Pilihan Karir

Sebuah pengumuman tertempel di papan pengumuman kantor beberapa hari yang lalu. Isinya mengenai lowongan posisi supervisor untuk jajaran internal kantor, lengkap dengan kualifikasi yang disyaratkan. Beberapa rekan senior di divisi saya pun mulai mempersiapkan diri mereka beberapa saat setelah pengumuman dikeluarkan. Beberapa lainnya, tampaknya belum siap (atau mungkin memang tidak berambisi menjadi supervisor), hingga akhirnya tak mendaftarkan diri mereka dalam seleksi tersebut.

Proses dari seleksi supervisor ini sendiri terdiri atas presentasi dan tanya jawab, baik itu berkaitan dengan bidang yang dikuasai maupun bidang-bidang lain di luar departemennya, namun masih dalam lingkup kerja perusahaan. Jika diibaratkan, proses seleksi ini mungkin tak ubahnya sidang skripsi kita saat kuliah dahulu.

Pada hari seleksi dilaksanakan, seorang rekan senior yang kala itu sedang bersiap-siap menunggu gilirannya berkata, “Aku ikut seleksi ini karena memang ingin menjadi supervisor. Bukan sekadar cari pengalaman, apalagi coba-coba.” Ada nada optimis dalam suaranya saat mengucapkan kalimat tersebut, meski pada kenyataannya usianya terbilang paling muda di antara kandidat yang ada.

Baca lebih lanjut

Survey Lokasi (lagi)

Hari itu kami berangkat menuju lokasi akan dipasangnya alat pengolah air yang telah dikirimkan beberapa hari sebelumnya. Ini adalah kali ketiga saya ke lokasi tersebut. Pertama kali dengan tiga orang rekan senior, untuk memastikan kondisi rumah dan tanah yang akan dipakai. Yang kedua dengan beberapa rekan senior, Senior Manager dan pihak kontraktor untuk melihat kemungkinan perencanaan yang akan dipakai. Dan yang kali ini, dengan pihak pusat sendiri, yang ingin meninjau lokasi pemasangan alat sekaligus mengecek kondisi air di daerah tersebut.

Oya, lokasi yang kami datangi kali ini berbeda dengan lokasi yang saya ceritakan sebelumnya. Jika lokasi sebelumnya bernama pulau Bromo, maka lokasi yang baru ini adalah Teluk Halinau. Untuk mencapai lokasi yang dimaksud, kami harus naik mobil terlebih dahulu, kemudian menumpang feri kecil untuk menyeberang, dan berjalan sejauh kurang lebih 500 meter di atas titian kayu.

Tak ada yang berbeda sebenarnya antara lokasi tanah yang lama dengan lokasi yang baru ini. Rumah-rumah para penduduknya masih berdiri di atas air, lengkap dengan jamban-jamban mungilnya. Titian kayu berukuran 1,5 meternya masih menjadi salah satu jalan utama di tempat ini, meski di beberapa rumah, bisa saya lihat jukung-jukung tertambat. Di kiri kanan titian, bisa saya lihat para penduduk dengan kegiatannya masing-masing. Ibu-ibu yang berkumpul sambil berbagi cerita, anak-anak yang sibuk bermain, semuanya tak ubahnya seperti perumahan lain pada umumnya.

Baca lebih lanjut

Selina Story : Wedding Day

Cerita sebelumnya di sini.

“Cantiknyaa!”

Hanya itu kata yang bisa Selina ucapkan saat sosok Tiara berdiri di hadapannya. Setelah hampir satu jam menunggu di luar kamar, akhirnya ia dan Vania diijinkan untuk masuk dan melihat langsung hasil “transformasi” dari Tante Jihan, pemilik salon yang jasanya mereka sewa untuk hari bersejarah ini. Saat ini, di hadapan mereka berdiri Tiara yang mengenakan kebaya berwarna putih gading dengan rambut yang disanggul sederhana dengan hiasan bunga di sampingnya. Wajahnya dilapis make up dengan warna natural. Tak terlalu tebal, namun tetap menonjolkan kecantikannya sebagai calon pengantin.

Saat mereka sibuk mencari salon untuk mendekorasi gedung serta merias wajah Tiara dan keluarganya, baik Vania maupun Selina mengusulkan agar Tiara memilih salah satu dari gaun pengantin yang mereka lihat terpajang di salon-salon yang mereka kunjungi tersebut. Namun, Tiara rupanya memiliki rencana sendiri tentang busana yang akan ia kenakan di hari pentingnya. Alih-alih menyewa gaun pengantin dari salon, ia ternyata telah menyediakan gaun pengantinnya sendiri.

Baca lebih lanjut

Gas Accident

Pagi itu, seperti biasa saya membantu ibu membuat kue yang akan dijual setiap harinya. Ada cukup banyak jenis kue yang ibu buat setiap harinya. Semuanya bisa dibilang merupakan jajanan khas tradisional yang cukup laris selama masa ibu saya berjualan. Sayangnya, karena setiap harinya tugas saya hanya menuang adonan, hingga saat ini tak satu pun jenis kue tersebut yang bisa saya buat sendiri.

Saat sedang sibuk menuang adonan ke cetakan kue, tiba-tiba saja kompor gas yang saya gunakan tiba-tiba mati. Tabung gas 3 kilogram yang biasa kami gunakan rupanya kehabisan amunisinya. Saya pun segera membuka penutup tabung, membawa tabung gas yang kosong ke dalam, dan membawa kembali tabung gas cadangan yang biasanya tersedia di rumah.

Sekembalinya di dapur, saya pun segera memasang kembali pipa kompor gas ke tabung yang baru. Ketika saya selesai memasang penutup tabung, tiba-tiba tabung mengeluarkan bunyi dan dapur mungil kami seketika dipenuhi bau gas. Biasanya hal ini terjadi jika penutup dengan tabung gas tidak tertutup rapat dan menyebabkan gas yang ada di dalam tabung keluar.

Baca lebih lanjut

Pilihan

Hari Sabtu lalu saya menghadiri acara Daurah Pernikahan yang diadakan oleh sebuah lembaga pernikahan di kota saya. Dihadiri oleh beberapa belas ihwan dan puluhan akhwat, acara ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas tentang dasar-dasar pernikahan. Sedangkan sesi kedua diisi dengan materi tentang hal-hal yang kekuatan yang harus disiapkan sebelum menjalani pernikahan.

Tentang kekuatan yang harus disiapkan dalam menjalani pernikahan, pemateri membaginya menjadi enam macam. Mereka adalah kekuatan ruhiyah, kekuatan pikiran/wawasan, kekuatan emosi, kekuatan fisik, kekuatan ekonomi, dan kekuatan interaksi sosial.

Selain tentang enam kekuatan tersebut, pemateri juga membagi rahasia mengetahui keseimbangan hormon seseorang yang bisa dilihat dari kuku. Jadi, jika kita perhatikan kadang pada bagian dasar kuku terdapat bayangan putih berbentuk bulan sabit terbalik. Nah, jika pada kedua jempol kita terdapat bulan sabit terbalik tersebut, maka insya Allah hormon kita seimbang. Namun jika di semua kuku terdapat bulan sabit tersebut, maka katanya hormonnya tidak seimbang.

Baca lebih lanjut