Setelah adik saya menikah sekitar dua bulan yang lalu, maka secara otomatis rumah kami kehilangan salah satu penghuninya. Setelah menikah, adik saya tinggal di rumah mertuanya dan hanya sesekali mengunjungi rumah bersama suaminya. Hal ini mau tak mau membuat saya sedikit merasa kesepian selama beberapa bulan terakhir. Bagaimana tidak? Selama hampir dua puluh lima tahun kami tinggal bersama-sama. Kadang bertengkar. Kadang juga saling curhat. Dan yang paling penting, dia adalah teman belanja yang paling bisa saya andalkan. Dengan menikahnya adik saya, otomatis sekarang saya lebih sering berbelanja sendirian, dan itu jelas bukan hal yang menyenangkan.
Dalam film Bollywood yang saya tonton di masa kecil dahulu, entah mengapa setiap kali ada adegan pernikahan, selalu diperlihatkan kesan bahwa sang mempelai wanita akan terputus hubungan dengan keluarganya. Dia akan tinggal bersama suaminya, yang mana masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Ibu mertua juga digambarkan jahat luar biasa, dan si wanita tak bisa mengunjungi keluarganya kembali. Yah, meski kemudian saya akhirnya tahu hal tersebut (mungkin) hanya terjadi di film-film, namun dengan menikahnya adik saya, mau tak mau tiba-tiba saya terpikir, apakah mungkin pernikahan akan menjauhkan saya dari keluarga saya?
Menjauhkan yang saya maksud di sini tentunya bukan seperti yang ada di film Bollywood tersebut. Untuk saat ini, rencana saya tentang pernikahan adalah, setelah menikah, saya akan tinggal bersama suami. Jika suami saya masih tinggal bersama kedua orang tuanya, maka itu berarti saya akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga suami. Bisa jadi saya terlalu asyik dengan keluarga baru saya, hingga tak sadar kalau keluarga di rumah lama sedang merindukan saya. Atau jika saya dan suami tinggal berdua saja di rumah mungil kami, bagaimanakah kami akan membagi perhatian akan keluarga masing-masing? Kapan sebaiknya saya mengunjungi keluarga saya, dan kapan waktu mengunjungi keluarga suami? Semuanya kini menjadi pertanyaan yang cukup rumit untuk saya.
Jika melihat teman-teman di kantor yang telah berkeluarga, mereka cenderung masih cukup dekat dengan keluarga mereka. Ini karena keluarga suami mereka berada di luar daerah. Selain itu faktor anak juga menjadi salah satu faktor yang saya lihat bisa membuat kedekatan ini terus berlanjut. Bayangkan sepasang suami istri yang bekerja dengan anak yang masih bayi. Siapa lagi yang bisa dimintai tolong untuk menjaga mereka saat kita bekerja selain kakek neneknya? Yah, bukan berarti juga kita menjadikan ayah ibu kita sebagai pengasuh anak kita. Namun tentunya kita akan merasa lebih aman jika anak kita berada dalam penjagaan mereka.
Saya sendiri selalu kagum pada pasangan muda yang berani tinggal berdua saja di tanah rantau. Salah satu adik di FLP ini misalnya. Dia sukses membuat saya kaget saat mengumumkan rencana pernikahannya dengan seorang ikhwan yang tinggal di ujung utara pulau Kalimantan. “Nggak salah, nih? Ini kan jauh banget,” begitu komentar saya kala itu. Sosoknya yang cenderung kekanakan membuat saya sedikit tak yakin dengan keputusannya. Si adik sendiri hanya tersenyum mendengar pertanyaan saya. Dia terlihat sangat yakin dengan pilihannya dan yang lebih utama lagi, keluarganya juga rela melepas putri kesayangan mereka tinggal jauh dari mereka. Mungkin dalam kepalanya saat itu berkata, apalagi yang harus ditakutkan?
Saya sendiri hingga kini belum mendapat bayangan akan pernikahan saya nanti. Apakah saya akan menikah dengan orang Banjar juga, atau dengan orang perantauan? Apakah saya akan tinggal di rumah ibu saya, rumah mertua, rumah sendiri atau bahkan tinggal berjauhan dengan suami nantinya. Namun satu yang pasti, saya berharap pernikahan tidak membuat saya jauh dari keluarga, dan begitu juga dengan pasangan saya.
