“Dede-nya di mana?” tanya seorang kawan saat ia datang di syukuran akikah Yumna, anak perempuan saya dan suami.
Saya kemudian menunjuk sebuah box setinggi 1,5 meter dengan kelambu berwana jingga yang berada di salah satu sudut ruangan.
“Loh, ini box bayi, ya? Kirain lemari apa tadi,” kata teman saya tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia kemudian segera menghampiri box tersebut dan menyapa putri saya yang sedang tertidur.
“Bikin sendiri?” tanyanya lagi setelah kembali duduk bersama saya.
Saya menganggukkan kepala. “Ayahnya yang bikinin,” kata saya kemudian.
“Wah keren euy bisa bikin yang seperti ini.”
Saya hanya tersenyum mendengar perkataannya. Pikiran saya pun kembali ke masa proses pembuatan box bayi untuk Yumna.

Pembuatan badan box bayi
Sejak awal kehamilan, suami memang niat banget membuatkan box untuk anak kami nanti. Kebetulan si Mas memang memiliki keahlian (plus peralatan) bertukang jadi dia yakin sekali bisa membuat box bayi sendiri. Saya sendiri sebenarnya agak kurang setuju dengan keinginannya tersebut. Sebab yang saya tahu box bayi biasanya tidak terlalu lama digunakan. Tapi karena ayahnya yang mau ya saya dukung dong. Anggap saja ini adalah hadiah kelahiran dari ayahnya buat Yumna.
“Nanti box bayinya kita bikin ada lemarinya di bawahnya. Jadi bisa buat nyimpan baju Dede,” begitu kata suami menyampaikan konsepnya pada saya.
Maka dimulailah proyek pembuatan box bayi ini. Sebagai permulaan suami membeli beberapa lembar papan kayu serta kayu reng/kaso. Pembuatan box-nya sendiri seingat saya dimulai sejak kehamilan saya memasuki minggu ke 35. Saat itu karena sempat diperkirakan lahir lebih awal, maka suami pun ngebut mengerjakan proyeknya. Mulai dari mengetam kayu yang sudah dibeli, memotong, menyambung papan dengan kayu hingga proses plitur semua dikebut dalam waktu 2 minggu sambil berharap dede bayi tidak keburu brojol. Bahkan saking ngebutnya, suami nekat bertukang di malam hari. Alhasil beberapa tetangga sempat protes karena mendengar suara ketam, palu dan bor bekerja di malam hari.

Proses pembuatan pagar di tempat tidur

Box yang sudah hampir jadi
Setelah berhari-hari bergelut dengan alat pertukangan, alhamdulillah, meski tidak 100% selesai, box bayi tersebut sudah bisa ditempati saat Yumna lahir Desember lalu. Seperti yang dikatakan suami, box bayi ini terdiri atas 3 bagian. Bagian atas adalah tempat tidur, lalu di bawahnya ada laci untuk meletakkan barang-barang kecil, dan bagian bawah merupakan lemari penyimpanan baju Yumna. Agar mudah dipindahkan, suami juga menambahkan roda pada kaki-kaki box bayi ini.
Sayangnya, sesuai dugaan saya, tempat tidur di box ini tidak terlalu sering digunakan. Alasannya karena letaknya yang berada di luar kamar sehingga kami tidak bisa memantau Yumna saat tidur malam. Selain juga masih tidak rela tidur jauh-jauh dari Yumna plus untuk saat ini Yumna lebih sering tidur di ayunan di siang hari. Jadilah box bayi buatan ayahnya lebih sering kosong ketimbang terisi. Tapi rencananya sih nanti kalau usianya sudah 3 bulan Yumna akan kami tidurkan di box ini di malam hari. Yah, semoga saja rencana tersebut bisa terealisasi.

Box bayi sudah lengkap dengan kelambunya
Keren banget jadinya Mbak, menurut saya kalau sudah tidak terpakai lagi bisa dengan mudah diubah seluruhnya jadi lemari khusus perlengkapan bayi. Jadinya akan lebih mudah kalau mau ambil benda-benda keperluan kan, hehe.
iya, mas Gara. untungnya bikin box-nya ada lemari gitu. jadi masih ada fungsinya nanti 🙂
Box bayinya keren! Kreatif banget ya bisa bikin kayak gitu, ada laci dan lemarinya.
makasih 🙂
He eh, kreatif…
Dulu anakku make box juga mbak.. Kepake mmng sebentar, tp pas agak gede, lumayan membantu pas ditinggal sholat, ke kamar mandi
iya kayaknya kalau bayinya sudah mulai bisa balik badan box-nya bakal kepakai lagi
Keren boks bayinya 🙂 . Kalau kecil sdh tidur bablas sepanjang malam bisalah ditidurkan disitu 😉 .
iya, mbak. mungkin kalau umurnya sudah 4 bulanan bakal dipakai lagi boxnya
so sweet banget deh bacanya, Suami ku mau bikin enggak ya buat baby nanti hihi tfs ya Mak
kalau nggak mau minta beliin aja. hihi
Aiiiiih kelewatan banyak. Udah lahir di kecil? Alhamdulillah… Selamat yah. Eh ayahnya kreatif banget tuh. Hebat. Bagus kok box nya, warna kelambu nya aja yg gelap, putih lebih fresh, Halah abaikan komenku hahahaha
Iya, mbak. Alhamdulillah..itu yang milih kelambu bapaknya. Katanya biar serasi sama kertas tempelannya yang warna coklat
ayahnya kreatif banget,
tapi memang mendingan bikin aja sih kalo bisa
lebih hemat hehee
selamat ya mbak kelahiran anaknya
Lumayan juga sih sebenarnya biayanya kalau dihitung. Tapi memang kalau dibikinin itu lebih berasa gimana. Makasih ucapannya 🙂