Lomba Balogo

Jelang ulang tahun perusahaan, layaknya tahun-tahun sebelumnya kantor tempat saya bekerja mengadakan beberapa pertandingan. Entah itu antar departemen atau yang berskala lokal. Untuk antar departemen, pertandingan yang diadakan meliputi pertandingan olah raga dan beberapa permainan beregu yang cukup seru untuk diikuti. Biasanya untuk lomba antar departemen ini diadakan pada hari Jum’at.

Untuk tahun ini, salah satu permainan beregu yang dijadikan ajang perlombaan adalah lomba Balogo. Lomba Balogo ini merupakan salah satu permainan tradisional di daerah Kalimantan Selatan. Saya sendiri hanya sering mendengar permainan ini tanpa pernah memainkannya. Di masa kecil, permainan tradisional yang sering saya mainkan antara lain gobak sodor, kelereng, lompat tali, patuk lele, dan main inting (nggak tahu bahasa indonesianya). Karena penasaran, saya pun setia menunggu hingga pertandingan ini dimulai.

Usai permainan gobak sodor selesai, pemainan balogo pun dimulai. Saya lihat dua orang petugas meletakkan dua buah segitiga kecil secara berjejer -dengan jarak sekitar 2 atau di meter antar segtitiga- di lapangan yang digunakan. Dua buah benda pipih berbentuk (seperti) hati dan sebuah tongkat juga disediakan dalam permainan ini. Untuk pesertanya sendiri, dipilih dua orang dari setiap departemen.

Baca lebih lanjut

Aging Gracefuly

Beberapa tahun yang lalu, saya menemani ayah melakukan tes kesehatan di salah satu Rumah Sakit Umum di kota saya. Saat itu merupakan awal dari menurunnya kondisi kesehatan ayah saya, yang pada akhirnya membuat beliau harus pensiun dini dari kantor tempatnya bekerja. Ada cukup banyak antrian hari itu. Salah satunya adalah seorang nenek yang ingin mengambil hasil tes kesehatannya.

Sembari menunggu hasil tesnya diambil, salah satu analis yang ada di ruangan tersebut bertanya pada sang nenek, “Nek, apa rahasianya biar awet muda?”

Mendengar pertanyaan sang analis, saya pun langsung menegakkan telinga. Pasti ada hal yang sangat istimewa hingga sang analis bertanya seperti itu.

“Nenek ini kelahiran tahun tiga puluhan,” kata sang analis lagi sambil memegang fotokopi kartu identitas sang nenek. Mendengar hal tersebut, segera saya perhatikan lagi sang nenek. Meski sudah tua, raut wajah nenek tersebut masih menyisakan kecantikan masa mudanya. Gaya berpakaiannya juga menunjukkan kalau beliau berasal dari kalangan yang cukup berada. Soal umur, saya menebak usia beliau sekitar enam puluhan. Pantas saja analis itu sampai bertanya begitu. Si nenek benar-benar tidak terlihat seperti berusia delapan puluh! Kata saya dalam hati.

Baca lebih lanjut

Memilih Cinta

Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, kita tahu ada tokoh bernama Marja yang sesekali mencuri perhatian di antara scene-scene indah dalam film tersebut. Dengan wajah cantik dan pintar tentunya menjadikan Marja sosok yang digandrungi lelaki. Namun dalam film tersebut, Marja dikisahkan menaruh perhatian ada Rangga, suami dari Hanum.

Dalam tiap kesempatan, kita bisa melihat bagaimana “gencar”nya Marja mendekati Rangga. Mulai dari mengajak berdiskusi masalah perkuliahan, hingga sekadar memberikan bantuan kecil pada Rangga. Kenyataan bahwa Rangga sudah memiliki istri nampaknya tidak menjadi penghalang bagi Marja untuk menunjukkan perhatiannya. Untungnya, Rangga sebagai suami tidak pernah menanggapi perhatian yang diberikan Marja padanya. Dan pada akhirnya, Marja pun menyerah dari usahanya mendapatkan hati Rangga. Satu kalimat yang paling saya ingat keluar dari mulut Khan saat mengingatkan Marja di sekuel kedua film tersebut, “Apa kamu mau jadi yang kedua?”

***

Baca lebih lanjut

Menjadi Perencana

“Kamu nanti rencanakan pondasi buat instalasinya ya,” begitu kata seorang senior saya di kantor setelah kali pertama kami mengunjungi lokasi pertama pemasangan instalasi. Kala itu, karena masih bingung dengan instuksi yang diberikan, saya pun tak kunjung mengerjakan desain gambar yang diminta. Bahkan meski desain gambar instalasi yang akan dipasang sudah diberikan oleh sang senior, saya tetap kebingungan dengan desain pondasi yang harus saya rencanakan tersebut. Sampai kemudian, setelah lewat satu minggu, sang senior bertanya lagi, “Gimana rencana pondasinya? Ditanyain bos tuh. Jangan lupa peresmiannya bulan Februari.”

Mendengar kata “Bos” dan “peresmian” disebut oleh sang senior, saya langsung kelabakan. Segera saya berdiskusi dengan dua teman seangkatan di kantor soal pondasi yang akan digunakan. Saya juga meminta saran mereka dalam penggambaran pondasi bangunan serta titian yang akan dibangun. Untuk lebih memantapkan perencanaan, saya juga beberapa kali diikutkan dalam survey lokasi baru dari instalasi tersebut.

Sayangnya, begitu dilakukan peninjauan bersama kontraktor, diyakini kalau desain yang saya buat kala itu tidak akan sempat dikerjakan. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, dilakukan perubahan desain. Pondasi yang awalnya merupakan bangunan baru yang terbuat dari beton dialihkan dengan melakukan rehabilitasi pada rumah yang ada di lokasi instalasi. Dinding yang terbuat dari kayu akan dilapis gypsum, plafond gypsum juga akan ditambah, dan dinding rumah akan dilapis cat baru. Adapun untuk bangunan instalasi, nantinya akan ditempatkan di ruangan tengah, tentunya setelah dilakukan beberapa penambahan kayu pada pondasi rumah tersebut.

Baca lebih lanjut

Rezeki Jalan Santai

Beberapa waktu lalu, perusahaan tempat saya bekerja sekarang mengadakan acara Jalan Santai yang diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan berikut anggota keluarganya. Acara ini diselenggarakan dalam rangka menyambut ulang tahun perusahaan ke- 41, yang puncaknya Insya Allah akan dilangsungkan besok. Acara Jalan Santai sendiri dimulai sekitar pukul setengah delapan pagi, dengan rute memutari jalan Kolonel Sugiono berbelok ke arah pasar Jalan Jati, dan berakhir kembali di halaman kantor.

Ada cukup banyak hadiah yang diundi dalam acara Jalan Santai hari itu. Mulai dari hadiah hiburan berupa handuk, setrika, Rice Cooker, dispenser, kompor gas, ponsel, tablet,  kulkas, hingga sepeda motor.  Saya sendiri cukup beruntung hari itu karena berhasil membawa pulang sebuah dispenser berukuran cukup besar. Selain pengundian hadiah, acara hari itu juga diramaikan tembang Madihin yang dibawakan Jon Tralala (seniman tersohor Banjarmasin) bersama para kru-nya.

image