Panggilan Setelah Jadi Orang Tua

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah status menarik di laman facebook. Jadi dalam statusnya seorang ibu bercerita tentang anaknya. Diceritakan sang anak tiba-tiba saja mengeluarkan suara “De.. De,” saat berada di hadapan ibunya.

Mulanya sang ibu mengira anaknya memanggil orang lain. Kebetulan saat itu sedang ada orang lain bersama ibu tersebut. Tapi kemudian alangkah terkejutnya ketika kemudian di kesempatan lain, pada sang ayah, si anak menyebutkan kata, “Man..” yang notabene panggilan sang ibu kepada suaminya.

Otak sang ibu langsung bekerja cepat. Ternyata, si anak -yang masih balita- meniru panggilan yang digunakan kedua orang tuanya sehari-hari. Kebetulan pasangan suami istri tersebut masih memanggil pasangan mereka dengan nama masing-masing. Akhirnya si ibu kemudian berpikir untuk mengubah panggilan antara dirinya dengan suaminya dari hanya memanggil nama menjadi ayah dan ibu.

Baca lebih lanjut

The Theory of Everything

“I have asked Elaine to travel with me to America.”

“She will look after me.”

“Will she?”

“Yes.”

“You always used to tell me when an invitation came in.”

“Another award. What can you do?”

Inilah percakapan yang mengakhiri pernikahan Stephen Hawking dan Jane Wilde dalam film The Theory of Everything yang saya tonton beberapa hari yang lalu. Ironisnya, keduanya berpisah setelah menikah selama 30 tahun dan menghasilkan 3 orang anak.

The Theory of Everything sendiri berkisah tentang kehidupan ilmuwan pencetus teori lubang hitang, Stephen Hawking. Ia bertemu dengan Jane Wilde dalam sebuah pesta dansa dan dalam sekejap keduanya saling jatuh cinta. Sayangnya Stephen kemudian divonis menderita motor neuron disease yang akan membuatnya kehilangan kemampuan untuk bergerak. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama Lou Gehrig’s disease. Dokter bahkan memvonis kalau Stephen hanya memiliki waktu 2 tahun untuk hidup. Saat mengetahui penyakit yang dideritanya ini satu pertanyaan keluar dari mulut Stephen, “What about the brain?”. Mendengar pertanyaan tersebut, dokter pun menjawab, “The brain isn’t affected.”

Baca lebih lanjut

Gerak Jalan Santai

Halaman kantor sudah mulai penuh saat saya dan ibu tiba. Hari itu kantor mengadakan acara gerak jalan santai dalan rangka ulang tahun. Puluhan karyawan beserta anggota keluarga mereka mengikuti acara ini. Tak lupa juga para undangan dan wartawan turut serta dalam memeriahkan acara gerak jalan santai.

Hanya selang beberapa menit setelah saya dan ibu tiba, acara gerak jalan dimulai. Berbeda dari tahun lalu, gerak jalan santai ini mengambil rute ke jalan A. Yani arah luar kota dan berbelok tepat di bawah jembatan fly over Gatot Subroto. Tepat di bawah jembatan, beberapa panitia sudah menunggu untuk mengumpulkan kupon undian.

Setelah menyelesaikan rute, saya segera mengambil jatah sarapan. Tahun ini sarapannya nasi itik dan ayam KFC. Sambil menikmati sarapan, saya dan ibu mengikuti acara yang berlangsung di panggung. Di sana, tampak seorang penyanyi sedang mengajak penonton untuk bernyanyi bersamanya.

Baca lebih lanjut

Donor Darah

Beberapa waktu yang lalu, perusahaan tempat saya bekerja mengadakan kegiatan donor darah untuk para karyawan. Kegiatan ini diadakan dalam rangka rangkaian peringatan ulang tahun perusahaan yang ke-42.

Saat mengetahui kegiatan ini, jujur saya tidak tertarik untuk mengikutinya. Selama bertahun-tahun saya memyimpan ketakutan pada yang namanya donor darah. Alasannya sederhana saja. Saya ngeri melihat darah saya dihisap lewat jarum suntik.

Namun kemudian salah satu teman kantor berhasil membujuk saya. Meski takut, sebenarnya saya juga menyimpan rasa penasaran tentang donor darah ini. Selain karena tahu donor darah bermanfaat bagi orang banyak (buat saya sendiri juga), kondisi fisik saya sangat memenuhi syarat untuk melakukan donor darah. Akhirnya, dengan meyakinkan diri, saya dan dua orang teman melangkahkan kaki menuju tempat kegiatan donor darah diadakan.

Baca lebih lanjut

Kisah Kamera Saku Hijau Toska

Kamera saku tersebut berwarna hijau toska, dibeli dengan harga dua juta, dengan kapasitas resolusi 7,2 MP. Selama bertahun-tahun kamera tersebut setia menemani pemiliknya mengabadikan puluhan momen. Mulai dari proyek pengawasan di kantor, hingga saksi perjalanan pemiliknya.

Lima tahu berlalu. Jika dulu ia selalu tersimpan di dalam tas ransel pemiliknya, maka sekarang letaknya ada di sebuah laci di kamar pemiliknya. Kehadiran sebuah ponsel dari produsen yang sama pelan tapi pasti menggeser posisi kamera saku itu. Dengan kapasitas resolusi yang sama, kamera pada ponsel lebih sering digunakan. Selain karena hasil fotonya lebih tajam, foto pada ponsel juga bisa langsung diunggah ke sosial media.

Sebenarnya, pemiliknya akhir-akhir ini merasa tak enak juga dengan si kamera hijau toska. Meski sudah berumur, kamera hijau toska masih memberikan gambar yang bagus. Karena itu sesekali pemiliknya mengisi listrik pada baterai kamera hijau toska. Kadang juga ia membawanya saat dirinya melakukan perjalanan singkat. Namun tetap saja, selama ada ponsel di tangan si pemilik, si kamera saku tetap tersingkir.

Baca lebih lanjut