catch the idea


Saat ini saya sedang sangat ingin membuat sebuah cerita. Kebetulan beberapa menit sebelumnya sebuah ide mampir di kepala saya. Maka saya pun duduk duduk dengan manis di depan laptop. Berusaha mengkonsentrasikan pikiran saya akan ide yang muncul beberapa waktu sebelumnya. Saya belum tahu akhirnya akan seperti apa. Namun setidaknya saya sudah mendapatkan kalimat pembuka. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Satu jam. Berapa halaman yang saya peroleh? Tak sampai satu.

Kemudian saya memutuskan meninggalkan layar berukuran 14 inci tersebut. Ada kegiatan lain yang harus saya lakukan. Makan, mandi, mencuci, atau mungkin juga pergi ke suatu tempat untuk menyelesaikan suatu urusan. Saat sedang asik dengan kegiatan sampingan saya tersebut, tiba-tiba “TINGGG” si ide pun muncul. Tak hanya satu kalimat. Namun berpuluh-puluh kalimat. Cerita yang beberapa waktu sebelumnya terputus oleh kebuntuan akhirnya menemukan kembali rantainya.

Bergegas saya menyelesaikan segala urusan. Mandi sekedarnya, cucian tak terjemur dengan sempurna, motor saya kebut dengan kecepatan penuh, sementara otak saya berusaha keras merekam setiap kata yang muncul. Lalu ketika saya kembali duduk dengan manis di depan laptop, “BAMMM” semua kalimat itu hilang. Mungkin dia ikut terbang bersama angin, tercecer di jalan, atau bahkan mungkin mengurai bersama air pembuangan.

Saya tak mau menyerah. Saya paksa otak saya memutar kembali rekaman yang tersisa. Siapa tahu masih kalimat yang tersisa dari rekaman tersebut. Tak apalah jika tak sama persis, yang penting saya berhasil melanjutkan cerita saya yang terpenggal. Saya ketik satu kata, dua kata, menghapusnya, ketik lagi, hapus lagi. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya saya menyadari kalau tulisan saya hanya bertambah satu dua kalimat. Ah, tak apalah. Setidaknya dia mengalami kemajuan, dan itu tetaplah sebuah pencapaian, bukan?

Berjam-jam duduk di depan layar rupanya sudah berhasil membuat pinggang saya kaku dan mata saya berair. Lagipula tak ada gunanya memaksakan diri untuk saat ini. Saya ingin istirahat. Saya ingin jalan-jalan. Saya ingin menyantap makanan kesukaan saya. Tapi sebelumnya mungkin tak ada salahnya jika kali ini saya membawa selembar pensil dan kertas. Tak ada yang tahu bukan kapan si ide akan datang lagi?