Having Fun With The Liebster Award

Pertama-tama saya ucapkan terima kasih banyak buat Eka  yang sudah memberikan award ini kepada saya.  Kalau nggak salah sih dulu juga pernah bikin yang kayak gini hehe. Liebster Award ini sendiri bertujuan untuk menjalin keakraban sesama komunitas blogger. Penghargaan ini didedikasikan kepada blog-blog yang mendukung blogger baru dengan harapan mendapatkan wawasan kedalam komunitas blogging.

Caranya:

  • Post award ke blog kamu
  • Sampaikan terima kasih kepada blogger yang mengenalkan award ini & link back ke blog dia
  • Share 11 hal tentang kamu
  • Jawab 11 pertanyaan yang diberikan padamu
  • Pilih 11 blogger lainnya dan berikan mereka 11 pertanyaan yang kamu inginkan

Baca lebih lanjut

Tes Kepribadian

Beberapa hari ini, saya perhatikan beberapa teman di facebook mengikuti sebuah tes kepribadian di http://www.ipersonic.net. Penasaran, saya pun mengikuti juga tes tersebut. Ada empat langkah yang harus diikuti untuk mengetahui kepribadian ini. Keempat langkah tersebut meliputi : ekstrovert atau introvert, sensorik atau motorik, pemikir atau perasa, dan pemantau atau penilai. Dan setelah melewati keempat langkah tersebut, inilah kepribadian yang dihasilkan untuk pilihan-pilihan saya.

Tipe Idealis Spontan adalah orang-orang kreatif, periang, dan berpikiran terbuka. Mereka penuh humor dan menularkan semangat menikmati hidup. Antusiasme dan semangat mereka yang menyala-nyala menginspirasi orang lain dan menghanyutkan mereka. Mereka menikmati kebersamaan dengan orang lain dan sering memiliki intuisi yang jitu mengenai motivasi dan potensi orang lain. Tipe Idealis Spontan adalah pakar komunikasi dan penghibur berbakat yang sangat menyenangkan. Keriaan dan keragaman dijamin saat ada mereka. Namun demikian, kadang-kadang mereka terlalu impulsif saat berhubungan dengan orang lain dan dapat menyakiti orang tanpa bermaksud demikian, karena sifat mereka yang blak-blakan dan terkadang kritis.

Baca lebih lanjut

Phobia

Ada satu adegan dalam film King Kong yang hingga hari ini masih menghantui saya. Adegan di mana para kru film yang dipimpin Jack Black terjatuh ke jurang, dan di jurang itu mereka diserang oleh sekumpulan binatang berukuran raksasa yang siap memangsa mereka. Saya lupa apa saja jenis binatang tersebut, namun ada satu binatang yang bahkan dari kemunculannya sudah membuat saya bergidik ngeri. Belum lagi adegan saat binatang itu memangsa salah satu kru film, benar-benar membuat saya trauma! Belakangan saya sadari, hal inilah yang kemudian menjadi salah satu awal ketakutan saya pada ulat bangkai atau belatung.

Beberapa tahun yang lalu, salah satu kucing di rumah membawa tikus hasil buruannya ke plafond kamar mandi di rumah. Waktu itu kondisi plafond kamar mandi di rumah kami memang masih belum tertutup secara sempurna. Karena berpikir tikus itu akan dihabiskan oleh si kucing, saya pun membiarkan saja bangkai tikus tersebut teronggok di atas plafond. Beberapa hari berselang, bau busuk pun menyebar. Namun entah mengapa tak jua ada keinginan dari orang rumah untuk membuang bangkai tikus tersebut. Hingga akhirnya kemudian bau busuk itu menghilang, dan sebagai gantinya saya menemukan ulat-ulat kecil itu merayap di dinding kamar mandi.

Berkaca dari pengalaman tersebut, akhirnya ibu saya memutuskan untuk memperbaiki plafond kamar mandi tersebut. Plafondnya yang dulu hanya separo kini ditutup penuh, dengan harapan kucing tak bisa lagi membawa bangkai tikus ke atasnya. Namun rupanya masih ada saja jalan bagi para kucing ini membawa mangsanya ke atas plafond. Dan meski setelah kejadian pertama kami lebih waspada, namun tetap saja ada saat di mana kami semua kecolongan dan lagi-lagi menemukan ulat-ulat kecil merayap di dinding kamar mandi. Dan bisa ditebak, sayalah yang paling heboh dengan keberadaan ulat-ulat kecil ini.

