Cerita sebelumnya di sini.
Keduanya sudah kembali ke ruangan Sony. Berbeda dengan saat ia berada di ruangan tersebut beberapa menit sebelumnya, kali ini di hadapan Selina sudah terhidang secangkir teh hangat dan dua potong brownies sebagai pengisi perut.
“Bagaimana pendapatmu? Apakah pelakunya juga seorang Auralis?” Tanya Sony usai menyesap kopinya.
“Hmm. Ini agak membingungkan. Bisa jadi pelakunya ini memiliki kemampuan menghilang sepertiku. Tapi aku masih tak tahu bagaimana cara orang itu mengambil berkas itu dari lemarimu tanpa membukanya terlebih dahulu.”
“Bukankah selain menghilang kau juga mampu menembus benda padat? Maksudku tidak mungkin bukan kau bisa melakukan pengintaian jika kau harus menunggu seseorang untuk membukakanmu pintu?”
“Benar. Tapi benda padat yang bisa kulewati itu berupa dinding atau pintu. Kalau lemari seperti ini jelas tidak bisa kulewati. Lagipula seandainya bisa pun bagaimana aku bisa memastikan aku mengambil dokumen yang benar?”