Celoteh Abdullah

Hari itu, seperti biasa saya hadir di ma’had Umar bin Khattab untuk menyetorkan hafalan. Ada sekitar delapan orang yang hadir pada pertemuan hari itu. Jumlah yang mungkin hanya separuh dari jumlah seluruh peserta kelas tahfidz yang kami ikuti.

Seperti biasa, ustadzah Ihsan datang dengan mengajak serta putri bungsunya yang berusia delapan belas bulan. Turut serta pula si sulung Abdullah, yang kini telah menginjak usia tujuh tahun. Sembari sang ibu menerima setoran hafalan dari para santri, Abdullah juga tampak sibuk menjaga adik bungsunya yang tak pernah bisa diam.

Karena tak banyak yang menyetor, setengah jam jelang jam pulang ustadzah Ihsan memutuskan mengadakan kuis menyambung ayat. Jadi dalam pelaksanaannya, ustadzah akan membacakan sebuah potongan ayat dan menunjuk seorang santri untuk menyambung lanjutan ayat tersebut. Kuis ini sesekali diadakan dalam rangka mengetes hafalan kami semua yang mengikuti kelas tahfidz.

Baca lebih lanjut

Cuti Menghafal?

Bulan Oktober lalu, salah satu teman saya di kelas tahfidz mengambil cuti dari kelas selama satu bulan. Awalnya saya tidak mengetahui perihal cutinya ini. Yang saya tahu, selama beberapa pertemuan sosoknya tak kunjung muncul di kelas. Padahal biasanya sosoknya inilah yang kerap menjadi teman akrab saya selama berada di ma’had. Biasanya sepulang dari kelas kami menyempatkan diri untuk makan bersama. Wajar dong jika kemudian saya bertanya-tanya mengenai absennya dirinya. Apalagi saya juga mendapati pesan yang saya kirimkan tak terlalu mendapat respon darinya.

Sampai kemudian seorang adik memberitahu saya. “Kak N cuti selama bulan Oktober,” begitu katanya. Saya pun mengkonfirmasi informasi pada teman saya tersebut. Dan benarlah adanya. Teman saya memutuskan untuk cuti dari kelas tahfidz selama satu bulan penuh. Alasannya? “Aku mau fokus muraja’ah,” katanya pada saya.

Lepas pertengahan bulan Oktober, saya berhasil menyetorkan surah Al Mujadalah. Mengingat bagaimana beberapa hafalan saya banyak yang mulai hilang, saya pun terpikir untuk mengambil cuti seperti yang teman saya lakukan. Rasanya tidak mungkin bagi saya untuk maju ke hafalan selanjutnya jika surah-surah sebelumnya terlupakan.  Saya kemudian menghubungi teman  saya yang sedang cuti tersebut. Bagaimana kabar muraja’ahnya? Tanya saya padanya. Tanpa saya duga, teman saya itu kemudian memberikan jawaban yang cukup mengejutkan.

Baca lebih lanjut

[Ma’had] Itsar

Kemarin sore, usai mengikuti tes sand cone di salah satu lokasi jalan yang saya awasi, saya langsung melajukan motor saya menuju ma’had untuk menyetor hafalan. Sebenarnya hari itu saya tak terlalu siap dengan hafalan yang harus saya setor. Selain itu  Namun mengingat minggu sebelumnya saya sudah absen dua hari berturut-turut, maka mau tak mau saya harus masuk minggu ini. Yah, setor muka istilahnya 😀

Pukul lima kurang, saya tiba di ma’had. Sudah ada beberapa teman di ma’had, namun sepertinya belum ada satupun yang menyetorkan hafalannya. Ustadzah Ihsan sendiri tampak masih sibuk bertukar pikiran dengan Nooril, salah satu peserta ma’had.

Baca lebih lanjut

Masuk Ma’had Lagi dan Obrolan Sesudahnya

Hari Minggu kemarin, setelah satu bulan libur, akhirnya kelas Ma’had Umar bin Khattab aktif kembali. Seperti biasa, dalam setiap pertemuan besar yang diadakan setiap dua bulan sekali, dilakukan pembagian kelompok lagi bagi para peserta ma’had. Pembagian tersebut antara lain pra tahsin, tahsin, tahsin lanjutan 1, tahsin lanjutan 2 dan tahfidz.

Di kelompok saya sendiri ada beberapa peserta baru lagi. Berita baiknya, kelas kami kembali dipegang oleh ustadzah Ihsan, yang sebelumnya sempat cuti. Yah, seenggaknya kami tidak harus nyetor hafalan dari balik tirai lagi meski konsekuensinya bakal lebih dicereweti soal makhraj huruf. Saya sendiri sepertinya harus mengulang lagi bacaan yang sudah saya setor sebelumnya. Alasannya? Hampir 70% hafalan itu hilang selama masa liburan. Dan lagi, seperti yang dikatakan teman lain, juz yang sedang saya hafal memang termasuk yang sulit dihafal.

Baca lebih lanjut

peraturan baru dan mulai lelah (lagi)

Sejak mengalami pergantian dari ustadzah Ihsan ke Ustadz Zainudin, beberapa peraturan dibuat untuk lebih mendisiplinkan para peserta tahfidz. Peraturan tersebut melingkupi kehadiran minimal dalam tiap bulannya, serta kewajiban menyetor tiap kali pertemuan.  Adanya peraturan baru ini disebabkan oleh minimnya absen peserta selama diasuh oleh ustadzah Ihsan. Ada yang hanya hadir beberapa kali dalam satu bulan bahkan ada yang tidak hadir selama satu bulan penuh namun tetap bersedia membayar iuran bulanan.

Memang ketika diasuh oleh Ustadzah Ihsan dahulu, kami para peserta tahfidz terkesan lebih santai dan seenaknya dalam menyetor hafalan. Bagi yang kuat kemampuan menghafalnya, kadang cukup rajin untuk datang seminggu dua kali untuk menyetor. Namun bagi mereka yang mungkin terlalu sibuk untuk menghafal, kadang hanya hadir dua minggu atau bahkan satu bulan sekali. Belum lagi waktu itu penyetoran hafalan dilakukan di rumah ustadzah dan bukannya di ma’had yang semakin memperlonggar peraturan.

Baca lebih lanjut