Hingga kini, saya sendiri belum bisa memastikan faktor yang membuat saya bisa begitu takut dan geli dengan ulat bangkai ini. Dugaan pertama, (seperti yang saya tulis di atas) karena efek menonton film King Kong beberapa tahun yang lalu. Jika ini benar, maka besar kemungkinan saya juga takut dengan binatang beruas seperti cacing dan ulat (terutama ulat bulu). Dugaan kedua (dan ini menurut saya lebih pas), ulat bangkai ini mengingatkan saya pada kematian. Setiap kali melihat binatang ini, saya langsung membayangkan bagaimana tubuh saya nantinya akan bernasib sama seperti bangkai tikus itu. Busuk dan dimakan ulat.

Untuk saat ini, tingkat ketakutan saya pada ulat bangkai bisa dikatakan sudah mencapai titik yang cukup menakutkan. Hidung saya kini jadi sangat peka dengan bau ulat-ulat tersebut. Saya juga sekarang juga selalu mengenakan kacamata ke kamar mandi agar bisa mengecek apakah ada binatang kecil yang merayap di lantai atau dinding. Bahkan, kadang-kadang muncul pikiran aneh di kepala saya kalau tiba-tiba ulat-ulat itu akan muncul tiba-tiba dari air yang saya gunakan. Kalau sudah begini, muncul pertanyaan baru di kepala saya. Jangan-jangan saat ini saya sudah sampai pada taraf paranoid?

Cinta Monyet

Saat masih duduk di bangku SMP dulu, saya menyukai seorang teman satu angkatan yang juga satu kelas dengan saya. Layaknya remaja yang sedang jatuh cinta, saya senang memandangi teman saya ini dari kejauhan. Dan karena di masa itu saya masih pemalu dan pendiam (sekarang juga masih pemalu tapi lebih cerewet :D) maka akhirnya rasa suka saya tersebut hanya bisa saya simpan dalam hati, mulai dari kelas 1 SMP hingga saya duduk di bangku kuliah.

Di bangku kuliah, perasaan saya pada teman saya itu mulai memudar. Di masa ini jug saya akhirnya bisa mewujudkan keinginan saya untuk setidaknya bisa akrab dengannya. NIM yang berdekatan serta seringnya kami satu kelompok dalam praktikum dan tugas besar menjadi katalis dari akrabnya saya dengannya. Lucunya, saat akhirnya bisa dekat dengannya, saya malah menunjukkan sisi jelek saya. Entah berapa kali teman saya ini kena omel karena hal-hal kecil. Dan saat dia protes dengan keadaan tersebut, saya hanya bisa beralasan dengan berkata, “Kamu itu datangnya selalu pada saat yang salah, sih!” 😀

Sekarang, teman saya ini sudah menikah dengan gadis pilihannya. Kadang, kalau mengingat sosoknya, saya sempat berpikir, apakah karena akhirnya bisa akrab dengannya maka rasa suka saya padanya bisa berkurang? Apakah karena saya akhirnya mengetahui beberapa sifatnya maka sosoknya tak lagi wah di mata saya? Ataukah karena otak saya sudah semakin rasional maka akhirnya saya berhenti mengharapkannya?

Ah, apapun alasannya, sosok teman saya ini akan selalu saya kenang sebagai cinta monyet saya 🙂

Masuk Ma’had Lagi dan Obrolan Sesudahnya

Hari Minggu kemarin, setelah satu bulan libur, akhirnya kelas Ma’had Umar bin Khattab aktif kembali. Seperti biasa, dalam setiap pertemuan besar yang diadakan setiap dua bulan sekali, dilakukan pembagian kelompok lagi bagi para peserta ma’had. Pembagian tersebut antara lain pra tahsin, tahsin, tahsin lanjutan 1, tahsin lanjutan 2 dan tahfidz.

Di kelompok saya sendiri ada beberapa peserta baru lagi. Berita baiknya, kelas kami kembali dipegang oleh ustadzah Ihsan, yang sebelumnya sempat cuti. Yah, seenggaknya kami tidak harus nyetor hafalan dari balik tirai lagi meski konsekuensinya bakal lebih dicereweti soal makhraj huruf. Saya sendiri sepertinya harus mengulang lagi bacaan yang sudah saya setor sebelumnya. Alasannya? Hampir 70% hafalan itu hilang selama masa liburan. Dan lagi, seperti yang dikatakan teman lain, juz yang sedang saya hafal memang termasuk yang sulit dihafal.

Baca lebih lanjut