Saya baru saja menamatkan novel terbaru Tere Liye yang berjudul Tentang Kamu. Saat pertama kali Tere Liye menyebutkan proyek terbarunya ini dalam acara di Duta Mal beberapa waktu yang lalu, saya sempat berpikir kalau novel ini bergenre romance. Tebakan ini kemudian semakin menguat saat saya melihat covernya yang berwarna jingga dengan ilustrasi sepasang sepatu. Bukankah jingga yang diidentikkan dengan senja itu termasuk warna romantis? Belum lagi sepasang sepatu yang akhir-akhir ini dikaitkan dengan jodoh.
Kenyataannya, Tentang Kamu tidak bercerita tentang kisah cinta. Ada sih, tapi hanya satu bab kalau tidak salah. Novel ini lebih bercerita tentang kisah perjuangan hidup dan nilai-nilai yang bisa diambil dari perjalanan hidup salah satu tokoh daam novel ini. Diceritakan seorang pengacara muda bernama Zaman Zulkarnaen yang bekerja di firma hukum di Inggris bernama Thompson & Co. Meski bukan termasuk dalam jajaran firma hukum ternama, dari dosennya, Zaman tahu kalau firma hukum ini memiliki integritas yang sangat tinggi. Dalam menjalankan usahanya, Thompson & Co lebih mengkhususkan diri pada urusan waris para kliennya.
Satu hari, Zaman diminta menyelesaikan urusan waris salah satu klien Thompson & Co yang baru saja meninggal. Klien ini meninggalkan harta bernilai triliunan rupiah, namun menghabiskan masa tuanya di sebuah panti jompo di Paris. Tugas Zaman adalah menemukan ahli waris dari almarhum klien. Yang membuat Zaman terkejut, sosok yang akan ditelusurinya ini ternyata berasal dari negara yang sama dengannya, yakni Indonesia, dan bernama Sri Ningsih.
Berbekal beberapa informasi yang didapatnya dari salah satu pengurus di panti jompo tempat almarhum Sri Ningsih tinggal, Zaman pun mulai menelusuri kehidupan Sri Ningsih. Tak mudah tentunya menelusuri setengah abad kehidupan seseorang. Apalagi jika panduannya hanya berupa sebuah buku harian. Namun Zaman dengan kemampuan investigasinya berhasil menyelesaikan tugas ini dengan baik hingga akhirnya menutup simpul misteri kehidupan Sri Ningsih.
Secara singkat, ada empat periode kehidupan yang dijalani Sri Ningsih. Masa kecilnya di Sumbawa, masa remajanya di Solo, masa berjuangnya di Jakarta, masa romansanya di London, dan terakhir masa tuanya di Paris. Tentunya ada kisah-kisah tersendiri dari fase-fase kehidupan yang dijalani Sri Ningsih ini. Bagaimana ia menghabiskan masa kecil, hingga bisa memiliki harta bernilai triliunan di akhir hidupnya.
Dari plot ceritanya sendiri, rata-rata pembaca Tere Liye pasti mengakui kepiawaian penulis yang satu ini dalam meramu cerita. Selain itu, dalam novel ini juga kita bisa mendapatkan beberapa nilai-nilai positif yang bisa diambil dari kehidupan Sri Ningsih. Beberapa nilai yang ditonjolkan tersebut antara lain:
Kesabaran tiada batas
Pesan ini disampaikan Tere Liye dalam mengurai bab masa kecil Sri Ningsih di Pulau Bungin Sumbawa. Kehidupan Sri Ningsih yang bahagia mendadak berubah setelah ayah tercinta meninggal dalam pelayarannya. Ibu tiri yang dulu menyayanginya berubah menjadi sosok ibu tiri jahat yang kerap memperlakukannya dengan kasar. Meski begitu, Sri Ningsih tetap bersabar dan berbakti pada ibu tirinya ini.
