Celine menatap bayangannya di cermin berukuran seluruh badan yang ada di hadapannya. Diperhatikannya kembali pakaian yang dikenakannya malam ini. Malam ini dia memilih mengenakan midi dress berwarna soft pink dengan motif garis-garis dan sabuk kecil berwarna hitam yang melilit pinggangnya. Seperti biasa, sepasang sepatu balerina menjadi pilihan favoritnya, kali ini berwarna merah tua, dengan sebuah pita hitam di ujungnya. Sepatu ini dibeli Celine dengan harga lima puluh ribu di pedagang sepatu langganannya.
Rambutnya juga sudah tertata rapi. Tak ada yang istimewa sebenarnya. Celine hanya membiarkan rambutnya tergerai melewati pundaknya. Bagian poninya beberapa hari yang lalu sempat menutupi mata kini dirapikan dan dibentuk menjadi poni lempar.
Celine kemudian mengambil kamera saku di tasnya dan mengambil foto wajahnya untuk mengecek apakah make up yang dikenakannya sudah cukup terlihat. Sebenarnya Celine bukan orang yang gemar mengenakan make up. Bahkan biasanya dia hanya memoleskan bedak tipis dan sedikit lipstik pada bibirnya. Namun untuk hari ini, seperti yang dikatakan Lola, setidaknya Celine harus terlihat lebih cantik dari biasanya. “Percuma dong aku ngerayu-rayu kak Lutfi biar mau minjamin handycam kalau kamu penampilannya biasa aja,” begitu kata Lola padanya.
Akhirnya, setelah merasa cukup dengan puas dengan penampilannya, Celine memutuskan keluar dari ruangan tersebut. Di depan pintu, ia bertemu dengan Lara, salah satu pramusaji kafe yang cukup akrab dengannya. Melihat penampilannya malam itu Lara tersenyum sambil mengacungkan jempolnya pada Celine.
Sesampai di luar, tampak para pengunjung kafe sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Pramusaji tampak bergantian keluar masuk pantry untuk mengantarkan pesanan pengunjung. Di bagian panggung, tampak Mika menghibur para pengunjung dengan menyanyikan salah satu lagu Anggun. Sementara tepat di hadapan panggung, tampak Lola sibuk merekam para pengunjung kafe dengan handycam di tangannya.
Sambil menunggu gilirannya, Celine kemudian memilih duduk di salah satu kursi yang kosong di samping panggung. Malam minggu memang selalu menjadi malam yang sibuk Glowing Kafe. Layaknya kafe lain yang ada di kota mereka, Glowing Kafe di malam minggu dipenuhi oleh para anak muda yang ingin menikmati akhir minggu mereka. Entah itu pasangan yang sedang berkencan, juga gerombolan sahabat yang sekadar ingin berkumpul. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Celine memutuskan untuk menjalankan rencananya hari ini. Bahkan untuk memuluskan rencananya tersebut, Celine rela merogoh uang sakunya untuk mentraktir Boni, agar mau bertukar hari dengannya.
Celine sendiri baru tiga bulan bekerja di Glowing kafe. Ia mengetahui adanya lowongan di kafe tersebut dari salah Mika, salah satu penyanyi tetap Glowing kafe yang cukup akrab dengannya. Celine kemudian memberanikan diri untuk melamar. Dan setelah mengikuti beberapa tes, akhirnya ia diterima sebagai salah satu pengisi tetap dari live music yang diadakan Kafe Glowing tiga kali dalam satu minggu.
Glowing Kafe merupakan salah satu kafe yang cukup ramai di kotanya. Tak seperti kafe-kafe yang lain, Glowing kafe tidak menyediakan minuman beralkohol dan memiliki peraturan bebas rokok baik untuk karyawan maupun pengunjungnya. Mungkin karena itulah selain dikunjungi oleh anak muda, kafe ini juga kerap menjadi tujuan para orang tua yang ingin menikmati suasana kafe bersama anak-anak mereka.
