Mari Mendunia Lewat Kopi

Kopi apa yang anda suka? Espresso, latte, cappucino? Kalau saya, meski bukan peminum kopi, saya suka minum kopi instan bubuk yang diseduh dengan banyak gula. Lebih enak lagi kalau kopi tersebut buatan orang lain. 😀

Bicara soal kopi, tak bisa dipungkiri kalau minuman pengusir kantuk tersebut sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Ia menjadi minuman kesayangan bagi para pekerja pinggiran, juga minuman gaul para eksekutif muda. Bahkan saking populernya, saat ini semakin banyak bertebaran franchise kopi instan (blender) yang membidik pasaran anak muda.

Di kawasan ASEAN sendiri, Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil. Ironisnya, meski dalam sejarahnya Vietnam belajar dari Indonesia dalam hal pembudidayaan kopi, namun saat ini posisi Vietnam berada di atas Indonesia sebagai penghasil biji kopi terbesar di dunia. Sebuah PR yang cukup besar tentunya bagi pemerintah kita untuk bisa mengejar ketertinggalan tersebut.

Baca lebih lanjut

[WC#14] Write Anything You Want

Pagi itu, di bulan Ramadhan, sesuai jadwal saya datang ke ma’had untuk menyetor hafalan. Ada dua orang teman hari itu. Ketika saya menyalami mereka satu persatu, Pipit, salah satu teman membisikkan sesuatu ke telinga saya, “Maaf, ukh, mungkin ada baiknya kalau bajunya dilapis lagi.”

Jleb. Begitu kira-kira bunyi jantung saya ketika mendengar teguran Pipit tersebut. Meski sebenarnya terusan yang saya kenakan hari itu sudah memakai puring di dalamnya, dan saya juga mengenakan celana panjang lagi sebagai dalaman, namun rupanya ada bagian yang menerawang saat terkena cahaya matahari. Akibatnya, sebagian dari kaki saya terlihat, meski hanya berupa bayangan. “Oke, kalau begitu baju ini akan dipensiunkan saja,” kata saya dalam hati kemudian.

Baca lebih lanjut

Lulus Cadangan

“Nggak apa-apa deh lulus cadangan. Yang penting lulus,” begitu ucap saya saat mengikuti tes penerimaan pegawai BUMD beberapa waktu lalu. Saat itu, dalam sambutannya salah satu petinggi dari BUMD tersebut mengatakan kalau selain dari formasi yang sudah ada, ada beberapa kursi kosong lagi bagi peserta tes, namun baru akan dibuka beberapa bulan lagi. Nah, mereka yang dianggap memenuhi syarat untuk kursi kosong tersebut akan dimasukkan dalam list peserta yang lulus sebagai cadangan.

Saya sendiri, usai tes wawancara yang berlangsung hari itu cukup puas dengan hasilnya. Puas di sini dalam arti saya cukup bisa menghadapi wawancara tersebut dengan lancar. Pengalaman saya yang terdahulu, saya selalu merasa kecewa dengan tes wawancara yang saya jalani. Biasanya sih karena saya selalu gagap saat diwawancara atau ketika mengingat wajah pewawancara yang sama sekali tak terkesan dengan jawaban saya.

Baca lebih lanjut

See the Colors of Beauty

pulau Derawan yang indah
Gambar dari Garuda Indonesia

Bicara soal pembuatan tagline, mau tak mau saya langsung teringat pada salah satu adegan dalam buku Perahu Kertas milik Dee. Dalam adegan tersebut. Kugy yang saat itu sedang magang di sebuah biro iklan terlibat dalam rapat pembuatan iklan. Perdebatan seru terjadi, hingga akhirnya Kugy -yang merupakan anak bawang- memecahkan kebuntuan dengan idenya.

Dalam membuat sebuah tagline sendiri, perlu dipikirkan sebuah konsep yang benar-benar akan menarik perhatian konsumen yang dibidik. Malaysia, misalnya. Siapa yang tak kenal dengan tagline Truly Asia-nya. Melalui iklan yang kerap ditampilkan, Malaysia seolah ingin menunjukkan bahwa di sini lho sebenarnya Asia. Di sini terkumpul berbagai bangsa Asia, mulai dari Melayu, Tionghoa hingga India.

Baca lebih lanjut

Sejak dulu hubungan itu sudah terbina

Akhir liburan SMP saya belasan tahun yang lalu, orang tua mengajak kami sekeluarga pergi berkeliling pulau Jawa. Saat itu, kota-kota yang kami kunjungi adalah Surabaya, Bandung, dan Jogjakarta. Dalam kesempatan itu pulalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Candi Borobudur.

gambar dari wikipedia

Candi Borobudur sendiri merupakan salah satu warisan budaya negara kita yang dulu sempat masuk dalam tujuh keajaiban dunia. Candi ini dibangun sekitar tahun 800 Masehi, pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Hingga saat ini, candi ini masih digunakan sebagai tempat peribadatan agama Budha di Indonesia.

Selain di Indonesia, di negara tetangga, tepatnya di Kamboja juga terdapat sebuah candi yang tak kalah besarnya. Namanya Angkor Wat dan dibangun pada pertengahan abad ke-12 oleh raja Suryavarman II. Berbeda dengan candi Borobudur yang sejak awal dibangun untuk ibadah agama Buddha, Angkor Wat sejatinya adalah candi umat Hindu, yang pada perkembangannya kemudian difungsikan menjadi kuil bagi umat Buddha yang saat ini memang menjadi mayoritas di Kamboja. Mungkin karena itulah bentuk dari candi-candi di Angkor Wat lebih mirip dengan candi Prambanan di Indonesia yang juga merupakan candi Hindu.

Baca lebih lanjut