“Jenis kelaminnya apa?”
Memasuki usia kandungan 5 bulan, saya mulai sering mendapat pertanyaan seperti ini dari orang sekitar. Memang bisa dibilang ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sering muncul saat seorang ibu hamil mulai membuncit perutnya. Ada yang bertanya secara langsung, ada juga yang iseng iseng menebak-nebak dari bentuk perut dan wajah si ibu hamil. Menanggapi pertanyaan ini, biasanya saya hanya tersenyum dan memberikan jawaban sesuai yang diberikan dokter setelah pemeriksaan USG.
Dari yang saya tahu, jenis kelamin janin mulai terbentuk saat kehamilan berusia 3-4 bulan dan bisa diketahui saat pemeriksaan USG. Karena itulah, saat usia kehamilan memasuki minggu 17, saya berinisiatif menanyakan jenis kelamin janin yang dikandung pada dokter yang memeriksa saya. Dokter kemudian meletakkan alat USG pada bagian yang memperlihatkan bagian kaki janin. “Belum jelas, sih. Tapi kayaknya sih perempuan. Lihat ini ada belahannya. Biasanya kalau ada belahan begini jenis kelaminnya perempuan,” kata dokter sambil menunjukkan bagian sebelah dalam kaki janin.
Saya hanya manggut-manggut mendengar penjelasan dokter. Aslinya sih saya dan suami ingin memiliki anak laki-laki. Meski begitu, tentu saja kami tetap antusias menyambut kehadiran Dede bayi. Apalagi ini anak pertama. Toh kalau misalnya anak pertama perempuan, bisa program lagi buat anak kedua. Hehe. “Lagian kalau perempuan biaya akikahnya nggak mahal,” canda saya pada suami sepulang dari pemeriksaan kehamilan rutin hari itu.