[Cerpen] Kedai Alina

kedai

Semenjak Ranti sahabatnya menikah, kehidupan Nayla terasa semakin membosankan saja. Ia merasa kehilangan teman tempatnya berbagi. Tak ada lagi makan siang yang diselingi obrolan ringan. Atau belanja gila-gilaan yang membuat kaki terasa penat. Hingga memanjakan diri di salon favorit mereka. Semuanya kebiasaan itu mendadak hilang. Apalagi Ranti menikah tanpa proses pacaran yang cukup lama. Sehingga bisa dibilang Nayla tak memiliki cukup persiapan akan kehilangan waktu dari sahabatnya itu.

Bukannya Nayla marah pada Ranti karena tak bisa lagi menemaninya. Sudah menjadi kewajiban Ranti untuk mengikuti suaminya kemanapun ia pergi. Nayla pun berusaha mengerti akan hal itu. Namun tetap saja rasa kesepian itu muncul di hati Nayla, yang pada akhirnya membuatnya merasa menyesal tak memiliki banyak teman.

Untuk mengobati rasa kesepiannya tersebut, Naylamemutuskan untuk lebih membuka diri. Dia mulai bergabung dengan teman-teman di kantornya. Namun mungkin karena terlalu lama bergaul dengan Ranti, membuat Nayla kesulitan untuk bergabung dengan mereka. Lagipula dia tak tahan jika harus mendapatkan pandangan, “setelah sahabat nikah, baru deh ngelirik kami.” Akhirnya Nayla pun memutuskan untuk meninggalkan kelompok tersebut dan menenggelamkan diri dalam kesendiriannya.

Baca lebih lanjut

Cerpen dimuat di tamanfiksi.com (2)

kedai

Hari Sabtu lalu saya mendapat mention dari mas Farick Ziat, editor Majalah Gadis yang juga mengelola grup Taman Fiksi di Facebook. Dalam mention-nya, disebutkan kalau cerpen saya dimuat di web tamanfiksi.com. Ini adalah kali kedua cerpen saya ditayangkan di web cerpen tersebut. Cerpen pertama, Nostalgia, ditayangnya pada bulan November 2015 lalu.

Cerpen ini sendiri sudah ditulis sejak tahun 2013 lalu namun belum pernah saya kirim ke media karena merasa ceritanya yang kurang kuat. Idenya didapat setelah menonton film Bangkok Traffic Love Story pada adegan tokoh utama wanita yang merasa kesepian setelah sahabatnya menikah.

Bagi yang ingin membaca cerpen ini, bisa mendaftar di website tamanfiksi.com. Oh ya, untuk pengiriman naskah bisa dikirim ke tamanfiksi@gmail.com. Naskah yang ditayangkan akan mendapat honor sebesar Rp. 250.0oo.

Cerpen dimuat di Tamanfiksi.com

OK-nostalgia_Page_1

Pagi tadi, saya mendapat kabar dari Ading Hairi Yanti kalau cerpen saya dimuat di Tamanfiksi.com. Jujur saya terkaget-kaget mengetahui kabar ini. Sebab seingat saya baru dua hari sebelumnya saya membuka web tamanfiksi.com dan tak menemukan cerpen saya di saya. Setelah dicek lagi, ternyata saya membuka history lama dari browser saya. Haha.

Cerpen ini sendiri dikirim bulan September yang lalu. Sebelumnya, saya mengirimkannya ke majalah Sekar di tahun 2012 dan tak ada kabar hingga majalah tersebut tak beredar lagi. Idenya sendiri seingat saya didapatkan setelah menonton film Bollywood Baand Baaja Baarat serta kisah seorang teman sekantor saya dulu.

Bagi yang ingin membaca cerpen ini, yuuk cus ke web tamanfiksi.com. Oh ya, untuk pengiriman naskah bisa dikirim ke tamanfiksi@gmail.com.

Tulisan Dimuat di Reader’s Digest Indonesia

Hari Jum’at lalu, sepulang kerja saya menemukan sebuah paket kiriman dii depan televisi. Saya cek alamat pengirim, ternyata dari Femina Grup. Ah, apakah ini surat konfirmasi Femina dari cerpen saya yang dimuat? tanya saya dalam hati setelah mengetahui pengirim paket. Namun anehnya, untuk sebuah surat, paket tersebut terlalu tebal. Ah, apakah Femina sekarang mengirimkan bingkisan majalah bagi penulis yang tulisannya dimuat? tanya saya lagi.

Saya pun kemudian membuka paket tersebut. Tepat seperti dugaan saya, isinya adalah majalah. Reader’s Digest Indonesia, begitu judul majalah tersebut. Pikiran saya melayang. Saya ingat pernah mengirim sebuah tulisan untuk rubrik Humoria pada majalah tersebut. Ah, apakah ini berarti tulisan itu dimuat?

Setengah tak sabar saya telusuri halaman demi halaman dari majalah Reader’s Digest Indonesia. Saya sempat kecewa ketika mengetahui tidak ada tulisan saya di rubrik Humoria. Namun kemudian saya sadar ada beberapa rubrik humor di majalah RDI. Dan akhirnya saya menemukan tulisan saya pada rubrik Tawa di Tempat Kerja. Hoho, senangnya!

Baca lebih lanjut

Stripes Crochet Bag

DSC_2247a

Alhamdulillah kemarin berhasil menyelesaikan sebuah tas rajut lagi. Menggunakan benang poly, motif tas ini terinspirasi dari stripes bag yang beberapa waktu lalu sempat nge-trend. Awalnya sendiri saya berencana membuat tas selempang. Namun kemudian saya menyadari bagian dasar tas terlalu lebar untuk dijadikan tas selempang. Akhirnya, setelah menyelesaikan separo rajutan, saya putuskan menjadikannya tote bag saja. Kebetulan juga saya tidak memiliki tote bag untuk diajak jalan-jalan. Dan karena saya mengerjakannya sesuai mood, maka tas ini baru jadi setelah hampir tiga bulan.

Tentang merajut sendiri, saya sudah mengenalnya sejak duduk di bangku kelas dasar. Seingat saya seorang tetangga memamerkan rajutannya yang membuat saya sangat tertarik. Ia kemudian dengan murah hati mengajari saya teknik dasar merajut. Tak perlu waktu lama bagi saya untuk bisa menguasai teknik merajut ini. Dalam waktu singkat saya berhasil membuat ikat rambut, taplak meja mungil, hingga pakaian untuk boneka barbie saya. Waktu itu belum ada buku pola seperti sekarang. Jadi rajutan yang saya buat kala itu murni imajinasi sendiri atau mencontoh rajutan yang sudah ada.

Baca lebih lanjut