Terjebak Romantisme

Saat kuliah dulu, saya memiliki seorang teman pria. Mulanya saya tak pernah terpikir akan akrab dengannya, mengingat kami berasal dari sekolah yang berbeda. Namun layaknya teman kuliah yang lain, rangkaian tugas kuliah dan kelas yang sama menjadikan saya mulai akrab dengannya, meski kadarnya hanya teman biasa.

Satu malam, dia datang ke kost saya untuk meminjam bahan kuliah. Ada banyak hal yang kami bicarakan malam itu. Mulai dari tugas kuliah hingga tentunya teman-teman satu angkatan. Yang mengejutkan, teman saya ini dengan entengnya menebak pria yang saat itu saya taksir. “Kamu naksir si itu, kan?” Tanyanya kala itu. Karena tak pandai berbohong, akhirnya saya iyakan saja pertanyaannya tersebut.

Sejak saat itu hubungan saya dengan teman saya tersebut jadi semakin akrab. Saya kerap curhat padanya. Dia juga memberikan respon yang baik atas curhat-curhat saya tersebut. Dan pelan tapi pasti, saya pun memiliki harapan yang berlebih padanya.

Sayangnya, karena satu kejadian harapan saya pada teman saya ini harus luruh. Intinya sih, dia mengetahui perasaan saya padanya. Saat itu. dengan tegas mengatakan kalau selama ini dia hanya menganggap saya teman biasa. Saya pun patah hati, dan bisa ditebak setelah itu hubungan saya dengannya tak lagi sama.

Selama beberapa waktu hubungan saya dengan teman saya ini jadi renggang. Kalau ada yang bertanya apakah saya malu karena ketahuan naksir teman sendiri? Jawabannya jelas “Iya”. Namun, kalau dipikir-pikir, jika dibandingkan dengan rasa malu karena ketahuan naksir dia, maka rasa kesal karena telah berharap padanya jauh lebih besar ketimbang rasa malu tersebut. Dan meski saat ini hubungan kami sudah membaik, kadang masih terbersit pertanyaan di kepala saya apakah memang kala itu saya yang salah mengartikan perhatiannya atau memang teman saya ini yang terlalu terlena menjalankan perannya sebagai sahabat hingga tanpa sadar memberikan harapan pada saya?

Perempuan cepat terjebak dalam suasana romantisme, begitu yang dituliskan Sinta Yudisia dalam novel Rinai yang sedang saya baca. Kalau kata saya pribadi sih, perempuan kadang terjebak dalam romantismenya sendiri. Beri mereka perhatian dan perlakuan yang baik, dan tanpa mereka sadari hati mereka telah luluh oleh perhatian tersebut. Yang menyebalkan, kadang para pria bahkan tidak sadar dengan perlakuan mereka yang membuat hati luluh tersebut. Sehingga ketika mereka ditodong karena telah mencuri hati, maka dengan santainya mereka mengelak dan berkata, “Saya tidak memberikan harapan apapun pada kamu.” Yah, kalau sudah begini, agak sulit untuk menyalahkan sang pria karena kasusnya berubah menjadi salah paham.

Saya sendiri, sebenarnya juga cukup sering terjebak dengan romantisme ini (contoh nyata ada di atas). Mulai dari yang skalanya normal hingga sampai pada taraf hati-hati. Namun, seiring perjalanan waktu dan pengalaman hidup (baca: patah hati), saya mulai belajar untuk lebih banyak menggunakan akal ketimbang perasaan dalam menghadapi romantisme ini. Realistis. Mungkin begitulah saya menyebutnya. Dengan begitu, meskipun terjebak dalam romantisme, saya bisa tetap menjadi pengendali utamaΒ  hati saya.

61 pemikiran pada “Terjebak Romantisme

  1. Umumnya wanita seperti itu, luluh krn perhatian, sementara yg kasih perhatian sbenarnya gk ada apa2. Tpi sy pernah jg kejadian, justru gak ngeh, malah temen yg ngeh bgt klo ada yg perhatian bgt ke saya…haha..

  2. Ah cowok juga gitu kok… Eaaaaaaaaaa πŸ˜€
    Twitnya siapa gitu ya kalo gak salah Raditya Dika. “Dalam hubungan pertemanan kakak adek antara laki-laki dan perempuan, yang laki-laki biasanya diam2 menaruh hati dan perempuan biasanya pura-pura tidak tahu” hahahahaha

  3. Biasanya rata-rata cowok emang suka kayak gitu si mbak, perhatian sama temen ceweknya
    Maksud hati mereka sih, perhatian dan kasih bantuannya biasa aja, tapi kalo dilakukan intens yaa si cewek jadi terjebak romantisme deh, hihihihi

  4. Aku juga pas sma punya temen2 cowok baik yang bisa diminta tolong anter-jemput, anterin sehabis les, jemput pas berangkat les, atau mo kemana. soalnya aku gabisa naik motor 😦
    Alhamdulillah sampe skg hubungannya baik2 aja, cuma udah ga akrab lagi soalnya udah pisah jauh πŸ˜€

  5. hmm… kalau begitu saya harus mengerem ngasih perhatian ke mba yah?

    nggak usah nanya-nanya lagi ngapain, udah makan atau belum, kerjaan di kantor gimana… dll.

    *kapan gue nanya gitu*

    πŸ˜€

  6. kamu tidak sendiri antung.. ku dulu juga salah mengartikan, tapi hubungan kita baikbaik saja sekarang.. malah jadinya saling ledek.. sampe sekarang pun ku suka salah mengartikan, tapi karena udah “pengalaman” jadi ya ga mao dong terjebak romantisme..

  7. Katanyaaa… Kata orang, ngga ada persahabatan yg benar-benar murni antara pria dan wanita ujung2nya timbul “rasa” itu, dan sepertinya semua pernah ngalamin deh, termasuk teteh hehe…tp yg jatuh hati biasanya yg perempuan yaah… yg cowoknya lempeeeenh πŸ˜€
    alhamdulillah sampai sekarang persahabatan kami terjalin terus.. Menjadi dua keluarga yg akrab.

  8. Memang seringnya begitu ya mbak. Perumpan itu perasaannya suka kelewat sensitif, btw kalo ketahuan naksir pasang aksi cool aja mbak, tapi di dalam hati kebat kebit, hehehehe…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s