Di departemen tempat saya bekerja, ada tiga orang yang menjalani pernikahan jarak jauh. Yang pertama adalah supervisor saya, yang istrinya tinggal di Makassar. Yang kedua, seorang rekan satu divisi yang suaminya bekerja di perusahaan tambang. Dan yang ketiga adalah seorang kakak yang suaminya tinggal di Surabaya.
Tentunya tidak mudah menjalani pernikahan jarak jauh seperti ini. Kadang, dalam beberapa obrolan saya mendengarkan curhat mereka. Bagaimana harus menyiapkan uang berlebih agar bisa bertemu (dalam waktu yang singkat). Tidak enaknya makan sendirian saat berada di rumah. Juga tentunya saat harus bertahan dengan berbagai godaan yang ada di saat terpisah.
Ini kemudian mengingatkan saya pada sebuah film Thailand yang saya tonton beberapa tahun yang lalu. Berjudul Bangkok Traffic Love Story, film ini bercerita tentang pencarian cinta seorang wanita berusia 30-an bernama Mei Li.
Cerita dimulai dari Mei Li yang mabuk di pernikahan sahabatanya. Dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja ia mengalami sedikit kecelakaan dan bertemu dengan seorang pria tampan bernama Loong.
Nasib kemudian mempertemukan mereka kembali dan tentunya mendekatkan keduanya. Sayangnya, perbedaan ritme pekerjaan (Loong bekerja malam dan Li bekerja siang) membuat hubungan mereka sulit berkembang. Keadaan juga semakin bertambah rumit ketika Loong memutuskan meneruskan studinya di luar negeri.
Di puncak kesepiannya Li akhirnya mendatangi sahabatnya dan bertanya,
“What if you have a boyfriend but he’s not available to eat with you,
he doesn’t have time to go anywhere with you,
then what’s the use in having boyfriend,
if we’re not together then how can we call each other boyfriend and girlfriend?”
Sang sahabat kemudian dengan bijak berkata,
“People donโt have boyfriend or girlfriend to be together all the time.
They have them to know that thereโs still someone who loves them”
Ya. Merasa dicintai. Itulah alasan mengapa kita memerlukan seorang kekasih. Bahkan di saat terpisah jauh, kita tahu ada seseorang yang sedang memikirkan kita. Merindukan kita.
jadi alat pengerem agar tak tergoda ๐
Yupyup ๐
Tapi mencintai tanpa bisa menyentuh mah sesuatu yg cukup menyiksa.
Iya. Itu kasusnya hampir mirip sama cinta yang cuma bisa menatap punggung ๐
duh,, langsung merinding baca bagian akhir… derita ldr nih.. ๐
Hooh. Beruntunglah mereka yang nggak harus ldr ๐
Iya beruntung bgt.. Ya mbak..
Bagi kebanyakan orang LDR itu mungkin seperti neraka, tapi bagi saya itu adalah pelangi ๐ hahaa
Yang ditunggu-tunggu setelah hujan yaa ๐
Bisa jadi ๐
Setuju banget sama kalimat terakhir kak. Cinta nggak mesti sama-sama, yang penting kan ‘rasa’ dan komitmen-nya. LDR ampuh juga ya untuk test uji kesetiaan, asal jgn kelamaan juga, kan sediiiih.
Iya. Kalau bisa sih ldr jgn yg jauh2 banget dan jangan lama-lama. Berat banget soalnya
Ishhh,… bener banget mbak ๐
Menurut aku semua tergantung orangnya yana…
iya sih. tergantung masing-masing orang juga ya, Ria ๐
Itulah makanya saya dulu akhirnya bubaran saat akhirnya si dia memutuskan untuk kerja di luar pulau Jawa. Hihihi… curcol mulu ya kalo komen. Tapi bener juga ya kata temennya di film itu. Harusnya ga papa. Karena kan yg penting ada seseorang yg mencintai kita.
Nice writing. ๐
saya dulu sih nggak bubar pas mantan balik ke kampungnya. tapi ya namanya nggak jodoh akhirnya putus juga ๐
jadi inget dulu pernah LDR 6 bulan, ga kuaaat, tapi setiap keluarga punya alasan yang berbeda untuk memutuskan LDR
yup. pasti ada pertimbangan besar di balik LDR itu
Setuju banget. Cinta tak selalu harus bersama secara fisik. Mengetahui bahwa ada yang merindukan kita sudah membuat dunia berbunga-bunga
yup ^_^
Let me tell you, LDR is sooooo hard! Kalo bisa dihindari, hindari aja.
iya, cha. pastinya pengen yang dekat-dekat aja. paling jauh banjarbaru deh ๐