Belajar tentang ASI di Kelas EdukASI AIMI Kalsel

20161124_153634.jpg

Hari itu, saya bersiap menuju IAIN Antasari untuk mengikuti Kelas EdukASI yang diadakan oleh AIMI Kalsel. Saat akan berangkat, ibu tiba-tiba menegur saya.

“Mau ke mana lagi?” tanya ibu.

“Mau belajar tentang ASI. Lanjutan yang kemarin,” jawab saya. Memang hari sebelumnya saya sudah mengikuti kelas pertama dari Kelas EdukASI ini

“Ah, menyusui aja harus ikut kelas segala. Mama dulu nggak pakai belajar lancar-lancar aja ASI-nya,” kata ibu saya lagi.

Saya hanya tersenyum mendengar jawaban ibu saya itu. Memang sebagai ibu dari 3 orang anak, ibu saya terbilang sukses memberi ASI pada saya dan kedua adik saya. Seingat saya, tak satupun dari kami yang berkenalan dengan susu formula di masa kecil. Ya selain karena susu formula mahal juga karena ASI ibu saya cukup tadi.

“Ya mumpung gratis ini, Ma,” jawab saya kemudian. Usai percakapan singkat dengan ibu, saya pun langsung memacu motor menuju lokasi acara.

Saat saya tiba di lokasi, acara sudah dimulai beberapa menit. Untuk hari kedua, materi yang dibahas adalah tentang manajemen ASI Perah. Sebagai calon ibu bekerja tentu saja materi ini sangat berguna bagi saya. Kelas EdukASI yang saya ikuti ini sendiri diadakan dalam rangka memeriahkan HUT AIMI Kalsel yang ketiga. Selain mengadakan Kelas EdukASI bagi para ibu hamil, AIMI juga mengadakan senam hamil, lomba mewarnai dan pembacaan dongeng yang diadakan di Siring Menara Pandang satu minggu sebelumnya.

Bicara soal keikutsertaan saya dalam Kelas EdukASI ini, tentunya ada alasan tersendiri mengapa saya merasa perlu mengikutinya. Pertama, mengingat usia kandungan yang sudah semakin besar maka saya merasa perlu untuk membekali diri perihal menyusui. Alasan kedua, saya banyak berkaca dari lingkungan sekitar di mana ternyata proses menyusui itu tidak semudah yang dibayangkan. Contoh terdekat adalah adik saya sendiri, yang mengalami kesulitan dalam memberikan ASI pada putra pertamanya. Karena itulah saat tahu AIMI Kalsel mengadakan Kelas EdukASI kembali saya langsung bersemangat mengikutinya. Alhamdulillah-nya lagi, acaranya gratis karena memperingati HUT AIMI Kalsel. Heuheuheu.

Selama dua hari mengikuti KE, saya mendapat tambahan ilmu mengenai proses menyusui dan ASI itu sendiri. Beberapa catatan yang ingin garis bawahi dari Kelas EdukASI kemarin antara lain:

IMD merupakan singkatan dari Inisiasi Menyusu Dini

Selama ini saya tahunya IMD adalah Inisiasi Menyusui Dini dan ternyata itu salah. Apa bedanya Menyusu dengan Menyusui? Ternyata menyusu maksudnya bayinya sendiri yang mencari puting ibu dan menyusu, sementara menyusui artinya si ibu menyodorkan payudaranya kepada bayi untuk dihisap. Jadi dalam proses IMD, bayi dibiarkan mencari sendiri puting ibu.

Tujuan utama IMD itu bukan untuk mencari puting ibu

Ini hal kedua yang saya dapatkan di Kelas EdukASI. Ternyata tujuan utama IMD adalah agar ibu dan bayi bisa melakukan kontak kulit secara langsung. Dengan melakukan kontak kulit secara langsung ini, maka akan memberikan banyak manfaat bagi bayi seperti mengurangi hipotermia dan tentunya meningkatkan bonding antara ibu dan bayi.

Pijakan bayi saat proses IMD bisa membantu proses keluarnya plasenta

Jadi, dalam melakukan IMD, pertama-tama bayi diletakkan di bagian dada ibu, diberi selimut dan topi. Bayi kemudian akan istirahat sebentar di dada ibu, memasukkan tangan ke mulut, gerakan menghisap, mengeluarkan suara. Setelahnya, bayi mulai siap untuk mencari puting dengan merangkak mencari payudara ibu. Nah, gerakan inilah yang kemudian berfungai mempercepat lahirnya plasenta plus menghindari resiko pendarahan. 

Pup bayi yang baru lahir berwarna hitam

Oke, mungkin ini agak lebay. Tapi asli saya baru tahu kalau pup bayi yang baru lahir itu warnanya hitam kehijauan. Pup berwarna hitam kehijauan ini disebut mekonium yang terbentuk dari cairan ketuban yang tertelan ketika bayi masih di dalam kandungan, dan berada di dalam ususnya sejak 3 bulan sebelum dilahirkan.

ASI harus dikeluarkan secara rutin, jangan tunggu sampai bengkak

Salah satu anggapan yang sering muncul di kalangan ibu-ibu adalah agar bayi disusui saat payudara sudah penuh atau bengkak. Ternyata, justru dengan bengkaknya payudara, bayi akan kesulitan menyusui. Selain itu payudara yang bengkak juga berisiko bagi ibu sendiri (terjadi mastitis). Karena itulah seorang ibu sebaiknya belajar untuk memerah ASI-nya di awal-awal melahirkan.

Bayi menyusu pada payudara, bukan pada puting

Salah satu hal yang cukup sering ditekankan pada Kelas EdukASI kemarin adalah masalah perletakan menyusui. Singkatnya, agar bayi bisa mendapatkan ASI secara maksimal, posisi mulutnya harus memenuhi aerola ibu dengan bagian dagu yang menempel di payudara. Hal ini dilakukan karena pabrik dari ASI itu berada di sekitar aerola. Bayi sendiri bisa menghisap maksimal 80% dari ASI ibu, sementara jika diperah hanya bisa mengeluarkan 40% – 50% ASI.

Masih banyak sebenarnya ilmu yang saya dapatkan dari Kelas EdukASI yang diikuti kemarin. Namun pada intinya, bisa saya simpulkan kalau salah satu kunci dari keberhasilan ibu memberikan ASI pada buah hatinya terletak pada keyakinan dan komitmennya untuk memberikan ASI setelah melahirkan. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih pada AIMI Kalsel atas ilmu yang dibagikannya di Kelas EdukASI kemarin 🙂 

12 pemikiran pada “Belajar tentang ASI di Kelas EdukASI AIMI Kalsel

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s