Lagu-lagu yang disajikan sendiri biasanya lagu-lagu yang sedang populer saat ini, baik itu lagu Indonesia maupun mancanegara. Selain itu, pengunjung bisa melakukan request lagu atau bahkan menyanyikan sendiri lagu yang ingin mereka nyanyikan.
Ide untuk merekam penampilannya saat menyanyi sendiri datang dari Lola, sang sahabat. “Daripada kamu nge-upload video nyanyi nggak jelas, mending sekalian aja kita rekam penampilan kamu pas nyanyi di kafe trus upload di youtube. Lebih keren!” kata Lola hari itu.
Selama beberapa bulan terakhir Celine memang gemar sekali mengunggah video dirinya sedang melakukan cover version dari lagu-lagu yang sedang terkenal. Mulai dari Agnes Monica hingga Taylor Swift. Video tersebut direkam dengan menggunakan laptop Acer tua miliknya dan kemudian diunggah ke akun youtube miliknya.
Selain merekam cover version-nya ke dalam bentuk video, Celine juga cukup sering merekam suaranya sendiri dengan ponsel miliknya. Di laptopnya, ada puluhan file berekstensi wmp yang tersimpan di sebuah folder bernama Celine, semua berisi rekaman suaranya menyanyikan berbagai macam lagu. Singkat kata, Celine memang memiliki impian yang besar untuk menjadi penyanyi.
Celine sendiri sangat antusias dengan ide sahabatnya itu. Meski jauh dari ketenaran video lipsync ala Sinta dan Jojo beberapa tahun yang lalu. Namun Celine cukup senang melihat data traffic dari akun youtube miliknya yang semakin meningkat setiap harinya. Beberapa komentar posistif juga mulai bertaburan pada beberapa cover version miliknya. Jika kali ini dia bisa menampilkan video dia menyanyi yang sesungguhnya, siapa tahu ada produser yang tertarik dan menghubunginya?
“Tapi gimana cara kita merekamnya? Masa pakai ponsel?” tanya Celine kemudian.
“Ya nggak dong. Ntar aku coba ngerayu kak Lutfi biar mau minjamin handycam-nya,” balas Lola lagi. Dan begitulah, setelah satu minggu akhirnya rencana mereka akan terlaksana malam ini.
***
“Gimana, Ne? Udah siap?” Lola yang tadi sibuk merekam suasana kafe kini sudah ada di sampingnya. Sebelumnya, saat ia melihat penampilan Celine, gadis itu memberikan senyum lebar tanda puas.
“Sudah. Tinggal nunggu Mika turun habis itu aku masuk,” jawab Celine sambil menatap kembali catatan lagu yang akan dibawakannya malam ini. Semua ada sepuluh lagu. Dimulai dari lagu dengan tempo cepat dan nantinya akan ditutup dengan lagu dengan tempo lambat.
Salah satu hal yang Celine suka dari menjadi penyanyi kafe adalah ia merasa memiliki konsernya sendiri setiap kali tampil. Meski hanya tampil dua jam dan dengan bayaran yang tak seberapa, ia bisa merasakan kepuasan tersendiri karena bisa menghibur para pengunjung kafe. Selain itu menjadi penyanyi kafe merupakan salah satu bentuk usahanya agar bisa menjadi penyanyi terkenal.
Sebenarnya sebelum memutuskan untuk bekerja sambilan sebagai penyanyi kafe, Celine sudah cukup sering mengikuti audisi-audisi pencarian bakat televisi yang sedang marak beberapa tahun terakhir. Bahkan seingatnya, Celine sudah mengikuti audisi tersebut sejak ia masih di bangku SMA. Sayangnya, semua audisi yang diikutinya tersebut belum ada yang membuahkan hasil.
Kembali menatap ke panggung, tampak Mika masih dengan gayanya khasnya menghibur para pengunjung. Malam ini, gadis itu mengenakan tank top warna hitam yang dilapisi jaket kulit lengkap dengan celana jeans dan sepatu boot-nya. Rambutnya yang dipotong pendek mulai basah karena keringat.
