Kenangan Mr. Radio Rusak

Saat itu saya duduk di kelas 3. Entah mengapa ada sosok teman satu kelas yang menarik perhatian saya. Sebut saja namanya B. Rambutnya cepak dengan wajah manis. Dia duduk di bangku di hadapan saya. Kalau boleh dikata si B ini termasuk dalam deretan cowok gaul di sekolah kami.

Karena sifat saya yang tertutup, saya tak memiliki banyak teman di SMA. Baik itu laki-laki atau perempuan. Pun dengan si B ini saya tak terlalu banyak berinteraksi. Mungkin satu-satunya alasan saya menyukai dia adalah karena kelakuannya yang agak gila di mata saya.

Saya pun menceritakan ketertarikan saya pada sahabat sekaligus teman sebangku. Dia jelas terkejut dengan pengakuan saya. “Ya ampun! Kok bisa kamu naksir dia. Suaranya cempreng gitu. Kayak radio rusak,” begitu kata sahabat saya.

Saya tertawa mendengar komentar sahabat saya. “Haha. Bisa aja kamu nyebut dia Radio Rusak,” kata saya.

“Eh tapi kayaknya lucu juga kalau kita nyebut dia Radio Rusak. Jadi nggak ada yang ngeh siapa yang kutaksir,” kata saya lagi setelah berpikir sejenak. Maka sejak saat itu kami sepakat menyebut cowok gebetan saya dengan nama Radio Rusak atau R2.

Baca lebih lanjut