Membuat Blog Impian dengan DomaiNesia

membuat-blog-impian-dengan-domainesia

Saya mengenal dunia blog sejak tahun 2007. Saat itu, saya hanya tahu kalau blog itu adalah semacam diary online, tempat kita menuliskan curhat ataupun pemikiran kita namun bisa dibaca oleh orang banyak. Setelah sekian tahun ngeblog, mulai dari curhat nggak jelas hingga belajar untuk lebih informatif, tentunya muncul keinginan dalam hati saya untuk bisa menjadikan blog saya lebih profesional alias menjadi dotcom. Apalagi sekarang profesi blogger juga sedang hit-hitnya. Blogger tak lagi dipandang sebelah mata, namun sudah dianggap sebagai partner bisnis yang menguntungkan.

Nah, berhubung punya niat untuk menjadikan blog lebih profesional, tentunya saya harus menyiapkan langkah-langkah yang harus ditempuh. Ada beberapa langkah yang harus saya ambil, diantaranya:

Pertama, menentukan niche blog. Rencananya, nantinya akan akan tetap berisi tentang keseharian, atau yang lebih dikenal dengan lifestyle blog. Pilihan saya untuk lifestyle blog ini lebih karena lebih mudah dalam mencari bahan postingannya sehingga saya tidak terlalu terbebani dalam ngeblog nantinya.

Kedua, karena niche-nya yang lifestyle alias gado-gado, tentunya saya harus membuat membuat postingan dengan tema-tema tertentu. Entah itu tentang kehidupan rumah tangga, review, fiksi atau tema lain yang saya kuasai. Pemberian tema ini tentunya akan membuat pembaca merasa lebih nyaman dalam memilih bacaan pada blog saya nanti. Rencananya postingan bertema ini juga akan ditayangkan dengan jadwal-jadwal khusus.

Baca lebih lanjut

Belajar tentang Usaha Memberi ASI dari Adik

Minggu, 29 Juni 2014, adik saya melahirkan putra pertamanya. Saat itu usia kandungannya sebenarnya masih belum genap 9 bulan. Kondisi fisik yang kelelahan karena bolak-balik ke rumah sakit saat ayah sakit mungkin menjadi penyebab kelahiran sebelum waktunya ini. Dengan kelahiran prematur, keponakan pertama saya lahir ke dunia. Fathan Al Farisi, begitu dia kemudian diberi nama.

Kondisinya prematur membuat Faris harus menginap di inkubator rumah sakit selama beberapa minggu. Ibunya sendiri di awal-awal kelahiran harus berjuang dengan ASI yang ternyata tak kunjung keluar. Pihak Rumah Sakit (perawat) sendiri sempat beberapa kali menawarkan untuk memberikan susu formula kepada Faris. Adik saya menolak awalnya. Namun karena ASI tak kunjung keluar, dengan terpaksa adik saya merelakan putra pertamanya diberi minum susu formula.

Untungnya adik saya tidak menyerah dengan kondisinya. Setelah diizinkan pulang ke rumah, adik saya berusaha keras agar ASI-nya bisa keluar dengan lancar. Berbagai cara pun dicoba. Mulai dari diurut, hingga mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang bisa meningkatkan produksi ASI. Alhamdulillah dengan usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya adik saya bisa memberikan ASI-nya kepada Faris. ASI tersebut disimpan ke dalam botol untuk kemudian diberikan kepada Faris yang masih menginap di Rumah Sakit.

Baca lebih lanjut

Tiga Model Mukena

Saat diajak umrah oleh orang tua beberapa tahun lalu, sebuah pemandangan membuka mata saya. Saat itu, layaknya jamaah umrah yang lain saya dan keluarga melaksanakan salat di Masjid Nabawi. Dari hotel saya sudah mengenakan bagian atas mukena sementara untuk bagian bawah saya mengenakan celana longgar dan tak lupa juga mengenakan kaos kaki. “Rok bawahan mukena tak perlu dibawa karena toh kita sudah pakai kaos kaki jadi bisa dipakai salat,” begitu kata ibu saya pada saya dan adik.

Nah, selama periode salat di Masjid Nabawi inilah saya jadi tahu kalau mukena bukanlah pakaian yang umum digunakan untuk salat. Seperti yang kita tahu syarat dari salat itu adalah menutup aurat. Jadi pakaian apapun asal sudah menutup aurat kita sudah bisa dibawa untuk salat asalkan bersih dari najis. Dari sinilah kemudian saya melihat bagaimana jamaah wanita dari Arab langsung salat dengan mengenakan gamis hitam yang mereka kenakan. Lalu ada jamaah Iran yang mengenakan kain lebar (seperti seprai) yang diselimutkan ke tubuh mereka saat melaksanakan salat. Jamaah India dengan Salwar Kameez dan kerudung yang dililit di kepala. Lalu bagaimana dengan mukena? Ternyata (mungkin) hanya jamaah Indonesia dan Malaysia yang mengenakannya.

Meski saat ini sudah banyak wanita muslimah yang mengenakan gamis dalam kesehariannya, namun ada juga yang masih tetap memakai mukena saat melaksanakan salat. Mungkin mereka merasa kurang afdol kalau salat tidak mengenakan mukena. Nah, berhubung mukena ini merupakan pakaian yang lazim dikenakan oleh wanita Indonesia saat melaksanakan salat, maka sudah pasti ada banyak model yang muncul seiring perkembangan jaman.

Baca lebih lanjut

Belajar Parenting Lewat Sabtu Bersama Bapak

Di antara teman-teman kantor, saya dikenal (atau mem-branding diri) sebagai seorang pecinta buku. Di dalam tas ransel yang saya kenakan, bisa dipastikan ada sebuah buku di dalamnya. Bahkan jika harus keluar dari kantor untuk sebuah urusan, saya selalu membawa buku yang akan saya baca sebagai pengisi waktu saat menunggu. Ini sendiri saya lakukan karena saya tak pernah mengalokasikan waktu khusus untuk membaca.

Nah, karena dikenal suka membaca dan membawa buku ini, beberapa teman sering bertanya ada novel yang baru tidak pada saya. Biasanya sih saya akan menyodorkan novel yang saya sewa di rental langganan. Namun tak jarang juga saya meminjamkan novel koleksi pribadi. Tentunya ini disesuaikan dengan genre kesukaan si peminjam novel.

Salah satu novel pribadi yang paling sering saya rekomendasikan pada teman-teman kantor adalah Sabtu Bersama Bapak. Novel ini merupakan novel keempat dari Adhitya Mulya yang berhasil saya tamatkan. Tiga novel lainnya, yakni Jomblo, Gege Mengejar Cinta dan Tralveler’s Tale sudah lahap bertahun-tahun sebelumnya.

Baca lebih lanjut