Di kota saya ada sebuah toko aksesoris komputer, sebut saja toko Murah. Selama beberapa tahun terakhir ini Toko Murah menjadi salah satu toko aksesoris komputer yang sangat terkenal di kota saya. Alasannya apalagi kalau bukan karena harganya yang murah. Sayangnya harga yang murah ini tidak diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan. Penjualnya (yang terdiri atas ibu, anak dan menantu) judes dan kurang sabar dalam melayani pembeli. Dan bukan cuma saya lho yang memberikan testimoni seperti ini.
Misalnya seperti kejadian pagi ini, ketika saya menemani teman kantor untuk membeli mouse di toko itu. Ketika penjual toko sedang melakukan test drive atas mouse yang sudah dipilih, tiba-tiba teman saya teringat kalau dia juga sedang mencari kipas untuk laptop. Maka terjadilah percakapan seperti ini:
Teman saya : Ada jual kipas buat laptop ngga?
Pemilik toko : ada yang harganya 20ribu, mau?
Saya : wah kami nyarinya yang gede, pak. itu kipas yang kecil kan?
Pemilik toko : ….
Saya pun melanjutkan pembicaraan dengan teman kantor saya tersebut. Saat sedang asyik berbicara tanpa sengaja mata saya menangkap sebuah kipas laptop yang kebetulan sedang dicari oleh teman saya itu, dengan harga tertera sebesar 20 ribu rupiah. Maka saya pun bertanya pada pemilik toko.
Saya : Pak, liat kipas yang itu dong (sambil menunjuk kipas yang dimaksud)
Pemilik toko : Tadi saya sudah nawarin kipas itu sama, Mba. Tapi mba-nya bilang nggak mau
Saya : Ya tapi saya tadi nggak liat kipas yang Bapak maksud
Pemilik toko : Iya, tapi tadi kan saya sudah nawarin ke mba ada kipas dengan harga 20 ribu, tapi mba bilangnya pengen kipas yang lebih besar.
Mendengar kalimat yang diucapkan pemilik toko tersebut mau tak mau hati saya mencelos juga. Memang benar ketika kami bertanya tentang kipas itu, pemilik toko menawarkan ada kipas seharga 20 ribu kepada kami. Namun pemilik toko itu tidak menjelaskan kipas mana yang dia maksud seharga 20 ribu tersebut.
Di lain pihak, saya mungkin juga terlalu terburu-buru menyimpulkan bahwa kipas seharga 20 ribu itu adalah kipas yang kecil dan bukan yang besar seperti yang kami inginkan. Hanya yang menjadi masalahnya adalah masa hanya gara-gara karena satu ucapan saya, si pemilik toko itu menolak memperlihatkan barangnya kepada calon pembeli? Pemilik toko baru bersedia memperlihatkan barang yang ia maksud setelah teman saya menyebutkan kembali permintaan saya ucapkan sebelumnya. Dan itu pun si pemilik toko masih saja membahas penolakan kami atas barang yang waktu itu bahkan tak kami ketahui bentuknya.
Diantara semua kesan jelek yang saya dapatkan dari toko Murah ini, mungkin kejadian hari ini adalah yang paling tidak masuk akal. Seandainya bukan karena harganya yang murah, saya mungkin akan berpikir dua kali untuk berbelanja ke toko tersebut.