Check In Online

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman meminta bantuan saya untuk membelikannya tiket penerbangan dari Jakarta menuju Banjarmasin. Saat itu dirinya sedang berada di kota Pekalongan dan dalam kondisi tidak bisa membeli tiket. Karena sudah cukup terbiasa membeli tiket secara online, saya pun menyanggupi permintaannya tersebut.

Mulanya, ia meminta agar dibelikan penerbangan pada Minggu malam. Kebetulan saat itu ia sedang dikejar pekerjaan juga di Banjarmasin, sehingga sangat perlu untuk masuk di Senin pagi. Saya pun mulai mencari tiket penerbangan tersebut melalui situs penjualan online. Sayangnya saya melihat tidak ada kemungkinan bagi dirinya untuk pulang pada Minggu malam. Tiketnya harganya selangit dan transitnya pun lama, begitu alasan saya padanya.

Saya kemudian menawarkan untuk mengambil penerbangan Senin pagi saja. Ada dua pilihan penerbangan yang saya tawarkan kala itu. Penerbangan pukul 05.45 dan penerbangan pukul 7.30. Teman saya itu memilih penerbangan pertama. Saya sempat mengingatkan kalau maskapai yang ia pilih kerap tidak tepat waktu penerbangannya. Namun teman saya tetap yakin dengan pilihannya. Dan akhirnya saya pun memesan tiket penerbangan tersebut.

Senin subuh hari, teman saya berangkat dari rumah orang tuanya menuju bandara. Satu hari sebelumnya, ia telah mendapat SMS kalau penerbangan yang ia pilih diundur satu setengah jam. Jadi ia yang seharusnya berangkat sebelum subuh akhirnya menjadwal ulang perjalanan dari rumah menuju bandara.”Belum apa-apa aja sudah delay,” katanya pada saya saat mengirimkan SMS tersebut.

Baca lebih lanjut

Aplikasi di Ponsel

Screenshot_2015-04-25-11-01-46

Sebelum mengenal Android, saya adalah pengguna ponsel Symbian. Waktu itu ponsel yang saya gunakan (dan beli dengan uang sendiri) adalah Nokia 6120 dan sesudahnya Sony Ericsson G900. Alasan saya memilih ponsel Symbian kala itu adalah karena kemampuan multitaskingnya. Ini terbukti bagaimana Nokia 6120 menjadi ponsel kesayangan saya selama bertahun-tahun hingga akhirnya saya jual beberapa tahun yang lalu. Sayangnya untuk ponsel penggantinya, Sony Ericsson G900, saya agak sedikit kecewa dengan performa ponsel ini. Karena itulah akhirnya saya pun memutuskan untuk menggantinya dengan ponsel Android.

Samsung Y menjadi pilihan saya untuk ponsel Android. Alasannya sih sederhana saja, kondisi finansial saya hanya mampu untuk membeli ponsel tipe tersebut. Meski begitu, toh saya tidak terlalu kecewa. OS Android benar-benar memanjakan saya. Berbagai aplikasi saya instal. Mulai dari sosial media, pemutar film, hingga tentunya aplikasi office untuk menulis.

Baca lebih lanjut

Bebek Goreng Kalijo

Tahun 2013 yang lalu, saya dan adik berkesempatan mengunjungi kota Surabaya dalam rangka pernikahan sahabat adik saya. Dalam kesempatan itu, untuk pertama kalinya saya mencicipi bebek goreng di dekat Tugu Pahlawan. Kala itu, karena masih yang pertama, saya belum bisa memberi penilaian untuk bebek yang saya makan.

Tahun berlalu, tiba-tiba saja saya merasa rumah makan yang menyajikan menu bebek menjamur di kota saya. Rata-rata rumah makan bebek tersebut merupakan franchise dari rumah makan yang ada di pulau Jawa. Sebut saja bebek Pak Janggut, Bebek Pak Gendut, Bebek Sinjae, dan aneka bebek lainnya.

Untuk daerah saya sendiri, menu bebek yang cukup terkenal adalah Nasi Itik Gambut. Gambut merupakan nama sebuah kecamatan di kabupaten Banjar. Jika kita bepergian menuju kota Banjarbaru, maka di sepanjang jalan di kecamatan Gambut kita akan menemukan berderet-deret rumah makan yang menyajikan menu nasi itik gambut ini. Tinggal pilih saja mau coba yang mana. Namun katanya yang cukup terkenal adalah warung Tenda Biru.

Baca lebih lanjut

[Naskah Ditolak] Apel Pagi

Barisan sudah disiapkan. Para peserta apel berdiri dengan posisinya masing-masing. Ada yang berdiri tegap, ada pula yang separuh menyandarkan kakinya. Tak lama kemudian seorang dari barisan direksi berjalan menuju podium yang telah disediakan di tengah lapangan. Tingginya sedang, dengan bahu sedikit membungkuk dan rambut yang mulai memutih. Gumaman-gumanan kecil langsung terdengar begitu para peserta apel mengetahui siapa yang akan memimpin apel pagi itu. Untuk pagi ini, sepertinya apel akan berjalan lebih lama dari biasanya.

Begitulah rutinitas yang saya lakukan setiap pagi di tempat kerja yang sekarang. Pukul setengah delapan tepat kami berkumpul di lapangan depan untuk mengikuti apel pagi. Setelah semua peserta upacara berikut para pejabat struktural terkumpul, apel pagi dimulai.

Secara bergiliran, salah satu dari pejabat struktural akan menjadi pemimpin apel tersebut. Apel dimulai dengan menyerukan yel-yel dan melafalkan ikrar dari perusahaan tempat saya bekerja. Biasanya juga, satu atau dua orang dari karyawan diminta maju ke depan untuk melafalkan ikrar tersebut. Setelah yel-yel dan ikrar selesai dilafalkan, bisa dilanjutkan dengan beberapa pengumuman atau sedikit pesan-pesan dari pemimpin apel.

Baca lebih lanjut

What’s a Name?

“Coba sebutkan nama kalian-masing,” kata saya pada tujuh gadis mungil yang duduk melingkar di hadapan saya. Mereka masih mengenakan seragam sekolah lengkap, dengan wajah yang sedikit lelah setelah beraktifitas seharian di sekolah. Ketujuh gadis tersebut kemudian menyebutkan nama lengkap mereka masing-masing.

“Alifia Rasyidah.”

“Farisa Gina Aulia.”

“Mahfudza Ruwaida.”

“Nursyahla Savitry.”

“Raina Adzkia.”

“Afifah Nur Syahidah.”

“Neyza Hana.”

Wow! Saya berdecak kagum setelah mengetahui nama-nama dari mereka. Iseng saya bertanya lagi pada mereka, “Wah namanya keren-keren, ya. Boleh Kakak tahu apa arti dari nama-nama kalian?”

Baca lebih lanjut