Ini yang akan aku alami 2 bulan ke depan, makanya aku sedih banget, 28 tahun tinggal bareng tiba-tiba pisah aja gitu. Aku ga terima! Huahaha
Teman-teman kerjaku rata-rata udah pada nikah dan punya anak, tapi mereka tetap dekat dengan keluarga si cewek, malah ada juga yg tinggal satu atap sampai anak-anaknya udah gede. Siapa lagi yg ngurus anaknya nanti kalo bukan nenek kakek. Mereka bilang anak-anaknya bukan anak ibuknya, tapi anak nenek karena saking dekatnya dengan nenek haha..
kakaknya mau nikah, bijo? sekarang aku juga rada susah mau hang out bareng adikku. secara dia juga kerja tiap hari dan kalau weekend ada acara keluarga suami. kadang mikir juga, pasti nanti ibuku bakal tambah kesepian kalau giliran aku yang nikah
posisi kita sama, makanya aku ga setuju mereka pindah jauh. kasian ibuk bapak, anak-anaknya cuma 2 doang. Aku juga udah ga bisa jalan bareng sama kakak. Kita jalan bareng aja yuuuuuk! Coba rumahmu di Tangerang haha.. Kapan aku ke Banjarmasin lagi yah
Haha iya. Coba aja banjarmasin-tangerang dekat 😀
Kalau ke banjarmasin lagi kabar-kabari ya, bijo 🙂
Siip
Jadi mbak wewet mau nikahh? apuaaaaaaaaaaaah? selamaaaat mbak wetttttsss
Bukaaan
Ada sodaramu yang laen yah?
Iyahh hehe..
Emang ada yg laen?
hahaaha omg mbak wewet selamaaaaaaaaaaaatsss….
Belom museee
jadi mba wewet itu kakaknya bijo? wah baru tahu
Film india yang mertuanya jahat yang aku ingat itu Daadhkan kalo ga salah ya. Tapi kebanyakan bukannya mertua india digambarkan baik2? *salahfokus
Kalau dhadkan sudah modern, mba. Yang saya tonton dulu itu kyknya film tahun 70-80an. Ceritanya rata2 ttg mantu teraniaya. Haha.
Hehehe… Inilah yang jadi masalah dilematis ulun pas memutuskan menikah dulu, Ka. Tapi, pas pertama kali bapadah lawan mama, sidin malah kada bpikir panjang langsung bapadah “Kada papa bila kam kayna pindah maumpati laki.”
Tapi jar sidin, awal-awal ulun meninggalkan rumah sidin sedih banar. Tapi wahini biasa ae sudah jar. Gawean ka Beny yang ada project ke laut jadi maolah ulun bisa mudik dalam waktu yang panjang. Tapi bpisah ma misua kada enak jua sakalinya 😀
Dulu, ada novel yang membahas tentang anak meninggalkan orangtuanya setelah menikah. Sekilas aja sih pembahasannya. Tapi jleb jua ulun pas bacanya.
Kyp isi novelnya, yan? Jlebnya kenapa?
Pernah ulun tulis di MP dulu dialog di novel itu.
http://mpnyayant165.wordpress.com/2012/04/19/kebahagiaan-dari-hati/
hihihi… aku dulu awal nikah juga sempat mikir, “enak banget nih orang misahin aku ma keluargaku.” ada sisi gak rela, tapi itulah siklus hidup, suatu saat kita juga berada di posisi yang menikah, berasa di posisi orang tua, kesepian… karena akhir hidup juga akan sendirian kan 🙂
Nah iya, sin. Aku juga baru sadar ketika menikah berarti sudah waktunya bagi kita membangun keluarga baru kita sendiri. Bukan sepenuhnya berlepas, namun memang tak bisa dipungkiri kita akan terlepas dari keluarga. Intinya sih tetap menjaga silaturahim yak 🙂
Maunya, kalau sudah menikah, pertemuan dengan keluarga sendiri dan keluarga mertua tetap bagus. Komunikasinya baik. Hehe. Tapi, memang pada akhirnya, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi ketika menikah nanti Mbak Aya. Kalau tinggalnya sudah beda pulau, apalagi beda negara. Pasti ada tantangan baru yang muncul. x))
Untung sekarang komunikasi lebih gampang yak. Jadi biar jauh tetap bisa ngerasa dekat. Jadi mikir gimana dulu beratnya mereka yg setelah nikah ikut pasangannya jauh dari orang tua 😀
Iya Mbak, tapi dari pengalaman lihat keluarga besar, pertemuan fisik itu biasanya jauh lebih dinantikan.
Itu pastinya sih 🙂
Aku kok nggak berasa gitu ya?
