rumput tetangga yang lebih hijau



Korea Selatan merupakan salah satu negara (selain Mekkah) yang paling ingin saya kunjungi saat ini. Masuknya drama-drama Korea di negara kita di awal tahun 2000-an bisa dibilang adalah awal mula dari jatuh cintanya saya pada negeri ginseng tersebut. Bukan sekedar jatuh cinta pada aktor-aktornya, namun Korea secara keseluruhan. Tempat-tempat seperti Pulau Nami, Pulau Jeju, Myung Dong, Insadong, Busan, hingga makanan bernama dduboki dan kimchi yang tak pernah absen mengisi drama-drama yang saya tonton itu sukses mengisi pikiran saya. Pakaian tradisional serta bahasa yang mereka gunakan pun tak luput dari perhatian saya. Pokoknya bisa dibilang Korea sangat berhasil mempromosikan negaranya melalui drama-drama yang mereka produksi.

Besarnya keinginan saya untuk ke Korea membuat saya rajin membuka visitkorea.or, salah satu website yang dibuat khusus untuk mempromosikan negara mereka. Katakanlah ini pendapat bias, namun bagi saya, dari sekian banyak situs pariwisata negara luar yang saya kunjungi, visitkorea.or ini bisa dibilang yang paling informatif. Mulai dari tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, hingga event-event yang diselenggarakan, semuanya tersaji dengan lengkap di situs tersebut, dan yang pasti ditampilkan dengan sangat menarik.

Selain Korea, nama lain yang selalu terngiang-ngiang di kepala saya saat untuk segera dikunjungi adalah Yogyakarta. Saya tak tahu dari mana mulanya -mungkin sejak nonton Sang Pencerah- saya ingin sekali bisa menginjakkan kaki saya di kota gudeg itu. Sama halnya seperti Korea, keinginan yang begitu besar membuat saya membongkar berbagai situs yang menyediakan info seputar jogjakarta yang tentunya akan sangat membantu jika kelak saya benar-benar bisa sampai ke Jogja.


Pertanyaannya sekarang adalah, di saat saya begitu bersemangat mengeksplorasi “rumah” orang, sudahkah saya mengenali “rumah” saya sendiri?

Pernah satu kali ketika seorang MP-er datang ke Banjarmasin, dan meminta saya menemaninya mengunjungi Pasar Terapung yang terkenal itu. Saya pun menyanggupinya. Padahal seumur hidup saya tinggal di Banjarmasin, belum pernah satu kalipun saya mampir di Pasar yang terletak di muara Kuin itu. Jadi bisa dibilang itu adalah pertama kalinya saya berinteraksi langsung dengan para pedagang di Pasar Terapung. Lalu ketika beliau bertanya tempat-tempat mana lagi yang bagus di Banjarmasin untuk didatangi? Saya dengan pengetahuan yang sekedarnya memberi tahu tempat lain yang bisa kami datangi yang sebenarnya juga belum pernah saya datangi.

Memalukan? Pastinya. Namun rupanya hal seperti itu toh tak hanya terjadi pada saya. Ada satu cerita dari rekan kantor adik saya yang mengunjungi Korea beberapa tahun yang lalu. Ketika berada di Korea, rekan adik saya itu mengungkapkan keinginannya untuk bisa naik kereta gantung yang sama seperti yang dilihatnya di drama Boys Before Flower. Sang kawan yang dimintai tolong dengan senang hati menemani rekan kerja adik saya itu. Mereka pun pergi ke wahana tersebut dan menikmati pemandangan kota Seoul dari kereta gantung.

Rupanya ada cerita menarik dari kereta gantung tersebut. Jadi dalam drama BBF yang ditonton rekan kerja adik saya itu, Go Jun Pyo dan Geum Jan Di diperlihatkan naik kereta gantung itu hanya berdua. Kenyataan yang sebenarnya, kereta gantung itu akan dijalankan jika penumpangnya sudah penuh, yang berarti lebih dari dua orang. Nah kenapa Goo Jun Pyo dan Geum Jan Di bisa berangkat meski hanya berdua? Jelas karena mereka sedang melakukan syuting drama. Nah rekan kerja adik saya itu pun sedikit protes pada kawannya itu.

“Kenapa kamu gak bilang kalau harus nunggu sampai penuh dulu?” begitu katanya.

Apa jawab sang kawan?

“Nah, aku juga baru pertama kali naik kereta gantung itu.”

***
Rumput tetangga memang selalu lebih hijau. Begitu orang-orang kadang menyebutkan. Kita terpaku pada keindahan halaman rumah tetangga, memuji-mujinya setengah mati, namun lupa merawat halaman rumah kita sendiri. Padahal siapa tahu halaman rumah kita memiliki potensi yang jauh lebih besar ketimbang halaman rumah tetangga. Hanya saja kita tak mampu melihatnya karena sudah sangat terbiasa dengan milik kita.

Seperti saya yang tak pernah ke Pasar Terapung hingga ada teman dari luar kota yang meminta ditemani kesana. Alasan saya mengapa tak pernah kesana sangat sederhana. “Dekat ini. Saya bisa kesana kapan saja saya mau.” Karena dekat itulah akhirnya saya memfokuskan pencarian saya pada tempat yang tak bisa “kapan saja” saya kunjungi. Padahal kata siapa Pasar Terapung bisa kapan saja saya kunjungi. Perlu waktu khusus untuk bisa menyaksikan para pedagang berjukung itu berkumpul dan bertransaksi. Terlambat sedikit saja, kita akan kehilangan momen yang berharga. Dan pada titik inilah orang yang berada di luar “rumah” kita bisa melihat hal kecil yang tak pernah kita sadari tersebut. Kecil bagi kita, namun besar bagi mereka.

