“Wil, kenapa ya pas aku nge-running blok ini tekanan kurangnya sampai 500 gitu? Kayaknya ada yang salah, deh,” begitu ujar saya pada Wilda, salah satu rekan kantor senior yang berada satu divisi dengan saya di perencanaan.
Wilda kemudian mendatangi meja saya -yang terletak di ruangan lain-, mengecek gambar yang saya kerjakan selama beberapa menit, dan kemudian berkata, “Wajar aja sih kalau tekanannya kurang banget. Ini pipa yang mengelilingi daerah ini kecil banget (75 mm) dan pipanya panjang-panjang gini. Wajarlah kalau ngos-ngosan.”
Mendengar penjelasannya tersebut, ada sedikit rasa lega di hati saya. Maklum lah, saya kan masih baru dan belum terlalu mengerti dengan program epanet ini. Pe-runningan pun saya lakukan hanya untuk coba-coba. Karena itu saya cukup kaget juga ketika Wilda kemudian berkata pada saya, “Nanti kamu bikin analisanya dan di print ya. Ada contohnya kan di file yang kemarin kukasih?”
Saya pun hanya bisa mengangguk sambil berkata dalam hati, yakin nih mau di print? Kalau salah gimana?
EPANET sendiri merupakan komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa (EPANET User Manual oleh Akademi Teknik Tirta Wiyata). Sewaktu pertama kali ditempatkan di divisi perencanaan, supervisor saya langsung menyerahkan sebuah fotokopi manual dari EPANET ini. Tebalnya sekitar 200 halaman, dengan berbagai penjelasan penggunaan aplikasi EPANET. Sayangnya hingga beberapa hari saya mempelajari buku tersebut, tak ada satupun yang bisa saya mengerti. Program ini benar-benar baru dan tidak pernah saya temui saat kuliah dulu.
Baru kemudian saat Wilda masuk kantor -setelah mengikuti pelatihan- saya kemudian diajari menjalankan program ini. Mulai dari memindahkan gambar peta CAD ke EPANET, meletakkan titik-titik pada gambar, menghubungkan titik-titik tersebut, mengmasukkan data pipa (panjang dan diameter), base demand, meletakkan reservoir, hingga akhirnya me-running blok tersebut. Semua hal tersebut diajarkan secara kilat, tanpa diberikan terlebih dahulu dasar-dasar dari program ini. Yah, intinya saya belajar sambil bekerja.
Awal-awal menjalankan program EPANET ini, selama beberapa hari saya sempat dilanda sakit pinggang yang luar biasa. Berjam-jam memelototi layar 12 inci sambil mengamati titik-titik pertemuan antar garis jelas bukan pekerjaan yang mudah. Rasa kantuk juga kerap mendera saya saat melakukan penggambaran garis-garis ini. Dan selain itu, meski hanya duduk manis di depan laptop, pekerjaan ini ternyata cukup menguras energi juga 😀
Nah, berhubung saat dikenalkan dengan program ini saya tidak diberi dasar apapun, maka beberapa hal baru saya temukan selagi bekerja. Misalnya, ketika saya mengerjakan sebuah blok ternyata ada garis tidak terhubung ke garis lainnya. Saya pun menanyakan hal ini kepada Wilda, dan dari situ saya tahu kalau dalam mengerjakan sebuah blok, selain berpatokan pada peta yang sudah dipisahkan, sangat penting juga bagi saya untuk mengecek ke peta jaringan yang penuh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pipa yang terpotong oleh batas blok. Kalau misalnya ada ya berarti penggambaran harus disesuaikan dengan peta jaringan yang lengkap.
Jika dirunut ke belakang, saya merasa beruntung Wilda mengajari saya program ini langsung hingga ke proses eksekusinya. Sebab jika misalnya saya hanya diajarkan untuk menggambarkan garis pipa misalnya, maka mungkin saya tidak akan mengetahui kalau ada pipa yang bisa terpotong batas blok atau kenapa hasil running saya bisa minus banget? Tentunya masih banyak hal yang harus saya pelajari dari program EPANET ini, juga hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan di divisi saya ditempatkan. Harapan saya, semoga saya bisa bekerja sebaik-baiknya di tempat ini.
Gak ngerti.. 😀
Hehehe
apa hubungan program tsb dengan pipa2 pdam..?? 😀
Program itu digunakan untuk mengetahui aliran air yg dikirim cukup apa nggak, mba. Jadi garis2 itu lambang dari pipa2 pdam nya. Warnanya beda2 sesuai diameternya
ya..ya..lumayan nyambung lah..hehe..
klo di sma masih belajar dasarnya banget..menghitung aliran kecepatan air pada pipa dgn diameter yg berbeda2, tpi lumayan nih bisa nambah2 cerita ke siswa ttg apliaksi dari materi.. 🙂
Saya sebenarnya pas kuliah kyknya mata kuliah air ini yg paling susah ngerti. Rumusnya susah2 😀
klo kuliah udah lebih detail lagi ya pastinya…
dulu teknik sipil kan ya?
Iya, kalau kuliah lebih ngerti sih. Tapi saya dulu lbh ngerti struktur ketimbang air. Hehe
waduh..klo struktur apaan lagi tuh..??
Struktur itu yang kyk ngitung kekuatan bangunan, reaksi perletakan, sama momen perletakan gitu mba
oooooowh…*mangut2 😀
Salah satu favoritku dulu gambar AutoCad, sempat juga diajari epanet, tapi udah lupa pa pa… tapi poin dasarnya emang gambar autocadnya
Semangat Yan!
menurutku epanet ini lebih mudah ketimbang program struktur. Hoho
jreng! pastinya, kerjaan sipil bangunan emang bikin mumet, tapu struktur pelajaran favoritku pas SMU 😛
Aku smu malah paling nggak ngerti fisika pas sma
kalau fisika keseluruhan mah banyak gak ngertinya juga, tapi khusus struktur, suka banget, kayak ngerjain teka-teki buat cari kesetimbangan bangunan 😀
Aku aja soal momen2 itu baru ngerti pas kuliah. Kalau pas sma benar2 nggak ngerti. Ngerjain soal doang tapi nggak tau prinsipnya gimana
biasanya kalau ada mainan baru, bikin semangat nyoba 😀
Heeh. Ini msh semangat ngerjainnya 🙂
Sippplah
Jadi ingat hukum tekanan eh….
Wah, mas lambang dulu juga kuliah di teknik?
ilmu perpipaan itu kuliahnya apa ya. ?
Teknik sipil ada, pengairan ada, teknik lingkungan juga ada kyknya. He
wahh.. sya blank dengan pemrograman epanet..
Kuliahnya di teknik juga?
hmmm aku bingung hehehe
Teknik banget ya, mba? Hehe
ga ngerti epanet, soalnya dulu cm pake Autocad, itu pun yg AutocadMap X_X
Saya malah nggak ngerti autocad map, mba 😀
ga ngerti, tapi baik ya temennya mau ngajarin.. semoga makin jaya deh antung..
Amiin. Makasih, mba tin.
mb Ayana, saya tertarik dengan postingan anda…. bolehkah sy tanya2 mengenai epanet 2.0 ?
Tanya tentang apa, mas? Saya epanet nya masih yang dasar bnget