Mika selama ini dikenal sebagai penyanyi kesayangan Glowing kafe. Wajahnya cantik dan dengan suara yang sedikit serak setiap kali bernyanyi. Seksi, begitu kata orang. Dibandingkan Boni yang cenderung angkuh, Mika memiliki pembawaaan yang lebih menyenangkan. Dia juga memiliki kemampuan untuk membawa para pengunjung kafe larut dalam lagu-lagu yang dibawakannya. Bahkan tak jarang Mika mengajak serta salah satu pengunjung kafe untuk bernyanyi bersamanya.
Celine sendiri selama tiga bulan bekerja di Glowing kafe banyak belajar dari gadis tersebut. Karena tak bisa dipungkiri tampil di kafe jelas berbeda dengan tampil di acara festival musik yang kerap diikutinya semasa SMA. Jika bernyanyi di festival musik, seorang penyanyi harus bisa membawa penonton terhibur bahkan ikut larut dalam lagu yang dibawakan. Sementara jika bernyanyi di kafe, seorang penyanyi harus bisa membuat para pengunjung mendengarkan lagu yang ia nyanyikan namun tetap bisa menyantap makanan mereka dengan nyaman.
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Mika mengakhiri penampilannya malam ini. Seperti biasa, aplaus yang meriah diberikan padanya setiap kali usai membawakan lagu. Dengan sopan Mika mengucapkan terima kasih dan kemudian berpamitan pada para pengunjung.
Celine kemudian melangkahkan kakinya menuju panggung. Di panggung sendiri, tampak Angga, Rudi, Iwan dan Dion bersiap kembali dengan peralatan mereka masing-masing. Lola juga saat ini sudah berada di hadapan panggung dengan handycam di tangannya.
Setelah semua sudah benar-benar siap, Celine memberikan tanda kepada Lola. Ia kemudian memegang mikrofon yang ada di hadapannya, sementara Lola mulai menyalakan kembali handycam-nya. Mengambil nafas sejenak, Celine pun memulai aksinya.
***
Nb : salah satu draft bab 1 yang belum ada kelanjutannya 😀
double kata salah yah?
judulnya memang CELINE? maksudnya judul keseluruhannya
o iya, dobel kata 😀
sebenarnya ini rencananya mau dijadiin novel duet dengan 2 tokoh gitu. cuma sayanya mandek setelah selesai bikin bab 1 ini 😀
satu lagi… file hasil rekaman itu ektension wmp yah… bukannya wmv. soalnya kalau saya main game dan saya cek file suaranya kebanyakan wmv…. beda kali yah?
😀
oooo… lanjutkan
hahaha. ketahuan deh dodolnya. iya saya lupa itu filenya wmp atau wmv. yah intinya kurang ngerti soal musik makanya akhirnya mandek 😀
lanjutin aja…. benerinnya belakang
iya 🙂
ini tokohnya celine-nya beda ama yg cerpen dulu ya..?? yg kayak jadi detektif cewek itu…
Beda, mba. Yang itu namanya Selina. Lagi mau dibikin juga cerita lanjutannya 🙂
ooowh…pantesan..nama tokohnya mirip..hehe
Iya, mba. Saya juga baru sadar namanya mirip 😀
hehe..seneng ama nama itu kali ya.. 😀
Iya, kyknya mba. Tapi juga ada alasannya sih kenapa namanya celine 🙂
oh ya..?? apa alasannya mba?
*kepo 😀
Ceritanya namanya diambil dr celine dion 🙂
oowh…penggemar celine dion ya.. 😀
Nggak juga sih, mba. Cuma buat keperluan cerita aja 🙂
oowh…oke deh..sukses nulisnya mba..:)
Makasih, mbak. Sukses juga buat mba herma 🙂
aamiin..sama2..makasih juga.. 🙂
nunggu hasil rekamannya Celine sekalian ama ceritanya tentunya..
Moga saya bisa lanjutin yaa 🙂