Soalnya kuliah lanjut kerja di jakarta, trus habis nikah jg di jakarta. Tinggal berdua sm suami rasanya kyk pindah kontrakan aja. Udah sekian lama merantau jd ga berasa akan menjauh dr keluarga 😀
Iya. Mungkin kalau udah biasa jauh dari keluarga bakalan lebih terbiasa dan kurang kagetnya. Hehe
saya yang sepertinya sister kompleks dulu itu saat mbak menikah (apalagi saya jadi walinya plus dia dan suami akan tugas belajar ke luar negeri segera setelah menikah) itu rasa2nya ya kepikiran seperti yang mbak ayana ceritakan lah….
dan kemudian life goes on… agak disayangkan memang kesempatan mbak saya balik ngumpul di rumah Salatiga jadi jarang, tapi masih bisa ngumpul kok ternyata… malah gantian sekarang kumpulnya di rumah mbak saya hehehe
asik dong. ya. bisa main sama ponakan 🙂
udah ada dua ponakan plus ni bentar lagi nambah satu…
ruame lah pokoknya kalau di rumah mbak saya 😀
episode hidup yaaa…. 🙂
yup 🙂
Aamiin semoga kehidupan pernikahan nggak membuat jauh dari keluarga. Btw, kemanapun suami membawa aku sih oke-oke aja mbak. Kekeke…
Aku kalau untuk sekarang sih agak susah kalau harus pindah jauh2. Makanya prioritas nyarinya yng satu daerah aja
Iya sih, lagian kalo bisa dapat yang deket kenapa harus yang jauh… 🙂
🙂
pernikahan ya dibawa ke penghulu lah 😀
Maksudnya setelah nikah 😀
ya…. ke hatimu 😀
itu dia, makanya menurutku yang paling ideal emang setelah menikah ya punya tempat tinggal sendiri ya, Yan. Mau ngekost, kek. Ngontrak, kek. Syukur2 langsung bisa punya rumah sendiri. Hihihi…
PR setelah berkeluarga salah 1nya emang membagi waktu dengan keluarga 2 belah pihak. Jangan sampe putus tali silaturahmi, deh. 🙂
yup. jadinya adil dan kita bisa menjalani pernikahan tanpa campur tangan orang lain 🙂
hmm.. kalo aku dari dulu pengennya jauh dari ortu, mbak. hehe. biar mandiri ceritanya..
cuma yah, tetep ada konseskuensi. kangen, misalnya. kalo kangen, palingan nelpon ato sms (soale kalo pulang ke rumah, mahal di ongkos, xixixi.. mending ditabung). eh dikabulin sama Allah ternyata.. 😀
tapi nanti kita tahu sendiri kok mbak, mau stay di rumah ortu, atau di PIM (pondok mertua indah) ato merantau ikut suami ato stay di kota yang sama : )
*semoga tahun ini ya, mbak.. ^^
wah, ternyata emang udah diniatin yak, niva?
amiiin. makasih doanya dan semoga kehamilannya lancar yaa
*angguk2*
angguk-angguk setuju maksudnya? 😉
Klo aku masih absurd, tapi yang jelas klo dah nikah maunya ga ikut ortu manapun, trus bareng sama istri di rumah sendiri.. #hasek hahahaha
iyaa.. memang lebih asik kalau tinggal di rumah sendiri 🙂
Setuju sama Muse, enak kalau sdh nikah gak ikut kel manapun, juga gak diikuti dr pihak manapun, bener2 kelg baru sendiri,tanpa memutus silaturahmi tentunya 🙂
saya juga setujuuu! 🙂
Saya juga setujuu 🙂
gitu dong muse, mandiriiiii.. woah yang mo nikah itu bijo apa wewet sih? dapat orang manaaaaa?
antung, itu namanya episode kehidupan.. dan emang begitu, nanti antung semoga ga dapat mertua kaya di filmfilm india, yang kebanyak kisah nyatanya sahabatku seperti di filmfilm india loh, mertuanya pada jahatjahat, ada sih yang baik..
Amiinn. Makasih doanya, mba tin 🙂
Mba tin lama nggak kelihatan nih. Apa kabar, mba?
Ayo menyusul…kalah ma adeknya..he
Doain biar segera ketemu jodoh yak. Hehe
OKe, siap!!! Tapi kamu harus ke Bengkulu, deh..he
lhooo kok? 😀
Hahaa…maksudnya, kata orang, kalo mau gampang jodoh, pergilah ke rumah peninggalan BUang Karno di Bangkulu, cobalah berwudhu dengan air sumur yang ad di belakang rumah itu. Liat tulisan terakhir aku di blog..
