Ada yang menarik dari pemandangan di bibir pantai Takisung. Dari kejauhan bisa saya lihat pesisir pantai tampak berwarna-warni. Setelah didekati, ternyata warna-warni itu berasal dari payung-payung yang ditegakkan di tepian pantai. Di bawahnya, tampak beberapa orang sedang duduk bersantai sambil memandangi mereka yang asyik berenang.
“Mau sewa payung, Bu? Biar kada kepanasan. Tiga puluh ribu aja,” begitu kata seorang pemuda pada saya dan suami. Selain pemuda tersebut, beberapa pemuda lain juga menawarkan payung milik mereka. Rupanya di pantai ini, setiap payung memiliki pemilik yang berbeda-beda.
“Bentar, Mas. Saya mau nyari keluarga yang lain dulu,” balas saya pada si pemuda. Mata saya sibuk mencari-cari beberapa sosok yang sebelumnya membersamai kami dalam perjalanan menuju Pantai Takisung.
“Wah, kayaknya mereka sudah dapat payung duluan, Mas. Maaf, ya,” kata saya setelah menemukan sosok paman dan salah satu sepupu saya. Pemuda itu tampak tak keberatan dengan penolakan saya dan langsung berjalan menjauh. Setelahnya kami pun berjalan menuju anggota keluarga saya sedang duduk santai.
Pantai Takisung merupakan salah satu pantai yang terletak di Kabupaten Tanah Laut. Pantai ini termasuk salah satu pantai yang paling populer di provinsi saya. Jaraknya sendiri kurang lebih dua jam perjalanan dari Banjarmasin.
Saya dan keluarga berkesempatan mengunjungi pantai ini beberapa minggu yang lalu. Saat itu kebetulan ada undangan syukuran sunatan salah satu keluarga jauh di kota Pleihari. Karena sudah cukup lama tidak piknik, saya dan suami langsung setuju untuk datang dan menyewa sebuah mobil agar bisa berangkat bersama paman dan sepupu-sepupu yang lain.
Selain payung yang disediakan untuk berteduh, Pantai Takisung kini juga menyediakan perahu karet dan banana boat. Ada juga perahu motor bagi mereka yang ingin mengunjungi pulau seberang.
Saya sendiri hari itu memilih wahana banana boat untuk kami sekeluarga. Untuk bisa menaiki banana boat, setiap orang dikenakan dua puluh ribu rupiah. Atau jika ingin murah, bisa mencarter satu banana boat seharga seratus lima puluh ribu rupiah. Banana boat ini nantinya akan ditarik menggunakan perahu motor menuju tengah pantai dan kemudian kembali ke bibir pantai.
Jika untuk arena pantainya ada banana boat dan perahu karet, untuk arena daratannya juga disediakan fasilitas berupa motor roda empat. Sayangnya sepertinya penggunaan motor roda empat ini hanya untuk sirkuit tertentu yang dibuat di pesisir pantai. Jika saja motornya bisa dipakai untuk menyusuri pantai tentunya lebih mengasyikkan.
Adanya peningkatan fasilitas di pantai Takisung ini tentu saja membuat saya senang. Terakhir kali saya ke pantai Takisung, pantai ini masih berupa pantai biasa dengan pasir dan airnya berwarna kecoklatan. Fasilitas ruang gantinya juga saya rasa kurang memadai.
Sekarang Pantai Takisung sudah mulai berbenah dan semakin banyak mendapat pengunjung. Semoga ke depannya pantai ini bisa lebih baik lagi.
Nama pantainya kayak bahasa Jepang
atau bahasa korea ya?
kayak bahasa korea, mbak arni. hihi
Wah.. waktu ke banjar saya nggak sempat kesana Mba..,
Cuma nyoba kulinernya, soto banjar dan ke martapura beli batu2an 😀
arahnya memang beda sih, mas. kalau pantai ke arah pleihari kalau batu-batuan arah hulu sungai
Pantainya keliatan Los banget
haha berasa di luar negeri dong jadinya, mas 😀
jasa penyewaan payung pasti laris tuh di situ
banget kayaknya