4 Alasan Berbelanja Online

4-alasan-saya-berbelanja-online

“Mas, kayaknya kita perlu beli kelambu deh buat dede bayi,” kata saya malam itu pada suami. Memasuki trimester ketiga kehamilan, saya dan suami memang sudah mulai mencicil beberapa barang yang diperlukan di setelah melahirkan nanti. Beberapa barang sudah saya beli di toko bayi di kota kami

“Iya. Nanti kita beli kelambunya. Sudah cek berapa harganya?” tanya suami kemudian.

“Belum nih. Kita cek di internet saja dulu,” jawab saya lagi.

Tak lama, kami pun mulai memainkan jemari di ponsel untuk mencari tahu harga perlengkapan bayi yang kami inginkan. Sementara kami berdiskusi, dede bayi dalam perut saya tak berhenti menendang-nendang. Mungkin dia sangat antusias saat tahu ayah ibunya sedang mencarikan barang untuknya. Hihi.

***

Beberapa tahun terakhir, aktivitas berbelanja online memang sudah menjadi hal yang sangat populer. Entah itu berjualan lewat media sosial, toko online, hingga merambah ke merchant-merchant yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Adanya beberapa keuntungan seperti hemat waktu dan biaya menjadi alasan mengapa aktivitas belanja online ini bisa populer. Namun tentunya perlu diperhatikan juga track review dari si penjual online agar terhindar dari kekecewaan saat barang yang dipesan tiba.

Baca lebih lanjut

Akibat Kecanduan Smartphone (atau Sosial Media)

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah postingan di sini yang berisi tentang 13 penyakit dan kelainan akibat kecanduan smartphone. Postingan tersebut menyisipkan pula video tentang kelainan akibat kecanduan smartphone ini. Biar lebih mudah diingat, saya pun mencatat 13 kelainan tersebut di postingan ini.

Baca lebih lanjut

Baca Novel Teenlit

Akhir-akhir ini saya mulai membaca novel genre teenlit. Semuanya bermula dari kebosanan saya akan novel-novel dewasa yang saya pinjam di rental langganan. Saya butuh penyegaran! begitu kata saya dalam hati. Maka sambil memilih novel dewasa, mata saya juga menyusuri daftar novel-novel teenlit yang dipajang di rak.

Mungkin ada yang mengatakan membaca novel teenlit berarti penurunan kualitas bacaan. Namun bagi saya, justru dengan membaca novel genre teenlit ini saya memperluas dunia bacaan saya. Meski ya mungkin dunia bacaan yang saya maksud ini masih yang ringan-ringan saja.

Novel teenlit sendiri (setahu saya) mulai berjaya sejak film Eiffel I’m In Love sukses besar di pasaran pada tahun 2003. Film yang diangkat dari novel Rachmania Arunita ini sukses melambungkan nama Sandy Aulia juga Samuel Rizal. Novelnya sendiri, yang awalnya hanya beredar sebagai fotokopian langsung diterbitkan dan laris manis di pasaran.

Baca lebih lanjut

Minimarket Waralaba

Satu hari, saat sedang berkendara menuju kantor suami, tanpa sengaja saya menemukan sebuah tanah yang akan dibangun. Pada sebuah papan yang diletakkan di depan tanah tersebut, disebutkan kalau pada tanah itu akan dibangun sebuah waralaba supermarket. Membaca tulisan tersebut saya spontan berkomentar. “Wow, sampai bikin bangunan sendiri buat supermarket,” begitu kata saya.

Di kota saya saat ini memang sedang menjamur supermarket waralaba yang berasal dari ibukota. Rasanya di setiap sudut kota bisa saya temukan waralaba supermarket ini. Keberadaannya kini jelas bersaing (atau lebih tepatnya mengancam) pasar minimarket domestik.

Untuk menarik pembeli, minimarket waralaba ini kerap memberikan harga promo pada barang-barang yang dijualnya. Katalognya bahkan dikirimkan ke rumah-rumah. Selain itu, untuk menunjang promosi, kadang pihak minimarket juga menghadirkan berbagai hiburan di depan toko mereka.

Baca lebih lanjut

Beli Rumah Di Mana?

Salah satu pembahasan yang cukup booming antara saya dan rekan kerja seangkatan adalah seputar rumah. Dengan usia yang rata-rata sudah matang dan status sebagai pegawai tetap seperti sekarang, keinginan untuk memiliki rumah sendiri jelas bukan hal yang aneh. Apalagi beberapa dari kami juga baru saja melepas masa lajang, jadilah topik berburu rumah menjadi salah satu bahan obrolan jika sudah bertemu.

Saya sendiri setelah menikah masih tinggal di rumah orang tua saya bersama ibu dan adik bungsu saya. Awalnya suami menginginkan agar kami mengontrak rumah terpisah setelah menikah. Namun karena berbagai pertimbangan akhirnya suami setuju untuk tinggal dulu di rumah orang tua saya hingga masa yang belum ditentukan.

Meski tinggal bersama orang tua, tentu saya juga tetap punya keinginan memiliki rumah sendiri. Rasanya lebih menyenangkan jika kita bisa menata rumah kita sendiri, bukan? Karena itulah, layaknya teman-teman yang lain, saya juga rajin berburu brosur perumahan. Dan berhubung departemen tempat saya bekerja sekarang sering melakukan survey untuk keperluan pemasangan pipa, maka bisa dibilang misi berburu rumah ini terasa lebih mudah.

Baca lebih lanjut