Kecondongan hati

Ketika dua orang adik mengumumkan rencana pernikahan mereka bulan lalu, rentetan pertanyaan yang secara otomatis keluar dari kami adalah, “Di mana ketemunya?” dan “Prosesnya gimana?” Memang selama ini, dua orang adik ini tak pernah memperlihatkan tanda-tanda bahwa mereka sudah memiliki calon pendamping. Salah satu alasannya, mungkin, mereka merasa tak nyaman dengan kakak-kakak mereka yang belum menikah ini. XD

Tak bisa dipungkiri, perkara jodoh selalu menjadi pembahasan yang menarik. Ia adalah sebuah misteri yang mungkin takkan bisa kita pecahkan. Seseorang bisa bertemu jodohnya saat sedang berjalan mencari alamat rumah, pada sosok sahabat lama, atau dari sebuah perkenalan yang diperantarai pihak ketiga. Saya sendiri juga selalu tertarik untuk mengetahui kisah di belakang pernikahan orang-orang. Terutama mereka yang melaluinya tanpa proses yang lama.

“Bagaimana bisa yakin?”

Begitu selalu pertanyaan yang muncul di kepala saya. Meski untuk saat ini saya pun berharap menjalani proses yang baik dalam pertemuan saya dengan jodoh nanti, namun tetap saja keraguan itu muncul. Sulit bagi saya membayangkan ketika saya baru mengenal seseorang beberapa minggu, dan kemudian memutuskan menghabiskan sisa hidup saya dengannya.

Namun kemudian saya berpikir kembali. Pertanyaan seperti itu mirip dengan pertanyaan, “Bagaimana kita bisa jatuh cinta pada seseorang?” yang mungkin jawabannya juga akan sulit dijelaskan. Kita hanya tahu bahwa kita telah jatuh cinta. Entah itu pada pandangan pertama. Atau pada sebuah kebiasaan yang mendadak terlihat menarik.

Dalam kepercayaan Yunani (setahu saya), Cupid dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas hadirnya cinta. Dia menembakkan sebuah panahnya kepada seorang gadis, dan panah yang lain pada seorang pemuda. Panah tersebut kemudian menarik kedua orang tersebut pada sebuah titik, dan mereka jatuh cinta.

Saya sendiri belakangan mulai berpikir. Tak ada yang kebetulan yang di dunia ini. Semua sudah direncanakan, termasuk perkara jatuh cinta. Dan ketika berbicara tentang jatuh cinta, maka kita akan berbicara tentang kecondongan hati. Dan karena Allah adalah Maha Pembolak-balik hati, maka tentu Dia-lah yang akan membuat hati kita condong pada seseorang. Bisa jadi hari ini kita tak memiliki perasaan apapun pada seseorang. Namun ternyata, satu atau dua bulan lagi kita akan dibuat merindukan orang itu. Yah, kita takkan pernah tahu bukan bagaimana hati kita akan dicondongkan pada seseorang?

Meski begitu, bukan berarti juga kecondongan hati ini menjadi pembenaran atas cinta yang salah. Saya sendiri beranggapan cinta itu masalah manajemen hati, yang seharusnya bisa dikendalikan. Toh banyak pula yang berkata cinta itu seperti tanaman. Dia akan tumbuh subur kalau dipelihara, dan akan layu jika dibiarkan. Jadi, kalau misalnya nggak pengen pacaran sebelum nikah, ya disimpan dulu rasa sukanya sambil dibawa dalam doa. Atau kalau ternyata tiba-tiba hati dicondongkan pada orang yang salah (suami/istri orang misalnya), ya sebaiknya jangan dipelihara rasa sukanya. Kecuali jika memang Allah memberi takdir seperti itu.

Iklan

18 pemikiran pada “Kecondongan hati

  1. saya punya temen, dicomblangin ama ustadz-nya, eh nikah ama wanita itu. padahal ketemu cuman sekali, keliatan gak ada takjub di mukanya, tapi langgeng sampe sekarang. ini namanya udah jodoh. cinta itu berjalan dengan logikanya sendiri

  2. Dulu sebelum menikah ulun sempat galau jua ka. Bisakah ulun mencintai suami nantinya? Trus kyapa kalau setelah menikah ulun malah ilfil sama suami sendiri? Kyapa kalau kada bisa jatuh cinta? Dan pikiran2 lain yang jar ngarannya pre wedding syndrome. Hehehe… Trus… Ulun baca surah ar ruum ayat 21, yang rancak ada di undangan tuh nah..
    Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

    pas di kalimat ini ‘dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang’, rasanya jleb banget gasan ulun. Ulun yakin, insyaAllah ada cinta dalam pernikahan. Cinta dariNya. Makanya kalau pas tilawah sampai di surah ar ruum ayat 21, bisa mewek sorangan ulun. hehehe…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s