“Ucapkanlah huruf Hijaiyah sesuai dengan haknya.“
Begitulah yang sering diucapkan ust. Ihsan setiap kali mengoreksi bacaan kami, para peserta kelas menghafal al qur’an. Tentunya bukan tanpa alasan beliau menekankan sekali akan benarnya pengucapan huruf ini. Karena kesalahan dalam mengucapkan huruf hijaiyah bisa merubah arti dari kata yang disebutkan. Apalagi mengingat ada beberapa huruf Hijaiyah yang mirip dalam pengucapannya.
Setelah mengucapkan kalimatnya tersebut, ustadzah kemudian menjelaskan bagaimana posisi huruf-huruf hijaiyah di rongga mulut kita. Dan ternyata, keseluruhan huruf hijaiyah memiliki posisinya masing-masing di mulut kita, mulai dari rongga tenggorokan hingga ujung bibir. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di gambar di bawah.
Saya sendiri dulunya tidak terlalu memperhatikan masalah pelafalan huruf ini. Huruf-huruf hijaiyah yang saya baca umumnya didasarkan pada tulisan latin yang diberikan pada huruf-huruf hijaiyah tersebut. Namun karena saking seringnya saya ditegur karena pelafalan huruf hijaiyah yang selalu lepas, maka mau tak mau saya pun belajar keras untuk mengucapkan huruf hijaiyah dengan benar. Tak peduli ketika mengucapkannya terdengar tidak menarik, atau kadang membuat bibir saya sampai termanyun-manyun.
Setelah mempelajari dengan seksama tentang pelafalan huruf hijaiyah ini, saya jadi tahu kalau kita tak bisa bergantung sepenuhnya pada terjemahan tulisan latin dari huruf Arab. Bahasa yang berbeda, jelas lidahnya pun berbeda. Dan ini sebenarnya tidak hanya berlaku pada bahasa Arab, tapi juga bahasa lainnya.
Berdasarkan pengalaman saya, huruf-huruf Isti’la merupakan huruf-huruf yang agak sulit untuk dilafalkan dengan benar. Huruf Isti’la adalah huruf-huruf yang ketika melafalkannya, lidah kita harus terangkat. Huruf ini terdiri atas 7 huruf, yakni .
Saya sendiri sampai hari ini masih mengalami kesulitan untuk mengucapkan huruf Ghoin dan Dzho dengan benar. Karena meski menurut bahasa latin cara membacanya adalah Ghoin dan Dzho, namun kenyataannya dua huruf ini cara membacanya harus benar-benar tipis. Sementara kadang-kadang kita mengasosiasikan Ghoin dengan huruf G ditambah huruf H dalam bahasa latin, yang kalau digabung akan menjadi Gho. Hal yang sama juga berlaku untuk huruf Dzho.
Selain huruf Isti’la, huruf lain yang saya keliru membacanya adalah huruf Kaf dan huruf Fa. Dulunya saya melafalkan huruf ini sama seperti saya melafalkan huruf K pada huruf latin. Nyatanya, huruf Kaf pengucapannya lebih lembut dan tipis ketimbang huruf K. Nooril, salah satu teman kelompok mengajari saya menyebutkan huruf ini dengan menyebutkan huruf Key, dan alhamdulillah saat ini saya sudah bisa mengucapkan huruf Kaf dengan benar. Untuk huruf Fa, entah mengapa saya selalu tanpa sengaja mengucapkannya dengan Pa, yang tentu saja salah besar.
Selain tantangan dalam melafalkan huruf hijaiyah dengan benar, tantangan lain yang saya hadapi adalah ketika huruf-huruf mirip terletak bergandengan. Misal Ha kecil dengan Ha besar, huruj Jim dengan Zai, Sho dengan Sin. Sungguh kadang lidah saya serasa keseleo jika harus bertemu huruf-huruf yang bergandengan ini. LIhat saja posisinya dalam gambar, keliatannya doang dekat, padahal berjauhan 😀
Begitulah, seperti kata Nooril pada saya dalam salah satu pertemuan kami, “Bacaan ulun (saya) berubah semenjak masuk kelas ini, Kak.” Saya pun merasakan perubahan yang cukup besar dari diri saya dalam membaca Al Qur’an. Kalau dulu saya membaca al qur’an dengan hanya memperhatikan tajwid yang ada, dan itu pun masih salah. Maka sekarang saya mulai belajar untuk melafalkan huruf-huruf tersebut dengan benar. Akibatnya, bacaan saya jadi tergagap-gagap, karena kadang saya mengalami kesulitan untuk mengucapkan huruf-huruf mirip yang letaknya bergandengan. Tapi tak apalah, kalau sudah terbiasa nanti insya Allah bacaan itu akan lancar dengan sendirinya.