Ooo. Gitu to maksudnya 😀
He.iya..yup smangat mencari jodoh, ya..
Kalau saya……sudah membayangkan bakal ditinggal anak…. 😦 “the empty nest syndrome”
Kalau jadi orang tua kyknya sindromnya lbh berasa ya, dok?
selalu ada solusi insyaAllah 🙂
Insya Allah 🙂
klo nanti sudah menikah, diatur-atur aja sma suaminya nanti perihal kunjungan ke rumah ortu, jgn sampai pernikahan malah membuat jarak dgn ortu dan jga sodara2 kita.
Yup. Insya Allah niatnya juga begitu 🙂
Ccieee yang cuka nonton film bollywood
saya juga 2 bersaudara, ayah saya udah meninggal sejak saya kelas 2 SMP jadi udah biasa hiduo bertiga. sejak kuliah di jakarta (sampe sekarang) ibu dan ade udah biasa hidup berdua. sejak ade kuliah di bandung ibu sendirian di rumah.
sedih sebetulnya, tapi ibu gak mau diajak ke jakarta soalnya udah nyaman disana. jadi kita menjalani kehidupan masing2 dengan kuat dan tetep bahagia 🙂
Semoga ibunya sehat selalu yaa 🙂
Aamiin mba, beliau masih semangat sih
makanya saya juga jadi berkurang khawatirnya
Memang hidup itu harus penuh dengan semangat yak 🙂
Mudah-mudahan bisa segera menyusul ^^
Amiin..makasih doanya, mba 🙂
nda bisa komen untuk hal ini. hehehehe
mudah2an mba Aya bisa menyusul segera.
Amiin. Makasih doanya 🙂
Tiap-tiap daerah selalu berbeda soal kemana mau dibawah setelah pernikahan ya… Klu bg masyarakat minang malah suami yang tinggal di rumah keluarga perempuan… Tetap aja statusnya sbg rumah mertua indah.. Jalan tengahnya sih punya rumah sendiri..
Matrimonial ya klo ga salah? Heeh. Memang paling bagus itu punya tempat tinggal sendiri.
bukan matrimonial tapi matrilineal… hihihihihi
o iya. salah yak, hehe
bukan salah, tapi keliru.. 😀
Hayooo mba di data tetangga sekitar … jangan-jangan jodohnya malah tetangga sendiri…
sesuai harapan pokoke lah…, seperti temen saya kemarin, udah melanglang antar pulau jawa-sumatera, eeh taunya nikahnya sama 100meter dari rumah…
he he he
setahu saya tetangga saya udah nikah semua, mas 😀
salam kenal yaaa. kalau ane dah nikah 2 tahun enjoy enjoy aja tuhh, ya kadang ada saat yang rumit kadang adah sedih kadang ada senang, ini memnag proses yang mengasikan coba aja deh nikah . mantab.
Mantab gan artikelnya sangat membantu dan menambah wawasan. Mohon kalau ada waktu luang kunjungi artikel – artikel kita ya boss … berikut daftar artikelnya :
Kumpulan contoh – contoh administrasi dan share informasi data penting
Kumpulan arttikel inspirasi model dan trend untuk pembuatan batiknya para artis
Kumpulan artikel tentang pemakaian pupuk untuk tumbuhnya tanaman yang sangat baik
Fashion wanita dan cantik dengan mutiara Indonesia
Tips tips mujarab dan aneh untuk Pertanian Indonesia bersama OMTANI
Berbagai Jenis kain dan koleksi baju Nusantara yang sexi dan murah
Informasi lengkap mengenai kota PALUR KARANGANYAR JAWA TENGAH
Kiat dahsyat dan tutorial untuk menjadi KAYARAYA MULIA SEJAHTERA
Kiat – kiat berbelanja dan mengakali penggunaan supaya hemat dan murah
makasih ya gan atas artikelnya, salam sukses dan Tuhan memberkati agan dan keluarga. amin
makasih udah mampir ke sini 🙂
iya sama sama ya bunn ; kapan kapan mampir dong ke blog ane ; tapi belum terkonsep http://www.budiprihono.com
kembali kasihh 🙂
hihihi terimget dah, kau dulu pernah buka usaha persewaan komek, ada orang yang persewaan komiknya bangkrut, aku terus nglanjutin, tiap hari baca komik buanyak banget .. hiihihi
wah aku ikutan mampir ah.. mampir kesini juga ya mbak.
makasih sudah mampir 🙂