Belajar Mengajar

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat menonton sebuah film berjudul Freedom Writer. Film ini -yang diangkat dari sebuah buku- bercerita tentang seorang wanita bernama Erin Griwell yang menerima tawaran sebagai seorang guru di sebuah sekolah di Amerika. Tak tanggung-tanggung, Erin harus mengajar di kelas yang paling bermasalah di sekolah tersebut. Siswa-siswa yang nakal, bermasalah dengan keluarga, bullying, hingga rasisme berkumpul di kelas tersebut.

Mulanya Erin merasa kesulitan dalam menghadapi siswa-siswanya tersebut. Namun kemudian ia berhasil menemukan cara untuk bisa menaklukkan para siswa bermasalah ini. Erin membeli sejumlah buku tulis dan membagikannya pada seluruh siswanya. Para siswa kemudian diminta mengisi diary tersebut dengan curahan isi hati mereka. Buku tersebut kemudian dikumpulkan dan Erin akan membaca isinya seusai jam sekolah. Dengan metode yang digunakannya ini, Erin berhasil mengambil hati para siswanya. Tak hanya itu, Erin juga berhasil menghidupkan kembali semangat para siswa untuk belajar dan lulus dari sekolah mereka.

***

Baca lebih lanjut

[Cerpen] Bukan Cinderella

Pangeran Erick menatap sepatu perempuan yang kini ada di tangannya. Berbentuk high heels dengan warna putih dan ornameh kristal pada bagian depannya, sepatu tersebut ditemukannya di lantai balkon istana saat pesta dansa berlangsung tadi malam. Sambil memutar-mutar sepatu tersebut, diketuk-ketukkannya jarinya ke sandaran kursi yang ia duduki sekarang.

“Menurutmu apa maksud gadis itu meninggalkan sebelah sepatunya, Ren?” tanya pangeran pada Ren, pengawal setia sekaligus sahabatnya yang sejak pagi sudah menemaninya.

“Kurasa jelas sekali. Dia ingin Anda mencarinya,” jawab Ren dari tempatnya berdiri.

“Maksudmu aku harus mengadakan sayembara dan meminta para gadis di kota ini mencoba sepatu ini? Hah! Kalau begitu caranya mungkin aku akan mendapatkan puluhan gadis yang kakinya pas dengan sepatu in,” kata Pangeran Erick, masih sambil memandangi sepatu di tangannya.

“Atau bisa juga Anda memanggil kembali para gadis yang datang tadi malam dan menanyakan sepatu apa yang mereka kenakan pada pesta tadi malam. Saya rasa itu akan lebih efektif.”

Baca lebih lanjut

Ali Muakhir di Forum Kepenulisan FLP Banjarmasin

Hari Sabtu (01/06) kemarin, Forum Kepenulisan FLP Cabang Banjarmasin kedatangan tamu dari Jakarta. Beliau adalah Ali Muakhir, seorang penulis nasional yang dikenal dengan spesialisasi cerita anaknya. Kedatangan kang Ali ke Banjarmasin sendiri adalah dalam rangka menghadiri Muswil FLP Kalsel yang diadakan keesokan harinya.

Bertempat di “hutan buatan” Masjid Raya Sabilal Muhtadin, forum ini dihadiri oleh para anggota dari FLP cabang Banjarmasin dan perwakilan dari FLP Cabang Banjarbaru. Dalam ceritanya hari itu, Kang Ali berbagi kisah tentang bagaimana ceritanya beliau bisa menjadi penulis, dan tentunya berbagi tips seputar dunia tulis menulis, terutama untuk cerita anak. Beberapa poin yang bisa saya ingat dari ilmu yang dibagikan hari itu antara lain tentang pembagian kelas cerita anak (balita, anak-anak, remaja), jenis-jenis cerita yang disukai anak-anak (kehidupan sosial, persahabatan, fantasi), juga tentang pembuatan kerangka tulisan.

Baca lebih lanjut

[Review] Pelangi di Pelabuhan

wpid-2013-05-10-10.12.07.jpgPelangi di Pelabuhan merupakan antologi cerpen Forum Lingkar Pena Kalimantan Selatan. Memuat delapan belas cerpen, antologi ini berusaha merangkum berbagai realita kehidupan yang ada di sekitar kita, entah itu di bidang pendidikan, sekolah, hingga politik.

Cerita pertama, Suatu Hari di Pelabuhan karya Nailiya Noor Azizah, mengajak kita menyelami hati seorang pria yang merindukan ayahnya. Adalah Firman, seorang laki-laki yang harus kehilangan sosok sang ayah di masa kecilnya. Setelah bertahun-tahun tinggal bersama paman yang bernama Isa, Firman akhirnya mengetahui perihal perceraian orang tuanya. Hal yang menjadi alasan hilangnya sosok ayah dari hidupnya. Beruntung ia memiliki seorang guru yang sangat perhatian bernama pak Rahmad. Pada pak Rahmad inilah Firman menumpahkan segala kerinduannya kepada sang ayah.

Baca lebih lanjut

Seminar Menulis dan Workshop bersama Boim Lebon

Minggu, 17 Maret 2013 yang lalu, FLP Banjarmasin mengadakan acara Seminar Menulis dan Workshop bersama Boim Lebon dengan tema “Dari Rumah Baca menuju Layar Kaca.” Acara ini berlangsung di Aula Saraba Sanggam Provinsi Kalimantan Selatan dari pukul 09.30 WITA s.d 17.00 WITA. Berikut sedikit dokumentasi dari acara tersebut.

Baca lebih lanjut