Seorang pria datang ke acara reuni teman-teman SMA-nya setelah lima belas tahun mereka dinyatakan lulus. Bersamanya turut serta pula seorang wanita muda berparas ayu yang menggandengnya dengan penuh percaya diri di sepanjang acara. Pada teman-temannya tersebut, wanita itu kemudian diperkenalkan sebagai istrinya, yang baru dinikahinya beberapa bulan sebelumnya.
Melihat kemesraan yang ditampilkan si pria dan istrinya, beberapa dari temannya kemudian bertanya padanya. “Apa yang membuatmu mencintai istrimu?” begitu tanya mereka.
Si pria terdiam sesaat. PIkirannya berkelana pada beberapa waktu sebelumnya, saat sang istri masih berstatus kekasihnya. Saat itu mereka berdua sedang menikmati kencan ketiga mereka di sebuah warung pinggir jalan. Di sela-sela makan malam murah meriah yang mereka nikmati, sang kekasih tiba-tiba bertanya padanya. “Kenapa kau menyukaiku?” begitu tanyanya.
Si pria menghentikan suapannya. Matanya menatap mata sang kekasih, berkedip-kedip selama beberapa saat. Tanpa sadar ia pun menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
“Kenapa aku menyukaimu?” ia bertanya ulang pada sang kekasih.
Sang kekasih hanya memberikan anggukan sebagai jawaban.
“Umm.. apakah itu pertanyaan yang harus kujawab?” tanya si pria lagi.
“Ya kalau kau tidak keberatan.” Si gadis memberikan jawaban diplomatis yang justru semakin membuat si pria merasa terpojok.
Kini, setelah beberapa waktu si pria lagi-lagi dihadapkan pada pertanyaan yang sama. Tentu saja seharusnya dia sudah menyiapkan diri untuk pertanyaan seperti ini.Β Di masa sekarang, orang-orang cenderung selalu ingin tahu tentang kehidupan orang lain. Mulai dari kabar terbaru, pekerjaan, hingga kehidupan rumah tanggamu. Semua daftar pertanyaan tersebut sudah disiapkan jawabannya oleh si pria beberapa jam sebelum ia berangkat bersama sang istri.
Sayangnya, untuk pertanyaan yang diajukan temannya ini, si pria tak sempat menyiapkan jawabannya. Persis ketika sang istri -yang waktu itu masih berstatus kekasih- bertanya padanya, ia harus terdiam beberapa saat sebelum memberikan jawaban. Haruskah jatuh cinta memiliki alasan? tanyanya dalam kemudian dalam hati.
Si pria kemudian mengingat kembali bagaimana ia mulai jatuh cinta pada sang istri. Sebuah momen sederhana, namun takkan terlupakan olehnya. Saat itu si gadis, yang merupakan sahabat karibnya memutuskan mengubah potongan rambutnya. Seharusnya ini adalah hal yang biasa saja. Mereka sudah bersahabat lebih dari sepuluh tahun, sebuah waktu yang dirasa cukup untuk membuatnya mengetahui sisi terjelek dari si gadis.
Namun entah mengapa, untuk kali ini, ia merasa ada rasa yang berbeda setelah melihat si gadis dengan potongan rambut terbarunya. Dia terlihat cantik. Lebih cantik dari gadis manapun. Dan sejak saat itu, si pria pun sadar ia telah jatuh cinta pada si gadis.
Lalu, apakah dia akan mengatakan bahwa dia menyukai sang istri karena dia cantik? Kalau boleh jujur, itu mungkin adalah jawaban yang paling aman yang bisa ia berikan. Teman-temannya akan bersiul, dan istrinya akan tersipu mendengar jawaban tersebut. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, jelas itu bukan jawaban yang benar. Kalau hanya karena cantik, maka ia akan jatuh cinta pada semua gadis cantik yang ia temui di kantornya. Jadi kenapa ia bisa jatuh cinta dengan sang istri?
Akhirnya, sambil menghela nafas, si pria pun memberikan jawabannya. “Kau tahu, kadang rasa suka hadir mendahului datangnya alasan. Aku bisa saja memberikan banyak alasan mengapa aku mencintai istriku. Namun setelah kuingat lagi alasan itu hadir setelah aku menyukainya. Jadi yang bisa kukatakan hanyalah aku menyukainya karena aku menyukainya. Itu saja.”
Setelah memberikan jawabannya, si pria pun tersenyum. Itu adalah jawaban yang sama yang diberikannya pada sang istri beberapa tahun sebelumnya.
