Tentang The Godfather [lagi]

Akhir-akhir ini saya sering menghabiskan waktu membongkar-bongkar forum di IMDB, entah itu tentang aktor, atau tentang film yang baru saya tonton. Dan barusan, saat saya sedang membongkar-bongkar diskusi untuk film the Godfather, saya menemukan komentar ini:

“You know what my greatest regret is? Watching the Godfather. You know why? Because every movie I see from now on, I’ll compare it to the Godfather and it will ALWAYS fall short, ALWAYS. I wish it was the last movie I saw. I mean I still have trouble trying to comprehend how a movie can be so beautiful and so perfect? And it kind of tears me up that a movie as magical as the Godfather can’t be replicated.”

by decimation_in_time

Oh My God! It’s so true! 

Saya sendiri tidak bisa memastikan apakah jika saya menonton the Godfather tanpa membaca novelnya terlebih dahulu kesan saya atas film itu akan sama seperti yang saya rasakan sekarang. Namun memang, setelah menonton film ini film lain yang pernah saya tonton terasa sangat biasa. Dan seperti kata si pemberi komentar, saya juga membandingkan film yang saya tonton dengan the Godfather. Dan itu sungguh menyiksa!

Really, this movie is a masterpiece.

Sehari di Banjarbaru

Kemarin saya dan beberapa rekan kantor bertolak menuju Banjarbaru untuk menyerahkan berkas perencanaan, sekalian juga menengok proyek pembangunan jembatan yang diawasi kantor tempat saya bekerja. Pulangnya, saya menyempatkan diri untuk mampir ke perpustakaan kota Banjarbaru untuk melihat pesta buku yang sedang diadakan di tempat tersebut. Puas berbelanja, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan (sambil motret rumah-rumah yang saya temui) hingga akhirnya kami berakhir di lapangan Minggu Raya Banjarbaru.

Baca lebih lanjut

Akhirnya bisa motret lagi :)

Kamera saku saya, Sony Cybershot DSC-W120 usianya sudah hampir tiga tahun. Berwarna hijau, dengan kapasitas 7,2 MP, kamera ini mengabadikan begitu banyak kenangan saya di berbagai tempat, juga berbagai momen. Dan meski selama setahun terakhir flash pada kamera ini tidak berfungsi lagi, namun itu tidak mengurangi manfaat yang diberikannya pada saya.

Lalu bagaimana jika giliran Memory Stick-nya yang rusak? Ya, satu hari, saat akan memindahkan foto terbaru saya ke komputer dengan menggunakan card reader, tanpa sengaja saya mematahkan memory stick tersebut. Mungkin karena usianya yang sudah cukup tua, dan keseringan dilepas dari slotnya membuat memory stick ini menjadi semakin rapuh. Mendapati memory stick yang patah, saya sempat panik juga sih sebenarnya. Untungnya saya ingat kalau foto-foto sudah saya pindahkan ke komputer, jadi untuk sementara saya bisa tenang.

Baca lebih lanjut

My Favourite Actor

Gara-gara the Godfather saya jatuh cinta pada pria yang saat ini berusia 73 tahun! Ya, saya menyalahkan orang ini dan segala kharismanya sebagai Michael Corleone pada film itu. Saya juga menyalahkan Mario Puzo yang sudah mengenalkan saya pada karakter Michael di saat saya kebingungan dengan cerita filmnya.

Dan layaknya orang yang sedang jatuh cinta, maka saya pun mencari informasi yang berhubungan dengan orang ini. Saya tahu dia lahir pada 25 April 1940. Dia juga memiliki darah Sisilia dari kakeknya yang pernah tinggal di Corleone. Dia tidak pernah menikah namun punya 3 orang anak dari wanita berbeda. Dan dia hanya memiliki satu piala Oscar untuk perannya sebagai pensiunan tentara yang buta.

Baca lebih lanjut

Sandrina Menari ala India

Seperti yang pernah saya tulis, jagoan saya pada IMB 3 yang lalu adalah Sandrina. Dan seperti yang sudah diperkirakan, gadis cantik ini akhirnya berhasil memenangkan kompetisi yang berlangsung selama 7 bulan tersebut. Dan selain jago menari tradisional, Sandrina juga telah menunjukkan kalau dia juga bisa menampilkan tarian lain dengan tak kalah baiknya, termasuk tarian India (Bollywood), yang katanya merupakan pemicu awal kesukaannya pada dunia tari.

Berikut adalah penampilan Sandrina saat menari India diiringi lagu dari film Ek Ta Tiger (MashaAllah), Student of the Year (Radha), dan Himmatwalla (Nainon Mein Sapna). Penampilan yang kalau kata saya bahkan lebih bagus dari tarian versi filmnya 🙂