41 pemikiran pada “rumput tetangga yang lebih hijau

  1. Mau komen apa yah?Mosok Yana belum pernah ke pasar terapung itu?Yan, aku heran kalau ada orang yang negebt sama drama2 korea, bukan merendahkan, tapi kok saya yah nontona ja nggak mau. Kadang sampe mikir, aku normal nggak sih?Soale kesukaanku tuh kadang aneh2 😀

  2. anazkia said: Mau komen apa yah?Mosok Yana belum pernah ke pasar terapung itu?Yan, aku heran kalau ada orang yang negebt sama drama2 korea, bukan merendahkan, tapi kok saya yah nontona ja nggak mau. Kadang sampe mikir, aku normal nggak sih?Soale kesukaanku tuh kadang aneh2 😀

    sumpah itu pertama kalinya saya ke pasar terapung di kuin itu, mba. kendalanya mungkin karena berangkatnya harus habis subuh itu, makanya rada males :Dsoal drama korea, itu tergantung selera sih, mba. aku sekarang sebenarnya juga udah jarang nonton. cuma karena pihak korea itu selalu ngasih pemandangan yang indah di tiap dramanya, makanya itu yang nempel. kalo soal promosi kata saya korea bisa dibilang habis-habisan, mba. kpop yang sekarang mewabah adalah salah satu buktinya.

  3. Hehehe…. Mbak nggak sendirian, kok. Saya sendiri baru mengunjungi Gili Trawangan setelah kawan2 dari pulau Jawa berlibur di Lombok dan ngebet ke sana.Setelah itu, saya kembali mengunjunginya 2 kali sampai bosan sendiri. Hehehe…

  4. Mau komen apa yah?Mosok Yana belum pernah ke pasar terapung itu?Yan, aku heran kalau ada orang yang negebt sama drama2 korea, bukan merendahkan, tapi kok saya yah nontona ja nggak mau. Kadang sampe mikir, aku normal nggak sih?Soale kesukaanku tuh kadang aneh2 😀

  5. anazkia said: Mau komen apa yah?Mosok Yana belum pernah ke pasar terapung itu?Yan, aku heran kalau ada orang yang negebt sama drama2 korea, bukan merendahkan, tapi kok saya yah nontona ja nggak mau. Kadang sampe mikir, aku normal nggak sih?Soale kesukaanku tuh kadang aneh2 😀

    sumpah itu pertama kalinya saya ke pasar terapung di kuin itu, mba. kendalanya mungkin karena berangkatnya harus habis subuh itu, makanya rada males :Dsoal drama korea, itu tergantung selera sih, mba. aku sekarang sebenarnya juga udah jarang nonton. cuma karena pihak korea itu selalu ngasih pemandangan yang indah di tiap dramanya, makanya itu yang nempel. kalo soal promosi kata saya korea bisa dibilang habis-habisan, mba. kpop yang sekarang mewabah adalah salah satu buktinya.

  6. ayanapunya said: jadi sukanya nonton apa, mba? 😀

    kalau suka, apa yah? Malah bingung huehehe…tapi lebih disukai yang filem melayu dan Indonesia yang lama, kayak fileme bin Yamin, P Ramlee. Nggak keren banget kan? Hahahah…Abis susah, Yan. Mau bilang suka holywood, jarang nonton filemnya, padahal segala macam tetek bengeknya aku suka. India? Ih, ogah deh. Korea? Kadang terlalu roman dan menguras perasaan

  7. anazkia said: kalau suka, apa yah? Malah bingung huehehe…tapi lebih disukai yang filem melayu dan Indonesia yang lama, kayak fileme bin Yamin, P Ramlee. Nggak keren banget kan? Hahahah…Abis susah, Yan. Mau bilang suka holywood, jarang nonton filemnya, padahal segala macam tetek bengeknya aku suka. India? Ih, ogah deh. Korea? Kadang terlalu roman dan menguras perasaan

    hihihi..saya sebelum suka korea malah lebih sering nonton bollywood, mba 😀

  8. bundananda said: gambut ya rawa mksdnya..setahuku ada di banjar baru..

    ooo yang itukah, bun. tahu ae rasanya cuma kada tau kalo itu museum. dan belum pernah mampir jua :D*benar-benar payah

  9. friewan said: hehehe…sayang sekali tidak sesuai ekspektasi..kayaknya operatornya harus dikasih bayaran lebih baru mau jalan buat dua orang ^^

    padahal kira-kira harganya sama aja kali ya berdua atau banyak orang 🙂

  10. Hehehe…. Mbak nggak sendirian, kok. Saya sendiri baru mengunjungi Gili Trawangan setelah kawan2 dari pulau Jawa berlibur di Lombok dan ngebet ke sana.Setelah itu, saya kembali mengunjunginya 2 kali sampai bosan sendiri. Hehehe…

  11. lafatah said: Hehehe…. Mbak nggak sendirian, kok. Saya sendiri baru mengunjungi Gili Trawangan setelah kawan2 dari pulau Jawa berlibur di Lombok dan ngebet ke sana.Setelah itu, saya kembali mengunjunginya 2 kali sampai bosan sendiri. Hehehe…

    trus habis itu bikin buku yaaa ^_^

Tinggalkan Balasan ke friewan Batalkan balasan