emang nyebelin banget ya…
Kadang abang tukang parkirnya dimana, motor kita dimana eh pas mau pergi dari parkiran dia muncul narik jok belakang motor. 😀
Klo seratus ribu dipecah sehari langsung ludes tak tersisa… 😀
yang paling nyebelin itu tukang parkirnya ga bantuin sama sekali tapi tetap nagih uang parkirnya. Hedeh
narik uang parkir boleh,tp jgn mahal2 lah,500 perak aj dah cukup,doi kn sehari dpt puluhan motor yg parkir.
Yang peraturannya seribu aja jadi dua ribu, mas. Kalau ngasih 500 pasti dibalikin sama tukang parkirnya 😀
di daerah saya msh ada yg 500 mbk 🙂
wah, keren. di sini nggak ada parkir 500, mas.
Kalau dikumpulin itu uang kecil jadi banyak sekali ya…
Itu mamang parkir, sehari dapatnya banyak sekalii…cuma duduk, trs nyamperin yg mau parkir/pergi .
iya, teh. mirisnya uang-uang receh kecil ini malah sering sembarangan kita menaruhnya..
Saya juga kadang mangkel bin gondok dengan parkir liar. Sudah saatnya pemda menetapkan area dimana yang parkirnya berbayar. Ini nggak, dimana ada tempat ramai sepeda motor langsung ada tukang parkirnya.
iya. makanya kadang kalau harus pergi ke beberapa tempat berbeda itu suka makan hati 😀
Sama, Ka. Suah jua ky itu. Ulun belanja di toko. Ka Beny nunggui di motor pas di muka tokonya. Pas handak bulik, ada yg managih parkir. Kakanakan. Tapi kada ulun beri. Hehehe…
kalau kanakan aman aja. tapi amun preman ngalih am 😀
Wakakaka… Bujur ka ae. Ulun yg bamamay lawan kakanakannya. Hihihi
Menurut saya, apa yang didapatkan dengan memaksa tidak akan bermanfaat bagi orang-orang itu (seperti preman parkir) :haha. Tapi saya mencoba ikhlas saja kalau diminta uang parkir yang agak mahal (sejauh ini paling mahal Rp4k), yah anggap saja terima kasih kendaraan kita sudah dijaga.
Iya Mbak, kita kadang kurang menghargai uang receh, padahal seperti kata pepatah, satu milyar kurang lima ratus perak ya bukan satu milyar namanya :haha. Saya sedang mencoba menyimpan uang-uang receh di satu dompet kecil (saya sebut “tabungan emak” :haha) yang bisa saya bawa ke mana-mana jadi tidak repot kalau cari uang kecil :hehe.
kalau di rumah itu uang receh dikumpulin di satu wadah. kalau dikumpulin kayaknya bisa sampai seratus ribu tuh 😀
Iya Mbak, lumayan banget sebenarnya recehan ini. Saya pun di kosan sedang mengumpulkan dalam satu celengan :)).
emotional blackmail is on the rise
😀
Bener ya mbak,. Setidaknya jd belajar lebih menghargai uang kecil..
iya. uang tetaplah uang walau nilainya kecil, kan?
Klo gak ada receh melengos aja hehe
jadi ingat salah satu lelucon. seorang pengemis mendatangi orang kaya. kata orang kaya dia nggak ada uang kecil. eh tiba-tiba si pengemis ngeluarin uang kecil dan bilang dia ada kembaliannya 😀
Haha.. bisa jadi solusi ini—sodorin selembar 100 ribuan, bilang cuma mau kasih Rp500
Artinya gak ada alasan buat pelit ya
Iya
alhamdulillah…. di dompet saya masih ada pecahan dua ribuan dan lima ratusan. nggak banyak seh, tapi seringnya ada.
tukang parkir yang preman emang bikin kesel. makanya saya jarang mau belanja ke tempat yang ada tukang parkirnya
saya juga sekarang kalau ke minimarket milih yang nggak ada biaya parkirnya 😀
toslah kalau begitu 😀
Paling nyebelin kalau ada tukang parkir trus gak ada uang recehan… serasa males keluar parkir karena khawatir malah ribut
hehe. iya. tapi kalau saya ya paling saya kasih uang seadanya. he
Kalau di sini gak bisa kaya gitu mba, dikasih 1rb aja marah marah
Kadang bingung sendiri mbak. Mau kesel atau gimana sama yang suka mintain gitu. Atau harusnya sedih? Hmmmm.
Soal uang receh saya siapkan di tas aja sih mbak. Setiap kembalian pasti simpenin di tas. Lumayan banget pas dompet kosong. hahahaha
saya sih kalau tukang parkirnya emang bantuin mindahin motornya nggak masalah. kalau nggak ngapa-ngapain itu yang kadang suka bikin ngomel-ngomel 😀
Gak ngapa2in tp minta ya mbak.
iya 🙂
sebelumya salam kenal mbak, ngomongin masalah parkir,pengalaman minggu kemarin muter -muter sama istri.mampir sana-sini, akhirnya baru sadar udah habis 15 ribu, untuk parkir. di Balikpapan parkir mobil 2000 (liar). kalau di mall 3000 untuk 1 jam pertama…
nah itulah yang kadang suka bikin nyesek, mas. uangnya habis buat bayar parkir
Yang paling susah uang seribu, Yan. Kalau dua ribuan alhamdulillah masih gampang.
Tentang tukang parkir ini kadang nyebelin, ya? Pas mau parkir nggak ada orang, giliran mau pergi tukang parkir nongol 😥😥😥
iya, mba Naz. sekarang kalau belanja juga paling susah nyari kembalian seribuan
jadi inget, waktu itu ke atm, kan cuma bentar ya, kirain ga akan dimintain parkir, tapi si abangnya udah stand by aja deket motor. aku biasa aja dan langsung nyari uang kecil, selagi nunggu si abangnya bilang gini “kmrn tuh ada yg ilang motor pas ngambil atm” qiqiqi, kyk yg ngancem gitu kalo ga bayar parkir motorku berpotensi ilang 😛
hihihi.. bisa aja ya paman parkirnya