Pulau Bromo, itulah nama lokasi yang kami kunjungi hari itu. Entah dari mana nama tersebut berasal. Daerah ini terletak di kelurahan Mantuil, sebuah kawasan yang dulunya merupakan salah satu pusat pengolahan kayu di Banjarmasin. Saya sendiri mengenang Mantuil sebagai tempat persinggahan saat akan berkunjung ke rumah nenek beberapa tahun lalu. Entah itu untuk membeli bensin dari klotok yang kami gunakan, atau untuk membeli keperluan lainnya.
Meski saat ini sudah tak terlihat lagi rumah-rumah lanting, namun di sepanjang pesisir sungai masih bisa kita temukan rumah-rumah yang berdiri dengan tiangnya yang menancap di sungai. “Jika angin ribut menyerang, maka rumah ini akan bergoyang,” begitu kata salah satu pemilik rumah yang kami singgahi hari itu. Sebuah titian panjang juga dibangun sebagai sarana penghubung daerah ini dengan dunia luar. Jujur saya sulit membayangkan motor bisa melewati titian kayu tersebut. Namun nyatanya, hari itu saya melihat sendiri bagaimana sebuah motor dengan santainya berlari di atas titian. Yang lebih mengejutkan lagi, ibu di rumah tersebut juga mengatakan kalau hingga tengah malam titian tersebut tak pernah sepi dilewati kendaraan bermotor. “Biasanya sih mereka yang baru pulang dari jalan-jalan di kota,” begitu kata ibu tersebut.
Kedatangan kami ke Pulau Bromo sendiri dalam rangka survey lokasi untuk sebuah proyek di kantor. Meski terletak di dekat sungai, daerah Pulau Bromo ini termasuk wilayah yang masih mengalami kesulitan dalam pengadaan air bersih. Sulit di sini dalam artian tak ada sambungan langsung ke rumah-rumah yang ada di wilayah tersebut. Untuk mendapatkan air bersih, mereka biasanya membeli dari rumah-rumah di seberang yang sudah memiliki sambungan air bersih. Dengan adanya proyek ini, diharapkan tahun 2014 nanti warga Pulau Bromo sudah tak lagi kesulitan dalam mendapatkan air bersih.
- jembatan Basirih