“Bisakah kira-kira abah menjadi wali nikah di pernikahanku?” Itulah pertanyaan yang menggelayuti pikiran saya beberapa waktu jelang hari pernikahan saya. Pertanyaan ini muncul mengingat kondisi ayah saya yang semakin memburuk selama beberapa bulan terakhir. Beliau sudah tidak bisa mengenali kami lagi dan juga sangat sulit diajak berbicara.
“Waktu Sari (adik saya) nikah kemarin orang KUA-nya datang ke rumah kan buat pelimpahan wali?” kata ibu saya saat pertanyaan itu kemudian saya ajukan padanya. Pikiran saya melayang ke tahun 2013 saat adik saya menikah. Saat itu, untuk kelengkapan rukun pernikahan, petugas KUA datang ke rumah untuk melihat kondisi ayah. Saat itu, meski sama-sama tidak mengenali orang lagi, kondisi ayah saya bisa dibilang lebih baik ketimbang saat saya akan menikah. Beliau masih bisa berdiri dan bisa diajak berkomunikasi.
Saya dan suami pun berinisiatif menanyakan hal ini pada pihak KUA. Saat itu sekitar satu bulan jelang hari pernikahan saya. Saya ceritakan kondisi ayah saya yang sudah tidak bisa bicara juga tidak bisa mengenali orang lagi. Saya juga bertanya kemungkinan perwalian dialihkan kepada adik laki-laki saya.