Cerita sebelumnya di sini.
Aku ingin pernikahanku nanti akan diadakan di tepi danau, dengan dihadiri keluarga dan sahabat dekatku. Gaun pengantinku nanti akan berwarna kuning pucat, dan rambutku merahku akan dijepit sederhana dengan hiasan bunga di atasnya. Calon suamiku nanti akan mengenakan tuksedo berwarna putih. Ia akan menungguku di pelaminan dengan tatapan penuh cinta padaku. Dan saat waktunya janji pernikahan diucapkan, dia akan melafalkannya dengan penuh keyakinan tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Hingga dirinya duduk di bangku sekolah menengah, Selina masih cukup rajin mengisi buku hariannya. Saat itu, ia memiliki dua buah buku harian, keduanya bersampul merah bata. Ada banyak cerita ia tuliskan dalam buku harian tersebut. Cerita tentang haid pertamanya, momen di saat ini mendapatkan kekuatan menghilangnya, pertemuannya dengan Adam (ini paling banyak porsinya), juga beberapa catatan tentang keinginan dan mimpi-mimpinya.
Setelah memasuki bangku kuliah, kebiasaan menulis buku harian tersebut semakin lama semakin jarang dilakukannya. Perubahan media tulis dari buku tulis ke komputer membuat Selina merasa tulisannya semakin jelek saja. Karena itulah selama kuliah Selina memilih menuliskan berbagai rahasia hatinya dalam file berekstensi word di komputer tua miliknya. Sayangnya kebiasaan itu juga tak bertahan lama. Dan untuk sekarang, Selina sudah tak pernah lagi menulis di buku harian kecuali surel-surel yang dikirimkannya pada Adam.