Cerita sebelumnya di sini.
Selina menyandarkan punggungnya ke dinding dekat pintu keluar kafe Aroma. Sejak beberapa menit yang lalu, beberapa orang tampak mulai memasuki kafe tersebut. Rata-rata dari mereka adalah para pekerja kantoran dengan pakaian kerja yang masih melekat di tubuh mereka. Maklumlah, kafe ini memang berada di sebuah komplek perkantoran. Selina kemudian nelirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Pukul empat dua lima, masih lima menit jelang pertemuannya dengan Tiara dan sudah tiga puluh menit berlalu setelah ia meninggalkan toko.
Saat setuju untuk bertemu dengan sahabat yang ingin diperkenalkan Tiara padanya, sebenarnya belum terpikir di benak Selina untuk melakukan hal yang dilakukannya sekarang. Dalam pikirannya pertemuan ini takkan berbeda dengan pertemuan para perempuan pada umumya. Mereka berkenalan sebentar, merasa canggung di awal, untuk kemudian ikut tertawa dalam obrolan yang tercipta.
Kemudian, entah dari mana pemikiran itu muncul. Tidakkah ini adalah saat yang tepat untuk membuktikan rasa penasarannya? Tiara akan bertemu sahabat dekatnya. Pasti ada banyak hal yang akan mereka ceritakan. Tentang kabar terbaru, tentang rencana pernikahan, dan bukan tidak mungkin bukan akan ada nama Selina di dalam percakapan mereka nanti?