[Naskah Ditolak] Apel Pagi

Barisan sudah disiapkan. Para peserta apel berdiri dengan posisinya masing-masing. Ada yang berdiri tegap, ada pula yang separuh menyandarkan kakinya. Tak lama kemudian seorang dari barisan direksi berjalan menuju podium yang telah disediakan di tengah lapangan. Tingginya sedang, dengan bahu sedikit membungkuk dan rambut yang mulai memutih. Gumaman-gumanan kecil langsung terdengar begitu para peserta apel mengetahui siapa yang akan memimpin apel pagi itu. Untuk pagi ini, sepertinya apel akan berjalan lebih lama dari biasanya.

Begitulah rutinitas yang saya lakukan setiap pagi di tempat kerja yang sekarang. Pukul setengah delapan tepat kami berkumpul di lapangan depan untuk mengikuti apel pagi. Setelah semua peserta upacara berikut para pejabat struktural terkumpul, apel pagi dimulai.

Secara bergiliran, salah satu dari pejabat struktural akan menjadi pemimpin apel tersebut. Apel dimulai dengan menyerukan yel-yel dan melafalkan ikrar dari perusahaan tempat saya bekerja. Biasanya juga, satu atau dua orang dari karyawan diminta maju ke depan untuk melafalkan ikrar tersebut. Setelah yel-yel dan ikrar selesai dilafalkan, bisa dilanjutkan dengan beberapa pengumuman atau sedikit pesan-pesan dari pemimpin apel.

Baca lebih lanjut

Karyawan Tetap, BSC dan Mutasi

“Pak, ini gambarnya sudah saya buat. Bisa minta tolong kasih koreksi, tidak?” Ujar saya pada salah satu karyawan senior yang satu divisi dengan saya. Saat itu beliau sedang berdiskusi dengan sesama rekan kerja.

Pria berusia pertengahan tigapuluhan itu kemudian mengamati gambar yang saya buat dengan seksama. “Ini sudah benar gambarnya. Tapi ini yang ini keterangannya diganti jadi eksisting,” kata beliau sambil menunjuk pada salah satu tulisan di gambar rencana saya.

Baru saja pria pertama selesai memberi koreksi, pria yang satu lagi kemudian menambahkan, “Ini yang stub flange diganti giboult joint aja. Soalnya tidak ada valve di pipa itu,” begitu kata beliau. Rupanya beliau juga turut memperhatikan gambar yang saya serahkan sebelumnya. Saya hanya manggut-manggut mendengar koreksi-koreksi yang diberikan pada saya. Setelah selesai saya pun kembali ke meja dan mengoreksi kembali gambar yang telah saya buat.

***

Satu tahun lebih sudah saya bekerja sebagai staf perencana di perusahaan sekarang. Mulai dari masih berstatus honor hingga kini sudah diangkat menjadi pegawai tetap. Di awal-awal masa kerja, saya mendapat tugas untuk membuat perencanaan prasarana perusahaan dan tidak dibebani dengan target (karena masih berstatus honor). Karena memang aslinya latar pendidikan saya di bidang itu, maka alhamdulillah tidak ada masalah berarti dalam pengerjaannya.

Baca lebih lanjut

Donor Darah

Beberapa waktu yang lalu, perusahaan tempat saya bekerja mengadakan kegiatan donor darah untuk para karyawan. Kegiatan ini diadakan dalam rangka rangkaian peringatan ulang tahun perusahaan yang ke-42.

Saat mengetahui kegiatan ini, jujur saya tidak tertarik untuk mengikutinya. Selama bertahun-tahun saya memyimpan ketakutan pada yang namanya donor darah. Alasannya sederhana saja. Saya ngeri melihat darah saya dihisap lewat jarum suntik.

Namun kemudian salah satu teman kantor berhasil membujuk saya. Meski takut, sebenarnya saya juga menyimpan rasa penasaran tentang donor darah ini. Selain karena tahu donor darah bermanfaat bagi orang banyak (buat saya sendiri juga), kondisi fisik saya sangat memenuhi syarat untuk melakukan donor darah. Akhirnya, dengan meyakinkan diri, saya dan dua orang teman melangkahkan kaki menuju tempat kegiatan donor darah diadakan.

Baca lebih lanjut

Mengintip Dunia Kerja dalam Misaeng

Jang Geu Rae bekerja di One International atas bantuan dari seorang Direktur pada perusahaan besar tersebut. Hal ini membuatnya langsung mendapat sorotan sebagai karyawan magang yang masuk perusahaan karena koneksi. Selain itu, latar pendidikannya yang hanya setara SMU dan tanpa pengalaman kerja semakin membuatnya dipandang buruk. Bahkan manager yang menjadi atasannya pun sempat tak menyukainya atas statusnya tersebut.

Meski begitu, Jang Geu Rae tak menyerah. Dengan cepat ia belajar untuk mengejar ketertinggalannya. Untungnya meski tak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, Jang Geu Rae memiliki kemampuan bermain Go yang cukup baik. Inilah permainan yang membuatnya berhenti dari SMA agar bisa menjadi pemain profesional. Sayangnya impian Jang Geu Rae kandas. Namun siapa sangka permainan Go yang dilakoninya selama belasan tahun ternyata bisa membantunya bertahan di One International. Ini tentunya turut didukung dengan atasan dan rekan kerja yang bisa membimbingnya dengan baik.

Lain Jang Geu Rae, lain pula kisah tiga teman lainnya sesama karyawan baru di One International. Ahn Young Yi, Jang Baek Gi dan Han Seuk Yul adalah tiga karyawan yang bisa dibilang memiliki tingkat kompetensi yang sangat baik. Mereka berasal dari perguruan tinggi ternama, menguasai bahasa asing, juga sangat cemerlang di masa magang mereka.

Baca lebih lanjut

Jadi Senior

Hari Senin lalu merupakan hari pertama bagi 55 karyawan baru di perusahaan tempat saya bekerja. Layaknya saya dan teman-teman lainnya, kelima puluh lima karyawan baru ini terpilih setelah melalui serangkaian tes yang cukup ketat. Di hari pertama tersebut, para karyawan baru dikumpulkan di aula kantor untuk diberikan pengarahan seputar seluk beluk perusahaan.

Setelah diberi pengarahan, hari berikutnya para karyawan baru ini diperkenalkan pada seluruh karyawan senior dalam apel harian. Berhubung jumlahnya yang cukup banyak, maka sesi perkenalan dibagi per sepuluh karyawan. Hampir dua pertiga dari karyawan baru ini adalah laki-laki. Mengenakan atasan putih (plus kerudung hitam bagi muslimah) dan celana hitam, kelima puluh lima karyawan baru ini terlihat seperti puluhan anak magang. Yah, tak jauh beda dengan penampilan saya setahun yang lalu.

Kami semua mulai memperhatikan saat sepuluh orang pertama memperkenalkan diri mereka di depan lapangan. Beberapa dari mereka ada yang sudah cukup memiliki pengalaman dalam dunia kerja, entah itu sesuai jurusannya maupun jurusan yang berbeda. Beberapa lagi masih fresh graduate. Usai karyawan ke-sepuluh memperkenalkan diri, apel pun dibubarkan. Kami semua kembali ke divisi kami masing-masing. Sementara para karyawan baru kembali ke aula untuk mendapatkan pengarahan selanjutnya.

Baca lebih lanjut