Kafe itu terletak di salah satu sudut kota. Tak seperti kafe yang sebelumnya ia singgahi, tempat itu lebih seperti sebuah rumah makan ketimbang kafe. Tak apalah, yang penting aku bisa mendapatkan segelas dua gelas minuman dari tempat ini, katanya dalam hati.
Saat memasuki kafe tersebut, terdengar alunan musik yang lembut terdengar dari dalam kafe. Dari pintu masuk, dilihatnya seorang wanita tampak berdiri di panggung yang ada di kafe tersebut. Wajahnya cantik dan suaranya merdu. Dia menyanyikan sebuah lagu yang sangat dikenalnya. Lagu miliknya.
Yaara…
Manzilein ruswa hain
Khoya hai raasta
Aaye le jaaye
Itni si ilteja
Ye meri zamaanat hai
Tu meri amaanat hai aa…
Mujhko iraade de
Kasamein de, waade de
Meri duaaon ke ishaaron ko sahaare de
Dil ko thikaane de naye bahaane de
Khabon ki barishon ko mausam ke paimane de
Apne karam ki kar adaayein
Kar de idhar bhi tu nigaahein
Sun raha hai naa tu
Ro rahi hun main
Sun raha hai naa tu
Kyun ro raha hun main (x2)
Yaara…
Terpana, dia pun mengambil sebuah kursi di bagian bar kafe tersebut. segelas bir dituangkan ke gelas minumannya. Seorang pria tampak mendekati si gadis dan memberikan uang padanya. Si gadis kemudian menyelipkan uang ke sebuah kantung yang ada pada stand mic yang digunakannya.
Diperhatikannya kembali gadis yang sedang menyanyikan lagunya tersebut. Ah, dia ingat. Dia adalah gadis yang sebelumnya tanpa sengaja ia tabrak. Saat sedang berkeliling kota untuk mencari kafe yang masih buka. Siapa sangka ternyata gadis tersebut memiliki suara yang begitu indah?
Musik mengalun kembali. Dan si gadis kembali bernyanyi. Kali ini matanya menatap ke arahnya. Ah, sepertinya bukan. Ia kemudian berpaling, dan menemukan sebingkai besar foto Lata Mangeshkar tertempel di dinding. Begitu rupanya? Gadis itu pasti sangat mengagumi Lata-ji.
Masih sambil memegang gelas minumannya, tanpa sadar dia berdendang bersama si gadis. Hei! Bukankah itu lagu miliknya? Lagu yang menjadikannya bintang besar. Rahul Jayekar -RJ- pujaan hati setiap wanita. Lalu mengapa di tangan gadis ini, lagu itu terasa bukan lagi miliknya?
Sun Raha Hai Na Tu ā Kau Mendengarkanku, bukan?
Kali ini ini seolah-olah gadis itu yang bertanya padanya. Memintanya untuk mendengarkan isi hatinya. Cita-citanya. Keinginannya.
Lagu pun usai. Dan ia telah kembali ke dunianya. Namun sebuah rasa baru kini hadir seiring dengan terhentinya suara si gadis. Masih dengan minuman di tangannya, ia pun turun dari kursinya, berjalan mendekati panggung.
Si gadis berjalan mundur, mendekati salah seorang pemain gitar. Mungkin ia ingin melaporkan pada temannya bahwa inilah pria yang sempat menabraknya beberapa waktu sebelumnya. Ah, ia tak peduli jika harus menerima lagi omelan si gadis. Yang ia tahu, dia telah menemukan bintang baru. Dan mungkin, dia juga telah jatuh cinta.
Catatan : Lagi, ini adalah adaptasi dari film Aashiqui 2, film India paling romantis tahun ini.
walo pendek ceritanya, cukup apik tuturan kalimatnya..
ska ama film2 bollywood ya mb.. ?!
Makasih atas apresiasinya š
Iya, suka banget sama film india š
Ada aja idenya ya hehe
Kalau adaptasi gini sebenarnya lbh mudah, mba. Nggak perlu mikir plotnya lagi. Hehe
Buat km yan, untuk aku mah bingunggggggggg. Yanaaaa km tau gak ada gak sih OLS untuk barang2 kerajinan kalimantan?
Wah, kurang tau, mba. Ntar saya coba cari tau dulu yak
uhuy…. india… Lata Mangeshkar….
maaf, mbak. sekedar saran, minumannya bisakah diganti selain bir š
Tadi juga sempat kepikiran sih soal bir itu. Okedeh ntar saya ganti aja š
jatuh cinta sama bintang baru.. abis itu tamat, tanggung banget ceritanya..
lagunya brenti sampai di situ, mba soalnya š
#ngeles
Wah mbak udh sampe challenge ke 12 aja nih. Akuuu bener-bener blank nih, ga tau harus mulai dari mana untuk bikin cerpen. Huhuhu.
Ayo semangat! š
Film ini keluar dari kebiasaan film india. Sebuah gebrakan dlm perfilman India. Tidak ada tarian, ceritanya logis, sayang ending ceritanya harus bunuh diri.
Eh…..Tum Hi Ho aja
Sebenarnya sebelum ini sudah cukup banyak film india yang tidak ada tariannya š