Jangan Berbicara tentang Pohon Rumah Kaca

Ketika Hae Yeon Woo masuk ke istana sebagai salah satu pendamping putri raja, ia ditanya oleh raja. “Jelaskan arti dari ‘Jangan berbicara tentang pohon rumah kaca’,” begitu kira-kira tanya raja padanya.

Yeon Woo, yang gemar membaca buku kemudian menceritakan tentang maksud dari peribahasa tersebut. Dimulai dari cerita tentang seorang pejabat penting pada Dinasti Han, Gong Gwang, hingga sampai akhirnya pada jawaban inti dari pertanyaan tersebut

“Artinya adalah, apakah itu masalah istana atau masalah dewan, itu benar-benar tidak bisa disebarkan ke dunia luar,” begitu jawab Yeon Woo,

Mendengar jawaban gadis cantik tersebut, raja pun langsung memujinya sambil menambahkan, “Bagus sekali. Persis seperti yang kau katakan, apapun yang kau lihat, dengar dan rasakan di istana, itu tidak boleh dibawa ke luar istana.”

Setelah menyampaikan pesannya tersebut, raja pun berkenan meninggalkan Yeon Woo beserta putri dan pelayan istana lainnya.

***

“Jangan berbicara tentang pohon rumah kaca”

Sejak mendengar peribahasa tersebut dua tahun yang lalu di drama The Moon that Embraces the Sun, saya selalu merasa pepatah ini tak hanya berlaku dalam drama korea yang saya tonton tersebut, namun juga dalam dunia kerja. Apapun masalah yang terjadi dalam perusahaan tempat saya bekerja, atau ada hal buruk di dalamnya, akan lebih baik jika saya tidak membicarakannya ke dunia luar. Kalau kata seorang sahabat sih, dia tidak akan menjelek-jelekkan tempat di mana ia memperoleh rezeki. Dan saya juga setuju dengan pendapatnya tersebut.

Namun, dalam praktiknya kadang saya masih sering kelepasan curhat di blog. Ya, sejak berkenalan dengan dunia blog, saya sudah menjadikan rumah ini sebagai tempat pelampiasan beberapa energi negatif yang ada dalam diri saya. Salah satunya ya itu tadi, curhat tentang beberapa masalah di dunia kerja yang saya jalani, tentunya setelah dilakukan proses penyuntingan sehingga tidak terkesan emosional.

Biasanya, jika ada hal tak mengenakkan terjadi pada saya, sebisa mungkin saya akan menahan diri untuk tidak curhat hingga emosi saya benar-benar stabil. Menulis dalam keadaan emosi yang masih meluap akan menghasilkan tulisan yang penuh emosi juga, dan itu pernah saya alami. Ketika saya menuliskannya mungkin akan ada rasa lega dan puas. Namun, ketika beberapa jam kemudian saya membacanya lagi, maka saya akan menyadari betapa transparan dan memalukannya tulisan saya.

Ketika menuliskan tentang kontrak kerja yang harus saya tandatangani misalnya, saya menunggu beberapa hari untuk menuliskannya. Waktu beberapa hari tersebut saya habiskan dengan berdiskusi dengan beberapa teman dekat dan tentunya menetralkan kemarahan yang sempat melanda. Hasilnya, hadirlah tulisan tersebut, yang menurut saya cukup aman untuk dibaca.

Untuk ke depannya, saya berharap bisa lebih pintar lagi dalam memilah-milah cerita yang ingin saya tuliskan. Entah itu untuk urusan pekerjaan atau keluarga, saya harap saya tak terlalu banyak hal buruk yang saya tuliskan dalam curhat saya.

20 pemikiran pada “Jangan Berbicara tentang Pohon Rumah Kaca

  1. Termasuk urusan rumah tangga. Ehehehe… Dulu tuh novelnya diskon jd 25 ribu sbuting. Ulun ragu2 hdk nukar. Pas memutuskan hdk nukar, novelnya dah habis 😀

  2. Curhat paling aman mungkin unek-uneknya ditransformasi ke dalam bentuk fiksi kali ya. Saya sih punya cadangan blog privat kalau curhatan buat instansi.
    Belum nonton sinetronnya Han Ga In yg ini.

Tinggalkan Balasan ke arip Batalkan balasan