Setahun Pertama

Tanggal 20 Mei sekarang memiliki arti tersendiri bagi saya dan suami. Tanggal itu, setahun yang lalu saya resmi menyempurnakan separuh agama saya. Menjadi seorang istri dari seorang pria yang dipilihkan Allah untuk saya.

Layaknya pasangan pengantin, ada banyak rencana di kepala saya untuk memperingati momen tersebut. Mulai dari menginap di salah satu hotel yang ada di kota kami (saya bahkan sudah survey-survey via aplikasi), hingga makan malam di beberapa tempat makan pilihan.

Sayangnya rencana kami untuk memperingati ulang tahun pernikahan dengan romantis tersebut tidak terealisasi. Tidak ada honeymoon di kamar hotel, juga dinner romantis di rumah makan mahal. Yang terjadi kami berdua hanya menghabiskan waktu di rumah tanpa melakukan kegiatan berarti.

Baca lebih lanjut

Akhirnya ke Puncak Monas

Salah satu agenda saya dan keluarga selama berada di Tangerang adalah mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Jakarta. Saat itu beberapa tempat sempat menjadi pilihan. Mulai dari Taman Mini, Kebun Binatang Ragunan, hingga (tentunya) Monas. Nah, berhubung ibu saya ingin berbelanja di Tanah Abang, akhirnya Monas menjadi pilihan untuk dikunjungi. Kebetulan juga saya belum pernah benar-benar melihat bagian dalam Monas jadi saya oke saja dengan keputusan tersebut.

Sehari setelah akad nikah berlangsung, kami berdelapan berangkat menuju Jakarta. Karena tidak ada mobil pribadi , saya dan suami memutuskan menggunakan jasa Uber. Sehari sebelumnya, sepupu suami bercerita tentang layanan yang satu ini plus cara menggunakannya. Akhirnya tanpa pikir panjang saya pun segera menginstal aplikasi tersebut di ponsel milik saya dan suami.

Sekitar pukul 9, kami sekeluarga tiba di pintu depan Monas. Tak banyak orang yang kami lihat hari itu. Kami pun mulai berjalan mengitari lapangan. Saat tiba di depan tugu Monas. saya lihat tampak puluhan orang hilir mudik. Rupanya sejak pagi para pengunjung yang datang langsung menuju ke puncak Monas. Sambil berjalan, saya dan suami berusaha menemukan pintu masuk menuju pelataran Monas tersebut.

Baca lebih lanjut

[Cerpen] Kedai Alina

kedai

Semenjak Ranti sahabatnya menikah, kehidupan Nayla terasa semakin membosankan saja. Ia merasa kehilangan teman tempatnya berbagi. Tak ada lagi makan siang yang diselingi obrolan ringan. Atau belanja gila-gilaan yang membuat kaki terasa penat. Hingga memanjakan diri di salon favorit mereka. Semuanya kebiasaan itu mendadak hilang. Apalagi Ranti menikah tanpa proses pacaran yang cukup lama. Sehingga bisa dibilang Nayla tak memiliki cukup persiapan akan kehilangan waktu dari sahabatnya itu.

Bukannya Nayla marah pada Ranti karena tak bisa lagi menemaninya. Sudah menjadi kewajiban Ranti untuk mengikuti suaminya kemanapun ia pergi. Nayla pun berusaha mengerti akan hal itu. Namun tetap saja rasa kesepian itu muncul di hati Nayla, yang pada akhirnya membuatnya merasa menyesal tak memiliki banyak teman.

Untuk mengobati rasa kesepiannya tersebut, Naylamemutuskan untuk lebih membuka diri. Dia mulai bergabung dengan teman-teman di kantornya. Namun mungkin karena terlalu lama bergaul dengan Ranti, membuat Nayla kesulitan untuk bergabung dengan mereka. Lagipula dia tak tahan jika harus mendapatkan pandangan, “setelah sahabat nikah, baru deh ngelirik kami.” Akhirnya Nayla pun memutuskan untuk meninggalkan kelompok tersebut dan menenggelamkan diri dalam kesendiriannya.

Baca lebih lanjut