To Be Loved

Di departemen tempat saya bekerja, ada tiga orang yang menjalani pernikahan jarak jauh. Yang pertama adalah supervisor saya, yang istrinya tinggal di Makassar. Yang kedua, seorang rekan satu divisi yang suaminya bekerja di perusahaan tambang. Dan yang ketiga adalah seorang kakak yang suaminya tinggal di Surabaya.

Tentunya tidak mudah menjalani pernikahan jarak jauh seperti ini. Kadang, dalam beberapa obrolan saya mendengarkan curhat mereka. Bagaimana harus menyiapkan uang berlebih agar bisa bertemu (dalam waktu yang singkat). Tidak enaknya makan sendirian saat berada di rumah. Juga tentunya saat harus bertahan dengan berbagai godaan yang ada di saat terpisah.

Ini kemudian mengingatkan saya pada sebuah film Thailand yang saya tonton beberapa tahun yang lalu. Berjudul Bangkok Traffic Love Story, film ini bercerita tentang pencarian cinta seorang wanita berusia 30-an bernama Mei Li.

Baca lebih lanjut

Rival

Beberapa waktu lalu, saya menonton Rush, sebuah film biopic tentang dua orang pembalap Formula 1 tahun 70-an, James Hunt dan Nikki Lauda. Dalam film tersebut, diceritakan keduanya telah saling mengenal sejak masih berstatus pembalap Formula 3. Hunt adalah pembalap berbakat British nan flamboyan dan selalu menikmati hidup, sedangkan Lauda adalah pembalap muda Austria penuh perhitungan namun jenius dalam bidang mesin.

Dalam pertemuan pertama mereka, Hunt dengan taktiknya berhasil mengalahkan Lauda yang sejak awal telah menjadi nama yang diperhitungkan. Sejak saat itu, persaingan antara keduanya berlanjut hingga saat keduanya berada di level paling bergengsi, Formula 1.

Dalam perjalanannya, karena pengetahuannya dalam teknik mesin, Lauda mengungguli Hunt dalam perolehan gelar dunia. Hal ini tentu saja membuat Hunt begitu terpacu untuk mengalahkannya. Hingga akhirnya, di tahun 1976, dengan selisih satu poin Hunt berhasil mengungguli Lauda, yang sekaligus menjadikan dirinya juara dunia.

Baca lebih lanjut

Jangan Berbicara tentang Pohon Rumah Kaca

Ketika Hae Yeon Woo masuk ke istana sebagai salah satu pendamping putri raja, ia ditanya oleh raja. “Jelaskan arti dari ‘Jangan berbicara tentang pohon rumah kaca’,” begitu kira-kira tanya raja padanya.

Yeon Woo, yang gemar membaca buku kemudian menceritakan tentang maksud dari peribahasa tersebut. Dimulai dari cerita tentang seorang pejabat penting pada Dinasti Han, Gong Gwang, hingga sampai akhirnya pada jawaban inti dari pertanyaan tersebut

“Artinya adalah, apakah itu masalah istana atau masalah dewan, itu benar-benar tidak bisa disebarkan ke dunia luar,” begitu jawab Yeon Woo,

Baca lebih lanjut

CLBK

CLBK -cinta lama belum kelar- merupakan tema yang diangkat dalam acara Mario Teguh Minggu malam lalu. Saya mengetahuinya dari rekan kantor, yang mendadak membahas hal tersebut setelah ia terlibat obrolan dengan rekan kantor yang lain. Obrolan yang bermula dari sebuah status facebook, hingga akhirnya melebar ke persoalan cinta dari masa lalu.

Apa yang akan kau lakukan jika seseorang dari masa lalumu hadir lagi dalam hidupmu? Begitulah kira-kira pertanyaan yang diajukan oleh Mario Teguh dalam acaranya. Ada beberapa pilihan yang diajukan. Berhubungan kembali dengannya, tapi dengan status teman. Berhubungan kembali namun tetap menjaga jarak. Atau pilihan terakhir tidak membuka hubungan lagi dan menutup segala celah yang bisa menumbuhkan hadirnya kembali perasaan yang pernah terkubur.

Bagi saya, jawaban dari pertanyaan tersebut sudah jelas. Meski sebenarnya kadang terbayang di benak saya tentang pertemuan kembali dengan sang mantan, namun jauh di lubuk hati saya tahu saya tak ingin lagi bertemu dengannya. Untuk apa? Membuka luka lama? Mengulang kenangan? Keduanya jelas bukan hal yang baik untuk dilakukan, setidaknya hingga sepuluh tahun ke depan. Atau hingga saya menemukan jodoh dan merasa cukup dengannya.

Suka atau tidak suka, cinta dari masa lalu (yang belum kelar) bisa menjadi salah satu bahaya tersembunyi dalam sebuah hubungan. Kenangan yang pernah tercipta merupakan penghubung utama dari hubungan yang terputus tersebut. Cara mereka tertawa, cara mereka makan, obrolan yang pernah tercipta, hingga mimpi yang pernah direncanakan bersama. Kita takkan tahu sebesar apa kita merindukan kenangan-kenangan tersebut. Tentunya akan sangat bagus jika kenangan yang kita miliki saat ini jauh lebih manis ketimbang dengan cinta yang lalu. Namun bagaimana jika sebaliknya?

Winna Efendi, dalam novel Unforgettable miliknya menuliskan, “… kita tidak akan pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang. Kita hanya belajar untuk hidup tanpa mereka.” Meski konteks dalam kalimat tersebut ditujukan bagi mereka yang dipisahkan dengan kekasih mereka karena kematian, namun bagi saya kalimat tersebut juga bisa dikaitkan dengan CLBK ini. Setidaknya atas nama kenangan, rasa manis itu akan tetap ada di hati kita.

Posted from WordPress for Android

Kekayaan dan Kecukupan

Saya dapat materi ini dari instagramnya Lyra Virna.

Isilah titik-titik di bawah ini:
1. Allah menciptakan tertawa dan …
2. Allah mematikan dan …
3. Allah menciptakan laki-laki dan …
4. Allah memberikan kekayaan dan …

Saat membaca pertanyaan tersebut, secara spontan saya memberikan jawaban sebagai berikut:
1. Menangis
2. Menghidupkan
3. Perempuan
4. Kemiskinan

Sekarang mari kita cocokkan jawabannya:
1. Dan Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (QS 53:43)
2. Dan Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan (QS 53:44)
3. Dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan (QS 53:45)
4. Dan Dia-lah yang memberikan Kekayaan dan Kecukupan (QS 53:48)

Ada yang aneh dari kunci jawaban tersebut? Ya. Semua jawaban saya benar kecuali untuk pertanyaan nomor 4. Ternyata bukan kemiskinan yang menjadi pasangan dari kekayaan, melainkan kecukupan. Subhanallah baiknya Allah pada kita yaa.

Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?

Posted from WordPress for Android