Selalu berprasangka baik dan tulus dalam bersahabat
Di masa kehidupan remajanya di Solo, Sri Ningsih memiliki 2 orang sahabat. Mereka adalah Nur’aini dan Sulastri. Nur’aini merupakan putri dari pemimpin pesantren tempat Sri Ningsih menimba ilmu, sedangkan Sulastri adalah salah satu pengajar di pesantren tersebut. Sayangnya, persahabatan tersebut berakhir tragis akibat dari Sulastri yang terpengaruh ajaran komunis. Berbeda dengan Nur’aini, Sri Ningsih tetap berusaha menjalin hubungan dan berprasangka baik pada Lastri, hingga akhirnya peristiwa tragis di tahun 1965 menutup episode persahabatan mereka.
Tak lelah berusaha dan selalu belajar
Setelah menyelesaikan fase kehidupannya di Solo, Sri Ningsih pun hijrah ke Jakarta. Awal kehidupannya di Jakarta dilewati dengan penuh perjuangan. Untuk bisa memenuhi kehidupannya, Sri Ningsih bekerja apa saja. Mulai dari kuli panggul di pasar, mengajar, hingga menjadi pedagang kaki lima. Semangatnya yang besar membuat Sri Ningsih tak berhenti berusaha. Ia memulai usaha pertamanya dengan berjualan nasi goreng, hingga kemudian merintis usaha sabun. Di sinilah kemudian diketahui asal muasal kekayaan yang dimiliki Sri Ningsih. Keberhasilan Sri Ningsih dalam mengelola usaha ini tentunya tidak terlepas dari dirinya yang sangat suka belajar.
Dedikasi yang tinggi pada pekerjaan
Pada bab kehidupannya di London, Sri Ningsih mendapatkan rezekinya dengan menjadi sopir bus di kota tersebut. Keahliannya menyetir sendiri didapat ketika masih bersekolah di Solo. Sebagai sopir bus, Sri Ningsih dikenal sebagai salah satu sopir dengan dedikasi tinggi. Ini dibuktikan dengan keberhasilannya meraih predikat sopir bus teladan di kota London.
Demikianlah review singkat saya akan novel terbaru Tere Liye. Kalau kata saya sih, novel ini bisa dibilang sebuah novel bergenre motivasi yang sangat menarik untuk dibaca.
Penasaraaaan 🙂 Semenegangkan Negeri Para Bedebah nggak mbak?
kalau dibilang menegangkan sih nggak ya, secara genrenya beda. Tapi ini bikin penasaran juga kok ceritanya. Gaya-gaya detektif gitu deh. Oh ya novel Tere Liye yang judulnya Pulang yang genrenya mirip sama Negeri Para Bedebah itu.
Oh baiklah, makasih infonya mbak.
kenapa setelah kaya malah jadi sopir bus yah?
nah itu dia. coba aja baca di novelnya. hihi
Yaaaaaah 😀
saya suka kutipan kutipan novelnya..dalam banget
Kalau Tere Liye memang jagonya bikin kutipan ya, mbak 🙂
aku penasaran baca novel2 dia tapi beneran bagus ya?
Kalau menurut saya sih kelebihannya Tere Liye ini dia pandai bercerita. Novel-novelnya selalu mengalir ceritanya. Cuma kalau menurut saya karakter tokoh-tokohnya rada monoton dari satu novel ke novel lainnya.
Cerita novelnya menarik yak dari Solo sampai ke London…
Jadi pingin baca juga nih. Xixxixxi pinjem dunk
aku juga pinjam. hehe
jadi penasaran sama kelanjutan ceritanya seperti apa
Yuk baca novelnya 🙂
Belum begitu banyak nih buku karya Tere Liye yang sudah saya baca. Palingan Hafalan Shalat Delisa sama apa itu…yang ada judul Ayahnya…hehehe.. Makasih sharingnya mbak
Semoga bisa baca buku yang ini ya, mbak 🙂