
Beberapa hari setelah resepsi pernikahan, saya mengalami sebuah kecelakaan kecil. Saat itu, kami sekeluarga baru pulang dari mengunjungi kediaman nenek saya di Aluh-aluh. Menggunakan motor, saya dan suami masing-masing membonceng ayah ibu mertua kami. Saya bersama ibu mertua, sedang suami bersama ayah dan adik bungsunya. Saat sedang asyik berkendara, tiba-tiba saya melihat ada seorang pria yang hendak menyeberang jalan. Spontan saya cengkeram rem kanan motor matic saya. Akibatnya bisa ditebak, alih-alih menghindari kecelakaan, saya dan ibu mertua malah jatuh bersama dari motor.
Setiba di rumah, saya langsung diminta mengurut kaki yang sakit akibat jatuh tersebut. Saat itu suami dengan sigap mengurut-urut pelan pergelangan kaki saya yang sakit. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya jatuh dari motor. Beberapa bulan sebelumnya, saya juga mengalami 2 kali kecelakaan kecil yang berakibat cedera pada kaki saya. Beberapa kali juga kaki saya diurut untuk menghilangkan sakit di bagian kaki. Hasil urutnya sih lumayan oke, tapi kadang-kadang masih muncul sedikit rasa nyeri di kaki saya. “Yah, moga lama-lama nyerinya hilang,” begitu pikir saya.
Sayangnya perkiraan saya salah. Tambahan kecelakaan baru yang saya alami kala itu rupanya secara diam-diam menambah “luka” di kaki saya. Puncaknya terjadi saat saya dan suami pergi piknik ke pantai bersama beberapa rekan kantor. Sepanjang perjalanan, tak ada tanda-tanda saya akan mendapat masalah. Namun begitu tiba di pantai, saat akan turun dari mobil, tiba-tiba saya merasakan nyeri yang amat sangat pada pergelangan kaki kanan saya. Nyeri seperti ditusuk yang membuat saya sulit menjejakkan kaki di tanah.
Baca lebih lanjut →