2015 in review

Berikut kutipan dan ringkasan gambarnya

Aula konser di Sydney Opera House menampung 2.700 orang. Blog ini telah dilihat sekitar 49.000 kali di 2015. Jika itu adalah konser di Sydney Opera House, dibutuhkan sekitar 18 penampilan terlaris bagi orang sebanyak itu untuk menontonnya.

Baca lebih lanjut

Momen-momen di 2015

Tak terasa kita sudah tiba kembali di penghujung tahun Matahari. Layaknya blogger-blogger yang lain, saya juga ingin merangkum beberapa momen yang sepanjang tahun 2015. Kalau boleh dibilang tahun ini merupakan tahun yang penuh warna dalam hidup saya. Ada kebahagiaan juga ada tangisan. Ada beberapa mimpi dan cita-cita yang berhasil saya raih namun di lain pihak saya juga masih harus banyak memperbaiki diri. Berikut adalah rangkuman kehidupan saya selama 2015:

Bertemu jodoh

Sebenarnya kata bertemu bukanlah kata yang pas dalam kisah saya ini. Saya dan suami sudah saling kenal selama empat tahun. Dia adalah salah anggota FLP Banjarmasin, sama seperti saya. Selama empat tahun, tak ada interaksi berarti antara saya dan suami. Rupanya baru di akhir 2014 Allah membukakan jalan bagi kami berdua untuk bisa saling menemukan. Bermula dari kisah perjalanan ke Taman Labirin yang gagal dan berujung pada hilangnya tablet miliknya, hingga akhirnya si Mamas mengutarakan niatnya untuk taaruf dengan saya. Saya sendiri entah mengapa tak merasa berat menerima ajakannya. Yah mungkin memang seperti itulah jika seseorang sudah menemukan jodohnya 🙂

Setelah melalui empat bulan, saya pun resmi menyandang status sebagai seorang istri. Pernikahan saya dilangsungkan pada Rabu, 20 Mei 2015 bertepatan dengan tanggal 2 Sya’ban 1436 H dengan mengambil tempat di KUA Banjarmasin Barat. Menikah di KUA aslinya inisiatif dari salah satu kerabat jauh. Beliau menginformasikan kalau menikah di KUA di hari kerja sekarang gratis. Saat usul tersebut disampaikan, ibu dan calon suami langsung setuju. Saya sendiri awalnya agak berat dengan usul menikah di KUA ini. Maklumlah ya, namanya wanita pasti memiliki impian sendiri tentang pernikahannya. Namun karena sayanya juga malas ribet akhirnya setuju saja menikah di KUA. Dan ternyata di hari pernikahan itu cukup banyak juga pasangan yang melangsungkan pernikahannya di KUA 🙂

Baca lebih lanjut

Belanja Online

Beberapa tahun yang lalu, saya dan adik perempuan saya mencoba untuk berjualan. Saat itu, adik yang gemar belanja memamerkan sweter yang ia beli di pasar. Kainnya halus dan nyaman dipakai. Entah dapat bisikan dari mana, ia kemudian mengajak saya untuk memasarkan sweter tersebut. Karena ingin belajar berdagang, saya pun menyetujui ajakannya tersebut.

Mulailah kami mencari-cari produk sweter sejenis dengan harga yang tentunya lebih murah ketimbang di pasar. Setelah berbagai situs didatangi, akhirnya saya menemukan penjual sweter di sebuah akun multiply. Dalam akunnya tersebut, penjual ini memamerkan sweter dagangannya dalam album-album foto. Untuk membeli sweter yang diinginkan, saya bisa menghubungi nomor kontak yang diberikan.

Untuk menjual produk kami, saya dan adik membuat akun khusus di facebook. Selain itu adik saya juga mempromosikan sweter yang kami jual kepada beberapa temannya. Alhamdulillah untuk beberapa bulan, saya dan adik berhasil melakukan beberapa kali transaksi dengan penjual sweter rajut online yang saya temukan di atas. Sayangnya umur usaha jualan saya dan adik tak berlangsung lama. Entah ini karena kurangnya promosi atau memang kami yang tidak memiliki bakat dagang. Tak lama Multiply ditutup dan saya tak tahu lagi kabar penjual sweter langganan saya itu.

Baca lebih lanjut

Cerpen Ekskul Penulis Cilik

“Ustadzah, gimana kalau kita adakan lomba antar teman-teman di sini? Nanti yang menang dapat hadiah coklat,” begitu kata Syahla tiba-tiba di tengah ekskul menulis yang saya pegang setahun terakhir. Syahla adalah salah satu siswa kelas V yang mengikuti ekskul menulis. Tulisannya sebenarnya bagus namun kadang dia lebih senang berbicara ketimbang menulis.

“Wah, boleh juga. Kakak tunggu naskah kalian sampai akhir semester ya,” jawab saya dengan antusias. Maklum saja. Selama satu semester memegang ekskul menulis di salah satu SD IT di Banjarmasin, jarang sekali saya temukan adik-adik kecil ini begitu semangat untuk menulis.

“Baiklah. Nanti ceritanya ulun ketik dulu baru dikumpul,” kata Syahla kemudian.

“Yang lain ikutan juga, kan?” Saya bertanya kepada Penulis Cilik yang lain.

Baca lebih lanjut

[cerpen] Nostalgia

OK-nostalgia_Page_1

Seperti melihat hantu! Begitulah yang kurasakan ketika melihat sosoknya memasuki ruangan kantorku. Dengan tinggi seratus tujuh puluh lima sentimeter, rambut yang sedikit berantakan, wajah bak pemain film India dan tubuh yang sedikit berisi. Rasanya aku tak melihat perbedaan berarti antara dirinya kini dengan dirinya lima tahun yang lalu. Semuanya masih tampak sama. Jikapun ada yang berbeda, maka itu adalah wanita yang saat ini berjalan di sampingnya.

Secara refleks aku menegakkan tubuhku ketika melihatnya dan wanita itu memasuki ruanganku. Sekilas, sempat kulihat rona keterkejutan yang sama di wajahnya. Yah, kurasa itu hal yang wajar. Kau akan menikah dan ternyata calon istrimu meminta bantuan mantan kekasihmu untuk mengurus tetek bengek pernikahan kalian. Siapa yang tak terkejut? Dan aku pun sangat yakin calon istrinya itu tak tahu-menahu tentang hal ini.

“Ariiinnn…Lama nggak ketemu!!” Sapa sang calon istri ketika akhirnya kami berhadapan. Sebuah pelukan hangat diberikannya padaku, layaknya teman yang lama tak bersua. Oh ya, aku belum bercerita bukan kalau aku juga mengenal sang calon istri dari mantan kekasihku ini? Dia adalah Wanda, salah satu teman sekelasku saat masih duduk di bangku SMA.

Baca lebih lanjut