Aging Gracefuly

Beberapa tahun yang lalu, saya menemani ayah melakukan tes kesehatan di salah satu Rumah Sakit Umum di kota saya. Saat itu merupakan awal dari menurunnya kondisi kesehatan ayah saya, yang pada akhirnya membuat beliau harus pensiun dini dari kantor tempatnya bekerja. Ada cukup banyak antrian hari itu. Salah satunya adalah seorang nenek yang ingin mengambil hasil tes kesehatannya.

Sembari menunggu hasil tesnya diambil, salah satu analis yang ada di ruangan tersebut bertanya pada sang nenek, “Nek, apa rahasianya biar awet muda?”

Mendengar pertanyaan sang analis, saya pun langsung menegakkan telinga. Pasti ada hal yang sangat istimewa hingga sang analis bertanya seperti itu.

“Nenek ini kelahiran tahun tiga puluhan,” kata sang analis lagi sambil memegang fotokopi kartu identitas sang nenek. Mendengar hal tersebut, segera saya perhatikan lagi sang nenek. Meski sudah tua, raut wajah nenek tersebut masih menyisakan kecantikan masa mudanya. Gaya berpakaiannya juga menunjukkan kalau beliau berasal dari kalangan yang cukup berada. Soal umur, saya menebak usia beliau sekitar enam puluhan. Pantas saja analis itu sampai bertanya begitu. Si nenek benar-benar tidak terlihat seperti berusia delapan puluh! Kata saya dalam hati.

Nenek itu sendiri hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan analis muda di hadapannya. Beliau merasa tidak memiliki resep apa-apa agar bisa tetap awet muda. Saya sendiri kurang begitu percaya dengan ucapan si Nenek. Bisa jadi memang beliau sejak muda sudah pandai merawat diri dan kesehatannya, namun tidak menganggap hal tersebut sebagai rahasia. Dan seingat saya, hasil tes kesehatan beliau kala itu juga menunjukkan tidak ada penyakit yang berbahaya dalam tubuh si nenek.

Kejadian hampir serupa kemudian saya alami lagi saat bekerja di kantor yang sekarang. Jika kala itu tokohnya adalah seorang nenek tua, maka untuk kali ini salah satu pegawai seniorlah yang sukses membuat saya dan teman terkagum-kagum.

Hari itu, Jum’at, seperti biasa kami mengikuti senam pagi yang rutin diadakan di halaman kantor. Usai menikmati sarapan yang disediakan, iseng saya dan teman-teman mampir ke stand sebuah produk kalsium yang hari itu berpromosi di kantor. “Ayo, Mbak, ikut tes kepadatan tulangnya. Gratis,” begitu tawar salah satu SPG yang ada di stand tersebut. Saya sendiri awalnya tak berniat mencoba tes tersebut karena sudah pernah melakukannya beberapa tahun yang lalu. Namun karena teman-teman yang lain begitu antusias, maka akhirnya saya pun mencoba tes itu kembali. Siapa tahu hasilnya berubah, kata saya dalam hati.

Sebelum tiba giliran kami, salah satu karyawan pria senior sedang menjalankan tes tulang tersebut. Pertama-tama bagian kaki si Bapak diolesi semacam cairan. Kemudian kaki yang sudah diolesi cairan tersebut diletakkan di atas alat. Alat tersebut kemudian akan menjepit bagian kaki yang sudah diolesi cairan. Setelah beberapa menit, hasilnya akan diketahui melalui lembaran kertas yang keluar dari alat uji kepadatan tulang tersebut.

“Hasilnya bagus, Pak. Di atas ambang minimal,” kata SPG setelah hasil tes si bapak keluar. Dari penjelasan yang diberikan, dikatakan kalau kepadatan tulang yang bagus (berdasarkan alat tersebut) berada di atas angka 80 dan si bapak memperoleh angka 90 untuk tes tulangnya.

Mengetahui hal tersebut, kami pun langsung bertanya rahasia tulang kuat si bapak. “Pian rancak (sering) minum susu khusus kalsium ya, Pak?” tanya kami  pada beliau.

“Aku cuma rajin minum susu kedelai,” kata si Bapak menjawab pertanyaan kami. Kami pun hanya ber-0oo ria sembari memandang hasil tes kami yang rata-rata berada di bawah ambang batas.

Belakangan, dari karyawan kantor yang lain kami mengetahui kalau bapak itu memang sangat pandai menjaga kesehatannya.

“Giginya belum ada yang tanggal. Rambutnya tidak beruban. Dan tekanan darahnya jarang bermasalah,” begitu kata pak Imam, salah satu rekan satu divisi pada kami usai.

“Kalau umurnya, berapa, Pak?” tanya saya pada pak Imam.

“Hampir lima puluh kalau tidak salah,” jawab pak Imam lagi.

***

Menjadi tua merupakan proses kehidupan yang tak bisa terelakkan dalam diri makhluk hidup. Kulit yang mengkerut, rambut yang memutih, tulang semakin melemah, dan ingatan yang memudar merupakan beberapa hal yang akan kita alami saat menjalani masa tua nanti. Dan tak bisa disangkal, perubahan-perubahan tersebut bisa menjadi hal yang menakutkan bagi kita. Ini bisa dibuktikan dengan larisnya krim anti aging yang dijual di pasaran. Bahkan untuk reaksi yang lebih ekstrem, salah satu tokoh figuran dalam film Miss  Granny bahkan berkata akan bunuh diri di usianya yang ketiga puluh, dengan begitu ia tak perlu menjadi tua.

Saya sendiri memiliki harapan yang cukup besar akan masa tua saya nanti. Jika dikaruniai umur panjang, saya berharap akan bisa tetap produktif. Entah itu dalam hal pekerjaan juga dalam hal ibadah. Saya juga berharap ingatan saya tak terlalu memudar dengan begitu saya bisa tetap menjadi lawan bicara yang tak menyebalkan. Dan yang terakhir, saya berharap tidak bermasalah dalam hal finansial.

Saya berharap Allah berkenan mengabulkan harapan saya ini. Namun tentunya harapan saya tersebut tidak akan terwujud jika saya tidak mengusahakannya dari sekarang.

28 pemikiran pada “Aging Gracefuly

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s