Saya kadang iri pada para pecandu kopi. Mereka seolah selalu bisa membanggakan kecanduannya pada biji-biji berwarna coklat dengan cita rasa tinggi tersebut. Entah itu lewat cangkir-cangkir yang mereka pamerkan, aneka macam kopi yang mereka suka, hingga buku-buku yang lahir sebagai bukti cinta mereka pada kopi. Membuat kopi seolah menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya.
Saya sendiri bisa dibilang lebih memilih teh ketimbang kopi. Saya mencintai rasa segar yang hinggap di kerongkongan saat teh manis panas itu mengalir di sana. Namun tetap saja harus diakui wangi secangkir kopi panas jauh lebih menggoda di indera penciuman kita.
Saya ingat dulu ketika salah satu paman berkunjung ke rumah, saya kerap mencicipi kopi hitam buatannya. Kopi instan saja sebenarnya. Namun tetap saja wangi kopi tersebut begitu semerbak dan rasanya sangat nikmat di lidah saya. Sayang kesukaan saya tersebut hanya sebatas mencicipi. Tak pernah terbersit di benak saya untuk membuat kopi untuk saya sendiri.
Baca lebih lanjut