Hadiah dari Ayah untuk si Kecil

“Dede-nya di mana?” tanya seorang kawan saat ia datang di syukuran akikah Yumna, anak perempuan saya dan suami.

Saya kemudian menunjuk sebuah box setinggi 1,5 meter dengan kelambu berwana jingga yang berada di salah satu sudut ruangan.

“Loh, ini box bayi, ya? Kirain lemari apa tadi,” kata teman saya tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia kemudian segera menghampiri box tersebut dan menyapa putri saya yang sedang tertidur.

“Bikin sendiri?” tanyanya lagi setelah kembali duduk bersama saya.

Saya menganggukkan kepala. “Ayahnya yang bikinin,” kata saya kemudian.

“Wah keren euy bisa bikin yang seperti ini.”

Saya hanya tersenyum mendengar perkataannya. Pikiran saya pun kembali ke masa proses pembuatan box bayi untuk Yumna.

img_20161210_153831.jpg

Pembuatan badan box bayi

Baca lebih lanjut

Cerita Kelahiran Yumna

“Dede nanti lahirnya sebelum tanggal 30 aja ya” begitulah obrolan yang kerap saya bisikkan pada bayi saya saat masih dalam kandungan beberapa waktu lalu. Sejak awal saya memang berharap bisa melahirkan pada pertengahan Desember meski HPL menunjukkan saya idealnya melahirkan di akhir Desember. Alasan utama yang membuat saya ingin melahirkan di pertengahan bulan adalah karena ayahnya lahir di pertengahan Desember, jadi saya berharap anak kami tanggal lahirnya tak jauh dari ayahnya. Selain itu, bobot perkiraan bayi yang lumayan besar membuat saya rada keder kalau harus melahirkan di usia kehamilan 40 minggu.

Atas keinginan ini, saya pun mengambil cuti tepat di pertengahan Desember. Dengan harap-harap cemas, saya pun menjalani minggu 38 kehamilan. Kapan ya kira-kira keluar tanda-tanda akan melahirkan seperti flek atau kontraksi? Begitu yang saya pikirkan setiap harinya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian mulai menunjukkan jawabannya pada Senin malam tanggal 19 Desember. Saat itu entah kenapa saya tiba-tiba merasakan kram pada perut bagian bawah. Sebenarnya kalau kram perut ini sudah cukup sering saya rasakan di minggu 37 kehamilan. Namun untuk kali ini kram yang rasakan sedikit berbeda dari biasanya. Saya pun berinisiatif ke kamar mandi untuk melakukan pengecekan. Benar saja. Ada flek di celana dalam saya. Saya pun segera memberi tahu ibu dan suami yang sedang sibuk menyelesaikan box bayi untuk calon anak kami nanti.

Baca lebih lanjut

Membuat Buku Pink (KIA) dan Perkembangan Trimester 2 Kehamilan

Sekitar minggu ke-20 kehamilan, saya dan suami memeriksakan kandungan ke dokter Rizarina yang berpraktik di RS. Islam Banjarmasin. Saya memilih dokter ini pertama karena beliau berjenis kelamin wanita dan sebelum hamil juga sempat periksa plus program hamil di tempat beliau. Sebenarnya sih saya pengen juga nyoba periksa ke dokter lain biar dapat perbandingan gaya meriksa. Tapi mungkin karena merasa hamilnya nggak ribet akhirnya saya balik lagi ke beliau buat periksa kandungan plus sesekali ke bidan juga.

Nah, setelah selesai memeriksa kandungan hari itu, dokter Rizarina tiba-tiba menyarankan agar saya segera membuat buku pink alias buku Kesehatan Ibu dan Anak. “Biar gampang bikin akta kelahiran anak,” begitu kata dokter Rizarina. Saya sendiri sudah pernah mendengar tentang pentingnya memiliki buku pink ini bagi ibu hamil. Tapi yang saya tahu, untuk mendapatkan buku pink ini ibu hamil harus periksa ke Puskesmas.

“Bikinnya di mana, Dok?” tanya saya kemudian.

“Di Puskesmas,” jawab dokter lagi tepat seperti dugaan saya.

Sepulang dari dokter, saya pun mencari-cari info di mana bisa mendapatkan si buku pink selain di Puskesmas. Maklumlah, ya, saya malas antri di kalau di Puskesmas. Eh ternyata setelah bertanya kepada seorang teman, saya jadi tahu kalau klinik bersalin yang letaknya tak jauh dari rumah bisa memberikan buku itu.

Baca lebih lanjut

Janin yang Mulai Bergerak

Malam itu, saya dan suami sudah bersiap-siap tidur. Seperti malam-malam sebelumnya, saya memintanya mengelus-elus perut yang sudah semakin membesar. Katanya sih, di usia kehamilan trimester kedua, janin sudah mulai bisa merasakan sentuhan dari luar. jadilah

Saat hampir terlelap, tiba-tiba saja suami berkata, “Eh, perutmu kenapa?”

“Kenapa memangnya, Mas. Tadi ngerasain dede bayi nendang, ya?” tanya saya kemudian.

“Iya. Tadi kayak ada yang ngetuk-ngetuk dari dalam gitu. Kupikir itu bunyi perutmu,” kata suami lagi.

Saya tertawa. “Horee akhirnya kamu bisa merasakan gerakan dede bayi. Senang, nggak?” tanya saya lagi. Jelas ini adalah momen yang sangat menyenangkan bagi saya dan suami. Setelah mencoba berkali-kali, akhirnya suami bisa merasakan sendiri gerakan janin di perut saya di minggu 24 kehamilan.

Baca lebih lanjut

Pengalaman Mengikuti Beauty Class Mirabella

Hari itu, saya bersama adik perempuan mengunjungi sebuah toko kosmetik yang cukup ternama di kota kami. Saat sedang asyik menyambangi aneka counter make up yang ada di toko itu, saya tiba-tiba tertarik sebuah pemandangan. Di sebuah counter, tampak seorang wanita sedang didandani oleh BA (Beauty Assistant) dari produk Mirabella. Saya pun langsung mendekati counter Mirabella tersebut.

“Mari, Mbak. Ada promo produk Mirabella. Cukup belanja lima puluh ribu sudah dapat hadiah plus undian. Kalau mau minta dandanin juga bisa,” kata salah satu BA pada saya.

Saya hanya tersenyum mendengar tawaran dari BA tersebut. “Maaf, Mbak. Saya tadi lupa bawa uang jadinya nggak bisa beli apa-apa. Saya juga nggak bisa lama-lama di sini. Harus balik ke kantor lagi,” kata saya kemudian.

“Oh iya, Mbak. Besok di toko Mahkota ada beauty class. Cukup bayar seratus ribu sudah bisa belajar make up plus dapat produk Mirabella Kit ini. Kalau Mbak tertarik bisa saya daftarkan,” tak mau rugi, si Mbak BA memberikan penawaran lain pada saya.

Saya yang akhir-akhir ini sedang suka dengan dunia per-make up-an langsung tertarik mendengar info tersebut.

Baca lebih lanjut