NB :
Cerita ini ditulis setelah menonton salah satu adegan dalam drama Reply 1997, saat seorang pemuda ditanya mengapa ia menyukai kekasihnya. Selain itu tulisan ini juga dibuat setelah seorang teman bertanya pada saya mengapa saya menyukai seseorang dan jawaban yang saya berikan hanyalah “Kenapa, ya? Aku tak tahu. Aku hanya menyukainya. Itu saja.” π
Hahaha duh yana kenapa bisa pas ya..
π
aku tadi pagi juga ngobrol dengan ibu mertua dan mbae dirumah ibu.
Aku cerita aku dan suami aku ngak pernah bertemu sebelumnya, bahkan tidak pernah mengalami masa pacarann bahkan bertemu cuma 4x langsung aku dilamar..
Saat itu aku berfikir wanita seperti aku akan sulit mendapatkan pasangan.
sampai umur 22 tahun aku blm pernah pacaran mana ada lelaki mau dengan aku karena aku pikir tidak ada yg menarik di diri aku..
Namun kenyataan berkata lain Tuhan kirim suami aku dan umur aku 24th sudah menikah alhamdulilah sampai sekarang…
( Maaf panjang ya aya )
π
Tadi siang aku juga bahas soal jodoh ini sama temanku, ria. Intinya kalau memang jodoh pasti bertemu. Hihi
makan gado-gado enaknya rame-rame
kalau jodoh pasti nggak ke mane
π
mbak…. nanti saya timpuk buat lanjutin cerita yah :
Cinta emang ngga butuh alasan yaa… π
iya. kebanyakan kayaknya gitu π
Cinta itu Wow…. saya pun berjodoh dengan adik kelas kuliah dulu yang tak kukenal sama sekali. kenalnya pun baru pas sudah kerja. sama sekali tak kukira…
macam-macam ya cerita mereka yang ketemu jodohnya. saya masih nunggu cerita saya nih π
Aihhhh… manis amaaaatttt…! Sukaaa caramu menuliskannya, Yan.. π
makasih, mbaaa π
So sweeeeet ^^
tengkyuu ^_^
For a million reasons. And for no reason at all.
hohoho. like it! π
Gini deh mba, ntar kalo ketemu sama jodoh, pasti nggak tau kenapa menyukainya… itu yang aku alami dulu… soale waktu itu sedang menyukai orang lain, eeeh yang jadi istri malah wanita yang aku nggak tau kenapa …
laah gimana, tuh? tapi ketemu istrinya pas udah nggak suka sama orang lain lagi ya?
pertanyaan itu selalu ditanyakan suami ke aku, dan aku tak pernah menjawabnya π
wkwkwk. bingung yak mau jawab apa, sin? π
itu yang namanya cinta kali ya, selalu bingung mencari alasan logis…hanya hati yang bisa menjawabnya
*cieee…tetiba jadi puitis gini gw
Kalau sudah berhubungan sama hati memang susah buat logis. Hehs
Kirain itu kisah nyatanya kak ayan.. Hehe
Bukaann. Ntar kalau aku ketemu jodoh insya Allah diceritain. Hehehe
Terkadang alasan berdasarkan rasional itu kalah dengan alasan yang tercuat lewat emosional kita. Dan alasan seperti itu memang terkadang tidak bisa diucapkan karena hanya bisa dirasakan. Well, i did it. Meski kemudian jawaban pertanyaan seperti ini perlahan, seiring waktu sudah bisa gw temukan. Hehehe…
Nah betul kan, alasannya muncul belakangan. Hehe
apa ya mba… kalo aku sih, ga perlu alasan untuk jatuh cinta π
Terjadi gitu aja ya, mba π
perempuan biasanya memang kepo pengen tahu alasan pasangan memilih dia… :p
iya, mba. emang sudah kodratnya kayaknya π
cinta oh cinta… btw cerita bersambung bloggernya blm ada ya mbak
aduh maaf belum sempat nulis dua hari ini. moga hari ini bisa ya π
ya itulah cinta, beribu ceritanya..
yup π
kalo udah cinta mah gak kemaneee hahahaha
iya. hehe
Entah kenapa saya merasa narasinya romantis sekali..
aih, makasih mas. jadi geer π
Cinta itu datangnya kek petir, nyambarnya gak milih2 π
setujuuu π
hmm.. alasannya apa yaa, klo udah kadung cinta mmg susah dicari alasannya.. π
katanya sih cinta memang nggak perlu alasan π
i asked someone who said “I fall in love with you” – Why do you love me. answered: “Don’t know. Just did”
Kalau cinta gak butuh alasan kan ya mba? *bener gak?*
Iya, kayaknya kebanyakan gitu sih π
Cintanya arya gmn ya kabarnya… *hiks
https://ayanapunya.wordpress.com/2014/06/07/cerita-bersambung-blogger-sepotong-kenangan/
maaf yaa nunggunya lama π
Kirain beneran, ternyata fiksi ya. Top bingit ^^
makasih, mba π