Sandra tertegun. Matanya menatap benda yang kini ada di hadapannya. Sebuah amplop putih berada di tumpukan paling atas berkas yang baru saja diserahkan padanya lewat sebuah map. Sandra kemudian mengalihkan pandangannya pada sosok di hadapannya. Aini, gadis awal dua puluhan itu tersenyum canggung padanya.
“Apa ini?” Tanya Sandra kemudian.
“Itu titipan dari pak Dody, Bu,” jawab Aini.
“Dalam rangka apa?”
“Katanya sebagai ucapan terima kasih.”
Sandra terdiam sejenak. Terbayang olehnya bagaimana dulunya ia hanya bisa menatap dari balik kubikelnya dengan prihatin setiap kali salah satu rekannya yang lain menerima amplop putih tersebut. Dan kini, setelah tiga tahun bekerja di kantor ini, akhirnya tiba juga dirinya pada fase tersebut. Sandra menghela nafas. Diraihnya amplop putih tersebut.
“Ini berkasnya saya terima. Tapi untuk amplopnya tidak bisa saya terima. Kamu kembalikan saja, ya?” kata Sandra sembari menyerahkan amplop putih tersebut pada Aini.
“Tapi kata pak Dody amplop itu harus diserahkan pada ibu.”
“Bilang saja sama pak Dody ucapan terima kasihnya sudah saya terima. Tapi saya tetap nggak bisa mengambilnya.”
Akhirnya Aini tak bisa berkata apa-apa lagi. Diambilnya amplop putih tersebut dari tangan Sandra, dan langsung dimasukkannya ke saku bajunya.
“Kalau kamu tidak ada urusan lagi, kamu boleh pergi. Saya masih ada yang dikerjakan,” ujar Sandra kemudian.
***